Bagian 3

2.9K 195 3
                                    

Ara sedang duduk di lantai, bersandar pada tembok balkon kamarnya sambil menikmati teh mawar hangat yang membuatnya relax.

Sore yang mendung, membuat siapapun memilih bermalas-malasan. Termasuk Ara. Tapi dirinya sedang benar-benar bosan. Di rumah sendirian, tapi juga malas melakukan apapun. Mau menyusul mamanya, nanti pasti disuruh belajar. Mau menghampiri papanya, halah! Bisa-bisa dia mati bosan di sana.

Akhirnya Ara memilih masuk ke kamar dan ternyata, kucingnya yang diberi nama Milko-bukan milik Ara sebenarnya, tapi milik mamanya sedang berguling-guling di atas karpet.

"Hai, Milko emesh. Ngapain di sini? Kangen ya, kangen ya?" tanya Ara Sambil menguel-uel kepala Milko.

 Ngapain di sini? Kangen ya, kangen ya?" tanya Ara Sambil menguel-uel kepala Milko

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Milko, gue bosen banget di rumah tau. Masa cuma ada lo sama gue." Ara mengadu pada kucingnya. Ia memang sesekali curhat pada Milko saat di rumah sendirian seperti sekarang. "Mana yang di jogja nggak pernah pulang, hih."

"Alfa juga nggak pernah mau di rumah. Hih, punya adek bikin kesel aja! Padahal kan, mau gue ajakin main, jalan-jalan gitu, biar kaya kakak-adek goals." Ara berbiacara sambil memainkan bulu halus Milko.

Saat sedang berceloteh ria pada Milko yang tidak pernah dijawab, ponselnya yang berada di atas kasur berdering. Saat melihat siapa yang menelponnya, buru-buru Ara mengangkat telpon itu. Karena jika terlalu lama, omprengan mamanya akan panjang dan tidak selesai-selesai.

"Hal-"

"Kamu ini ya, Ra! Ngangkat telpon dari Mama aja lama banget."

Ara menghembuskan nafas kasar. "Lagi main sama Milko, Ma."

"Mama nggak nanya."

Ara mencibir dalam hati. "Terserah Mama aja deh, ada gerangan apa nyonya menelpon Ara?" tanya Ara to the point.

"Kamu kesini sekarang ya, penting."

"Ngapain kesitu?"

Ara bisa mendengar mamanya berdecak. "Tinggal kesini aja apa susahnya, sih! Jangan jadi pemalas, deh!"

"Yaallah ya robbi ... Ara kan cuma nanya, Ma," erang Ara tertahan.

"Ya udah, sih, nggak pake lama."

"Iya, Ma, iya," jawab Ara jengah.

Setelah sambungan telpon terputus, Ara menurunkan Milko dari pangkuannya. "Milko, gue tinggal dulu ya, nyonya besar sudah mengompreng. Nanti kalau nggak cepet-cepet, sampe sana pasti kuping gue berdengung." Ara terkekeh karena Milko tidak mau ditinggal.

Ara bergegas keluar rumah, mengambil motor matic di garasi lalu melaju menuju tempat toko roti milik mamanya. Jaraknya tidak terlalu jauh, dan jalannya lumayan sepi. Jadi dia bisa mengebut.

Sampai di toko, Ara mencari mamanya sambil melihat-lihat tembok yang terlihat membosankan. Tambahin lukisan atau di siram cat kek, biar lebih cerah kaya wajah gue.

IRIDESCENT [Completed]Where stories live. Discover now