Bagian 21

1.8K 137 34
                                    

^Ps. Part ini untuk Nungku yang tadi pagi ngirim vn lagi sakit gigi wkwks.

Now playing : Aku nulisnya sambil nonton sinetron Azab dong :"

HAPPY READING

(Alfa yang menggemaskan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Alfa yang menggemaskan. Btw dia beda ya sm Ara yang Thailand)

[Jangan membiarkan seseorang terlalu lama dalam ketidakpastian, karena bisa saja dia lelah dan tak mau lagi menunggu hanya untuk mendapatkan hal itu darimu.]

-Harris Kalingga tampan rupawan.

***

***

WOI SENIN WOI

WOI SENIN WOI

WOI SENIN WOI

Alarm itu menjerit begitu kencangnya tepat di telinga sang gadis yang tadi masih terlelap begitu nyenyaknya. Ia sedang bermimpi menjadi Barbie Rapunzel yang bertemu pangeran. Baru saja akan berkenalan dan tangan mereka bersalaman, alarm sialannya menjerit keras. Gagal sudah berkenalan dengan cogan!

Woi senin woi. Suara teriakan itu adalah suara Ara sendiri yang cempreng, yang sengaja ia rekam dan dijadikan dering alarm. Tapi kenapa ia kesal sendiri ya?

Pas di telinganya pula!

Kenapa bisa begitu? Karena walaupun Ara suka bertingkah seenaknya, ia punya gaya tidur yang anteng. Tidak sampai menendang bantal-bantalnya dan menguasai kasur.

Ara menggosok telinganya yang berdenging karena teriakan alarmnya sendiri. Ia balas berteriak. "UDAH TAU HARI INI SENIN WOI!!!"

Ia segera menutupi ponselnya dengan bantal lalu beranjak. Ini sudah menjadi kebiasaan baginya sejak dua tahun lalu. Tidak ada yang akan membangunkannya, bahkan Mamanya.

Lila tidak akan pernah peduli dengan Ara. Mau Ara sudah bangun atau belum, mau Ara berangkat sekolah atau tidak, atau mau Ara mendapat nilai berapa.

Awalnya Ara paham karena dulu memang ia pernah membuat kesalahan yang cukup besar. Namun lama kelamaan ia juga lelah. Ia masih remaja, membutuhkan tuntunan dan perhatian dari kedua orang tuanya.

Semakin lama, Ara semakin jengah dengan sikap mamanya. Sikap tak acuhnya benar-benar membuatnya ingin menangis.

Ara mendamba kehangatan pelukan Mamanya. Ara mendamba usapan dan ciuman kening sebelum tidur dari Mamanya. Ara mendamba omelan Mamanya saat dirinya tidak mengerjakan tugas. Ara mendamba teriakan Mamanya di pagi hari saat membangunkannya. Ara mendamba nasihat seorang Mama.

IRIDESCENT [Completed]Where stories live. Discover now