Bagian 4

2.5K 169 8
                                    

Pagi yang cerah, secerah hati Arazeline. Langkahnya menuju kelaspun terasa sangat ringan sampai tidak menyadari bahwa dirinya bersisihan dengan seorang siswa. Siswa itupun sepertinya tidak ada niatan membuka suara. Alhasil, keduanya berjalan dengan pikirannya masing-masing sampai tiba-tiba Ara mengingat sesuatu. "Astaga kampret monyet serigala domba! Tugas geografi gue belum dikerjain. Duh mampus!"

Ara masih belum menyadari di sampingnya ada seseorang. Sedangkan siswa itu tersenyum tipis—sangat tipis merasa heran ternyata masih ada siswa konyol seperti Ara yang mengabsen berbagai hewan karena belum megerjakan tugas.

Sedangkan Ara langsung mengambil langkah seribu untuk sampai di kelasnya. Ara sampai di kelas dengan nafas memburu, lalu segera melangkah menuju tempat duduknya yang sudah ada Mysha di sana.

"Sha ... Sha ... tugasnya Pak Arman dong. Gue lupa belum ngerjain." Ara menggoyang-goyangkan lengan Mysha.

Mysha berdecak atas kecerobohan Ara. "Kenapa nggak dikerjain dari kemarin, Arazeline."

"Hehe ... tadinya malah gue nggak inget. Tapi di jalan tadi gue liat punggungnya Pak Arman, eh inget ada tugas. Jadi ya gue langsung lari." Ara menjawab setelah meminum minuman Mysha sampai habis setengah. "Mana cepetan tugasnya, Mysha Zara. Eh, kebalik."

Mata Mysha melotot. "Udah minum punya gue, sekarang mau nyontek, maksa lagi!"

Ara cengengesan menangapi omelan Mysha. "Aduh, Mysha yang baik hati, tidak sombong dan suka nyolong ... nyontek dong. Pliiss." Ara memohon dengan wajah memelas—sangat melas. "Gue nggak mau kayak dulu lagi, Ca, malunya masih membekas sampai sekarang."

"Lo tuh yang suka nyolong minuman gue!" tukas Mysha tidak terima. Tapi, dia tetap memberikan buku tugasnya pada Ara. "Makanya lain kali jangan ceroboh! Tugas masa dikerjain di sekolah mulu. Jadi manusia yang tertata dikit lah, Ra."

Ara memang pernah dihukum Pak Arman karena dia ceroboh tidak mengerjakan dan belum sempat menyalin tugas Mysha. Alhasil Ara disuruh berlari keliling lapangan sambil dikalungi papan bertuliskan 'SAYA TIDAK AKAN MALAS DAN AKAN RAJIN MENGERJAKAN TUGAS'. Itupun Ara baru pertama kalinya dihukum pak Arman, jadi masih mendapat hukuman yang tergolong paling ringan.

Sungguh, malunya masih sampai sekarang. Untungnya, waktu itu bukan hanya Ara yang belum mengerjakan tugas sepertinya. Jadi, Ara tidak terlalu tersorot. Pak Arman memang dabest dalam cara menghukum siswanya.

Ara tersenyum senang sampai deretan gigi rapihnya terlihat saat buku tugas Mysha sudah ada di tangannya dan tidak merespon ucapan Mysha sebelumnya. Ara mengambil buku tugasnya di dalam tasnya, tapi tiba-tiba Ara mendelik lalu bergumam berulang-ulang. "Semoga ini buku tugas."

"Kalau ini bukan buku tugas, bisa berabe." Ara mengambil buku itu dengan mata tertutup rapat. Ia tidak siap dengan kenyataan yang ada.

Perlahan matanya terbuka sambil lagi-lagi bergumam. "Buku tugas, please, buku tugas." Ara terus menggumamkan kalimat itu berulang-ulang. Setelah sekian lama berdoa untuk keselamatannya, dengan segenap jiwa dan raga, Ara membuka buku itu. Dan ternyata kenyataannya

BLAMM!

BUKU SEJARAH!

Padahal setahu Ara hari ini tidak ada mata pelajaran itu. Wajah Ara sampai pucat pasi karena panik ditambah benar-tidak ingin dihukum Pak Arman.

"HUAAA MAMA...."

"Kenapa deh, teriak-teriak. Dikira ini hutan!" sungut Mysha merasa terganggu.

"Sha ... Sha ... buku, Sha ... buku."

"Kenapa buku lo."

Ara meneguk ludahnya. "Buku tugas gue."

"Iya kenapa buku tugas lo, Ara." Mysha benar-benar gemas.

IRIDESCENT [Completed]Where stories live. Discover now