Bagian 16

1.8K 159 4
                                    

Happy reading :*

***

Gavin dan Aksa sedang duel PS sambil tangannya sesekali mencomot camilan yang ada di sisi mereka. Sedangkan Harris tumben sekali belum ikut hadir.

Biasanya Harris akan datang paling dulu dan pulang paling akhir. Bahkan sering kali menginap. Tapi sekarang bahkan setelah Gavin dan Aksa duel PS untuk kedua kalinya, Harris belum terlihat batang hidungnya.

"Harris tumben banget belum nongol. Udah kaya dia?" tanya Aksa tanpa memalingkan matanya.

"Gak tau," jawab Gavin tak acuh. Ia sesekali memasukkan tangannya ke dalam toples cookies yang tantenya buat.

Aksa pun tidak peduli. Terserahlah Harris jadi orang kaya dadakan juga enggak bikin ia ikutan kaya. "Anjir lah, Vin! Gue kalah mulu!"

"Lo kan bego."

"Bego dari mananya! Semester kemarin nilai matematika gue lebih tinggi dari lo!"

"Nilai agama lo separuh punya gue." Gavin menunjukan tatapan mengejeknya.

Aksa langsung mencak-mencak. "Yaelah Pin, itu sih gara-gara gue nggak belajar dan nyontek punya Harris."

"Sama aja."

Aksa baru akan memprotes lagi, namun suara cetar membahana milik orang yang baru dibicarakan terdengar begitu kerasnya.

"HALOO ADAKAH ORANG DI RUMAH INI??"

Suara lain menyahut juga sambil berteriak, "PASSWORNDYA. LUWAK WAIT KOPI."

"KOK JADI KUIS SIH. HALOOO."

"SEKALI LAGI LO TERIAK RIS, BAKAL OM GANTI PASSWORD WIFINYA!"

"IYA OM GAK TERIAK LAGI KOK."

"HARRIIISSS!"

Suara pintu di tutup berdentum keras. Harris masuk ke dalam kamar Gavin dengan napas yang memburu. Mampus kau Harris! Siapa suruh teriak-teriak di rumah orang.

Harris langsung meminum jus Gavin yang baru diminum sedikit, habis dalam sekali tenggak. Gavin melempar remot TV dan tepat di pelipis Harris. Cowok itu mengaduh kesakitan. "Ya Allah, Pin, lo tega banget sama gue. Sakit banget, Go!"

"Lebhayyy!" sahut Aksa dengan ekspresi jijiknya.

Harris mengusap-usap pelipisnya. Baru sakitnya hilang, punggungnya serasa di pukul-pukul pelan. Rasanya enak seperti di pijit, "Terus dong, enak banget ... turun lagi dikit, Pin ... nah, situ. Iya. Terus."

Gavin menoyor kepala Harris. "Bukan gue."

"Hah? Terus siapa?" Harris menoleh, dan matanya membelalak. Ia menatap tersangka itu horor. Ternyata yang memukul-mukulnya adalah Kevin---Papanya Gavin menggunakan samplukan kasur dengan wajah yang menyeramkan. Tamatlah riwayatmu Harris!

"Hehehe ... hai, Om Kev, udah makan malam? Harris udah loh, tadi di depan komplek orang. Terus tadi Harris ketemu sama calon mantu Om."

Seketika, wajah menyeramkan Papanya Gavin berubah menjadi raut penasaran. Ia ikut duduk di samping Harris sambil memangku samplukan kasurnya. "Gavin punya pacar? Emangnya dia laku? Mukanya buluk gitu, ada yang mau?"

Aksa terkikik. Ingin hati tertawa ngakak, namun ekspresi Gavin begitu menyeramkan. Seakan ingin menelan hidup-hidup Harris dan dirinya. Jadilah Aksa berusaha menahan tawa.

Harris yang tadinya takut pun berubah menjadi seperti Ibu-Ibu arisan yang sedang menggosip," Jadi Om belum tau, kalo Gavin udah punya pacar? Beberapa hari yang lalu tuh ya, Om, Gavin ditembak sama cageb Harris, Om."

IRIDESCENT [Completed]Where stories live. Discover now