SRP🐆

3.9K 121 14
                                    

Adhit dan Dylana tidak satu mobil dengan Taoran, untuk pergi ke rumah Arina. Adhit lebih memilih menggunakan mobilnya, lagian setelah acara tunangan nanti Adhit dan Dylana bakalan langsung pulang. Selama dalam perjalanan menuju ke rumah Arina, Dylana tidak berhenti menyanyi. Sedari tadi gadis itu terus saja menyanyikan lagu dangdut, dari dangdut zaman dulu sampai dangdut masa kini. Dan Adhit sendiri dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa, Adhit rasa saat di Amerika nanti dia akan sangat merindukan tingkah Dylana yang seperti ini.

"Dhit kamu setuju gak kalau aku jadi biduan dangdut ??"

"Maksud kamu ??" ucap Adhit melirik ke arah Dylana sebentar sambil terus menyetir

"Ya kalau aku jadi biduan dangdut kaya Siti Badriah pasti keren" ucap Dylana yang diiringi dengan senyuman tak jelasnya

"Gak asuh macem-macem"

"Aku gak macem-macem kok, aku kan cuma bilang kalau aku tertarik untuk jadi biduan. Lagian kalau aku jadi biduan dangdut, pasti aku bakal punya banyak fans"

"Kamu bukan biduan dangdut aja udah banyak fans, apalagi kalau kamu jadi biduan. Aku gak bisa bayangin, tapi aku harap kamu gak serius sama ucapan kamu itu. Karena aku gak bakal dukung keinginan kamu itu" ucap Adhit dengan santai namun begitu tegas

"Ishhh Adhit mah gitu" bibir Dylana menjadi maju

"Kondisiin bibir, gak usah sok jelek !!"

"Ishhh Adhit nyebelin"

"Masa si aku nyebelin ???"

"Iya kamu nyebelin, pake banget lagi"

"Nyebelin tapi kamu sayang kan ??" goda Adhit yang akhirnya membuat pipi Dylana merona

"Aku gak amu ngomong sama Adhit lagi" ucap Dylana sambil memalingkan wajahnya dari Adhit

"Ya udah kalau gak mau ngomong lagi sama aku, padahal aku mau ajak kamu liburan loh"

"Kemana ??" ucap Dylana dengan senang dan penuh penasaran

"Bukannya kamu gak mau ngomong sama aku, ya udah aku gak jadi ajak kamu buat liburan"

"Ihhh Adhit, Dy mau kok ngomong lagi sama Adhit" ucap Dylana dengan suara manja andalanya bila membujuk Adhit

"Males"

"Adhit ihhh" ucap Dylana gemas, sampai dia memukul-mukul ringan lengan Adhit yang tengah menyetir

"Apaan si Dy, kamu gak liat aku lagi nyetir ??" tanpa sadar Adhit membentak Dylana, hingga membuat gadis itu langsing menundukkan kepalanya

"Maaf" ucap Dylana lirih, namun terdengar tulus dan penuh penyesalan

        Namun sayang Adhit tidak membalas ucapan maaf Dylana, dia lebih memilih untuk terus fokus pada jalanan. Bukan maksud Adhit untuk marah pada Dylana, namun saat ini dia harus mengutamakan dulu kemudiknya. Lagian Adhit sadar kalau dirinya sudah membentak dan membuat takut gadis kesayangannya itu.

     Hingga tak berapa lama mereka sudah sampai di rumah Arina, namun sayang sepertinya Dylana masih merasa sedih karena Adhit membentaknya, malahan sedari tadi Adhit hanya diam saja, tak memperdulikan dirinya. Sedangkan Adhit sendiri dia tengah membuka pintu mobil, dan ia sadr bahwa Dylana masih diam membisu membuatnya mau tak mau langsung menenggok ke atah Dylana.

"Turun !!!" perintah Adhit pada Dylana, tanpa melihat gadis itu sekali pun

"Iya" ucap Dylana pelan

    Adhit berjalan terlebih dahulu menuju ke dalam rumah Arina, tanpa memperdulikan Dylana yang berjalan begitu pelan bagaikan kura-kura di belakangnya.

"Berjalan dengan benar Dylana, jangan seperti kura-kura yang jalannya lambat !!!" ucap Adhit yang saat ini ada di depan Dylana

    Bukannya menjawab, Dylana malah diam sambil menatap lantai. Melihat hal tersebut Adhit hanya menggelengkan kepalannya saja, kemudian dengan lembutnya Adhit meraih lengan Dylana dan mengenggamnya.

"Jangan seperti ini, meskipun kamu tahu aku tengah kesal maupun marah sama kamu. Aku minta sama kamu jawab pertanyaan aku, setiap aku bertanya !!"ucap Adhit dengan lembut dan tak melepaskan genggaman tangannya terhadap tangan Dylana

"Iya"jawab Dylana sambip menatap wajah Adhit

" begitu dong, dan masalah di mobil tadi aku minta maaf. Dan asalkan kamu tahu, kamu sama sekali gak salah, karena yang salah itu aku"kata Adhit sambil mengelus puncak kepala Dylana

Cupp

   Dan entah mendapat dorongan keberanian dari mana Dylana, sampai dia berani mencium sudut bibir Adhit, meskipun itu hanya sebentar namun mampu membuat Adhit melonggo tak percaya.

"Aku mohon jangan diemin aku kaya tadi lagi ya, dan meskipun kamu lagi kesal maupun marah sama aku, kamu harus tetep ngajak aku bicara"

"Aku janji" ucap Adhit serius dan tegas, dan hal tersebut membuat Dylana tersenyum gembira

"Dy sayang sama Adhit"

"Adhit juga sayang banget sama Dylana"ucap Adhit yang diakhiri dengan kecupan singkat di kening Dylana

      Adhit dan Dylana pun langsung memasuki rumah Arina, mereka langsung menghampiri keluarga Arina dan Taoran yang sudah berkumpul di ruang tamu rumah Arina.

    Sedangkan Taoran ntah mengapa tiba-tiba saja dia merasa gugup, apalagi melihat wajah daddy nya Ariana yang terlihat begitu tegas diusianya yang sudah memasuki usia empat puluh lebih. Sungguh ingin rasanya Taoran menenggelamkan dirinya ke dalam kolam ikan. Beda halnya dengan Arina dia terlihat begitu anggun, dan tak banyak bicara. Padahal biasanya gadis itu adalah gadis pecicilan dan dikenal gak bisa duduk dengan manis. Sesekali Arina melirik ke arah Taoran yang tengah dilanda kegugupan, sehingga Arina bisa dengan jelas melihat butir-butir keringan yang membasahi dahinya. Andai saja kali ini bukan hari Pertunangannya dengan Taoran, mungkin dirinya akan meledek Taoran dengan begitu puasnya.

           See you next chapter 🙋🙋

SAHABAT RASA PACARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang