40 || Just Imagination

1.7K 75 6
                                    

Farel menatap dirinya di pantulan cermin kamarnya. Ia sempat terpukau dengan ketampanannya sendiri yang bertambah dua kali lipat dengan tuxedo hitam yang ia kenakan.

Malam ini, ia akan hadir ke acara promnight bersama Ramya dan Alan.

Sesekali ia menyibakkan rambutnya kebelakang hingga seseorang masuk begitu saja tanpa permisi.

"Udah ganteng kok."

Farel menatap dingin Enelis yang kini berada disebelahnya. "Sana berangkat!"

"Gue nunggu temen."

Farel sungguh-sungguh berubah menjadi sosok yang menyeramkan sekaligus menjadi manusia es dalam sekejab mata.

****

Gedung mewah terpampang di depan mata. Banyak pasangan muda berlalu lalang dengan pakaian pesta. Hati Farel berdesir seketika begitu mengingat kenyataan kelam bahwa kekasihnya tidak hadir ditempat ini. Hm, ralat, mantan kekasih.

"Udah, gak usah sedih gitu. Gue tau lo mikirin Keisya. Ayo masuk," pinta Ramya seraya menepuk pundak Farel dengan pelan.

"Pada puncak acara, kalian semua diperkenankan untuk dansa dengan pasangan kalian, atau mengungkapkan perasaan kalian," ujar salah satu MC yang diberi gumaman oleh Farel.

Ngungkapin perasaan kok sekarang? Telat lah! Dasar, MC nya goblok

"Rel, lo disini ya. Kita mau ketengah buat dansa," ucap Alan. Farel mengangguk cepat lalu duduk disalah satu kursi kosong.

Ia menopang dagunya dengan tangan kirinya. Ia menatap jenuh kedua temannya yang tengah asik berdansa didepan sana dengan senyuman bahagia-nya masing-masing.

Impianku sudah lenyap, Kei. Dulu aku pernah mengira kalau kita akan disini, ditempat ini bersama. Melakukan hal yang sama dengan mereka. Tapi, kini itu hanyalah sebatas anganku saja, Kei. Cepat sembuh dan kembali-lah. Aku merindukanmu

"Farel?" panggil salah satu perempuan yang datang menghampirinya. Aura menyeramkan Farel seketika keluar.

Ia menatap gadis itu dingin. Sedangkan yang ditatap tidak takut dan terus berada ditempatnya seraya menatap Farel dengan penuh kekaguman.

"Gue gak ada pasangan. Lo mau dansa sama gue?" ajak gadis itu yang diketahui bernama Belva.

"Gak!" balas Farel ketus, dingin, dan tegas.

"Plis, Rel. Lagian ini terakhir kali kita ketemu kan. Setelahnya kita udah pisah!" ucap Belva sok akrab dengan Farel. Ia terus menggoyangkan lengan Farel.

"GUE BILANG ENGGAK, YA ENGGAK!!"

Kehilangan kendali, Farel membentak Belva sembari menghempaskan tangannya dengan kasar. Wajahnya merah, menahan emosi. Dirinya menjadi sangat anti dengan perempuan kecuali keluarganya dan Ramya tentunya.

Mereka yang berada disekitar Farel menatap Farel dan Belva dengan tatapan penuh tanya. Cairan bening sudah terkumpul di mata Belva. Walaupun begitu, tak ada belas kasihan sedikitpun dari Farel.

Farel melenggang pergi dari situ dan membiarkan gadis itu menangis, malu.

Alan dan Ramya yang melihat itu segera berlari menyusul Farel yang berjalan menuju halte.

"FAREL!!"

Yang dipanggil menoleh. Yang pertama mereka berdua lihat adalah tatapan mengintimidasi dari Farel. Sebuas itu kah dia?

"Tenang, Rel. Jangan kebawa emosi gini. Ini hari terakhir kita semua. Jangan buat semuanya jadi kacau!" sentak Alan.

Napas Farel tersenggal-senggal.

Sincerity  [✔]Where stories live. Discover now