Bagian 13

2K 154 2
                                    


Bagian 13

Ara sedang tiduran di ayunan---yang ia tidak tahu namanya apa. Intinya ayunannya yang bisa untuk berbaring santai. Di bawah dua pohon yang berjejer seakan memang sengaja ditanam agar bisa dipasang ayunan nyaman ini. Fara memang mempunyai fasilitas rumah yang jos gandos. Kamarnya yang besar dan banyak sekali boneka di dalamnya, interiornya yang mewah, meja belajar, kasur yang berukuran king size yang sangat empuk, TV plasma berukuran besar dan almari besar dan tinggi yang hampir memakan habis satu sisi tembok kamarnya. Oh, dan jangan lupakan isinya yang mantap jiwa hingga terkadang membuat Ara iri. Di kamarnya bahkan tidak diizinkan dipasang TV.

Ya Tuhan, nikmat mana yang kau dustakan. Apalagi semilir angin membuat Ara serasa di pantai. Pokoknya Ara itu lebih betah di rumah kedua temannya dari pada di rumahnya sendiri karena Ara tidak menemukan apa yang ada di rumah temannya, di rumahnya sendiri.

Sebenarnya Ara harus ngurir lagi, namun karena beralasan kelompok di rumah Fara dengan meneteng tas berisi buku tulis dan cetak plus pulpennya, ia bisa bebas bersantai di tempatnya kini. Padahal sebenarnya Ara tidak mengerjakan apapun dan tidak ada tugas kelompok yang harus dikerjakan.

Fara datang membawa minuman tambahan karena Ara yang sangat tidak tahu dirinya meminta nambah. Satu gelas tinggi orange juice tandas dalam sekali tenggak oleh Ara. Ia bilang, tadi kepanasan saat menuju ke sini dengan motor kebanggaannya dan Fara sebagai tuan rumah harus melayani dirinya. Kurang tidak tahu diri bagaimana lagi coba!

"Ya Allah, gue betah banget di rumah lo yakin, Par-Par," ucap Ara setelah menenggak setengah gelas tinggi lagi orange juice dan mendesah yang dibuat sedramatis mungkin setelahnya.

"Gue yang nggak ridho lo di rumah gue. Ngabis-ngabisin makanan gue doang!" sungut Fara kesal. Tentu saja ia masih kesal karena disuruh-suruh padahal ia adalah tuan rumahnya.

Tentu saja Ara hanya menunjukan cengiran kudanya. "Ya gimana sih Far, punya temen tajir ya dimanfaatin lah! Mubajir kalo disia-siain."

Fara mendengus. "Di rumah lo emang nggak ada? Dasar nggak tau diri," candanya.

"Ya lo tau lah Far, kalo my Papa tuh dokter ganteng, mana ada camilan banyak-banyak kayak di rumah lo. Paling juga setoples kripik kentang udah paling banyak. Resiko punya papa dokter ya gini." Bibir Ara mengerucut. "Dedek jadi syedih."

Mysha yang sedari tadi diam sambil duduk di tikar sambil fokus dengan novelnya menyahut sambil melempar permen yang akan ia buka. "Jijik banget sih, dasar alay."

"Apaan sih Mica. Udah ah lo baca teros aja itu novel! Gue sama Fara mah apa, Cuma serbuk rinso yang sekali kuceng ilang. Iya nggak, Far?"

"Lo kali. Gue mah manusia yang diciptakan sambil tersenyum lebar, dan dibuat dengan cahaya yang tujuh kali lebih bersinar dari lo."

"Gue jadi pengen ngomong kasar, lutung!"

"Lo yang lutung, monyet, gorila, emaknya simpanse! Sana ah lo pergi aja dari rumah gue. Bikin gedek aja!"

"Iya gue juga mau pulang. Udah bosen di sini dihujat mulu. Lelah hati gue." Ara turun dari ayunan itu sedikit sulit hingga akhirnya terjungkal dan jatuh di atas tanah. "Kampret!" teriak Ara disusul sumpah serapah yang keluar dari mulutnya untuk ayunan sialan itu.

Fara dan Mysha sontak tertawa terbahak-bahak hingga memegangi perutnya dan Ara yang mengerucutkan bibir sambil memebersihkan sisi tubuhnya yang terjatuh.

"Bahagia banget ya lo bedua liat gue kayak gini?!" Ara menatap dua orang yang masih tertawa itu dengan sinis. "Gue pulang duluan aja lah."

Fara mengrenyit heran dan Mysha seketika menatap Ara. Padahal tadi yang menyuruhnya berkumpul di rumah Fara adalah Ara. Namun kini malah Ara juga yang kabur terlebih dahulu.

IRIDESCENT [Completed]Where stories live. Discover now