Bagian 6

2.2K 167 21
                                    

Happy reading❤

Karena minder, makanya aku menghibur diri. Supaya kepercayaan diriku kembali ke permukaan dan aku tidak lagi berkecil hati.

-I R I D E S C E N T-

***

"Mau nembak," ucap Ara dengan wajah polos.

Semua yang ada di sana sontak menganga. "HAH?"

Ara terkekeh. "Biasa aja kali."

Salah satu cowok di situ bersuara. "Lo yakin? Emangnya lo nggak tau Gavin?"

"Enggak." Ara nyengir kuda sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ish, ini Kak Gavin yang mana. Aku udah malu banget ini."

"Ngapain nyari gue?"

Ara mengerjapkan matanya. "Kakak ... Kak Gavin?"

Cowok itu hanya berdehem mengiyakan. Sementara cowok lain yang di depan orang yang mengaku bernama Gavin memprotes. "Yang ditanya cuma Gavin? Gue nggak?"

"Aduh, sebenernya aku cuma ada urusan sama Kak Gavin, tapi ya udah deh, nama Kakak siapa?"

Cowok itu tersenyum lebar karena akhirnya sebentar lagi akan berkenalan dengan cewek yang sedari kemarin menari-nari di pikirannya. "Gue—"

"Eh, nggak jadi deng. Kakak kan, yang pas itu di rumah yang aku nganterin kue," kata Ara kelihatan berpikir. "Ah, iya! Kak Harris."

"Aduh, udah jangan ngajak aku ngomong mulu. Eh, Kakak namanya siapa?" tanya Ara pada cowok di sampingnya.

"Aksa ganteng."

Ara terkekeh. "Aku boleh duduk di situ? Aku ada perlu sama Kak Gavin."

Aksa mengangguk lalu berpindah duduk di samping Harris. Harris berbisik pada Aksa apakah drama kali ini. Apakah sama seperti yang sebelum-sebelumnya yang berakhir penolakan atau malah sebaliknya. Harris mengajak Aksa taruhan. Harris yang yakin memilih ditolak, dan Aksa yang pasrah memilih diterima.

Ara duduk di samping Gavin lalu menyodorkan secarik kertas yang sedari tadi ia pegang. Gavin mengangkat sebelah alisnya setelah kertas itu benar-benar di hadapannya.

"Kak Gavin mau ya, jadi pacar aku." Jantung Ara berdebar kencang dan badannya panas dingin. Kini harga dirinya berada di tangan Gavin.

Gavin mulai membaca tulisan yang ada di kertas itu dan sebelah sudut bibirnya terangkat. Menyerupai senyuman sinis yang biasa ia perlihatkan. Jantung Ara semakin berdebar kencang.

Ara memejamkan matanya, menyiapkan hati dan dirinya dengan jawaban apapun yang akan dilontarkan Gavin. Suasana di kantin yang semula ramai berubah hening. Kejadian seperti ini sudah sering kali terjadi namun masih banyak yang ingin tahu apa yang terjadi. Apakah ditolak mentah-mentah, atau malah diterima. Oke. Hal yang satu itu belum pernah terjadi.

"Buka mata," suruh Gavin pada Ara.

Arapun membuka sedikit demi sedikit kelopak matanya. Setelah terbuka sempurna, bola mata indahnya kian melebar ketika Gavin merobek kertas yang tadi ia sodorkan pada Gavin. Rasanya Ara ingin tersedot lantai yang dipijaknya saja. Ara kemudian berdiri untuk pamit. Meninggalkan malu dan harga diri yang berceceran.

Sial. Baru pertama kali nembak ditolak pula! Nggak tau aja dia kalau gue masih suci dan polos. Maki Ara dalam hati. Ia benar-benar malu sampai rasanya ingin menangis. Pasti dia akan menjadi buah bibir dan trending topic kalau begini caranya.

IRIDESCENT [Completed]Where stories live. Discover now