38 || Different

1.3K 70 0
                                    

Ujian kenaikan sudah selesai semenjak sehari yang lalu. Farel menelungkupkan wajahnya di meja seraya memikirkan kejadian bulan lalu.

Hari dimana ia bertemu dengan gadis kecil yang terpisah dari ibunya. Hari dimana ia tak sengaja melihat pria yang ia kenal. Itu sangat mirip.

Pikirannya mulai melayang ke hal yang tidak-tidak. Itu semua karena ibu dari gadis kecil itu sangat muda. Bisa dibilang, dia wanita yang baru lepas dari masa remaja-nya.

"Apa dia kembali?" gumam-nya.

"Siapa kembali?" tanya Alan yang baru saja datang menghampirinya bersama Ramya.

Farel mendongakkan kepalanya lalu menggeleng lemah. Ia memijit kepalanya yang terus berdenyut.

"Lo pucet," ujar Alan sembari memegang kening Farel yang bersuhu hangat.

"Pulang aja, Rel. Lo sakit!" pinta Ramya yang duduk di kursi kosong, sebelah Farel.

Lagi-lagi Farel menggeleng. Ramya mengambil minum milik Farel dari tas-nya lalu diberikan kepada Farel. "Minum!"

****

Seakan menggantikan posisi Keisya, Enelis duduk di tepi kasur UKS dan menemani Farel yang nampak pucat dan lemas.

"Sini, aku suapin," tawar Enelis seraya mengambil sepiring nasi goreng yang sempat di beli-nya sebelum menjenguk Farel. Enelis mendekatkan wajahnya pada Farel lalu mencium pipinya singkat.

"Gak. Makasih." Farel tersenyum lebar pada Enelis. Ralat, tersenyum hambar. Ia masih tidak terbiasa dengan perilaku sepupunya yang sangat berlebihan ini.

Kalau dia itu kamu, Kei, dengan senang hati aku makan makanan itu, batin Farel dengan wajah sendu.

"Ih! Nanti kamu tambah sakit. Aku ikhlas kok suapin kamu. Beneran deh!" ujar Enelis dengan membentuk 'V' pada jarinya.

Gue yang gak ikhlas!, Batin Farel.

"Nih..aaaa." Enelis memaksa Farel untuk membuka mulutnya dengan menusuk-nusuk ujung sendok ke bibir ranum Farel.

"Buka mulutnya. Makan!" paksa Enelis tak henti-henti.

"Gue gak mau! Gak usah maksa gini! Bisa?!" ucapnya tegas, menahan amarah.

"KAMU HARUS MAKAN!" bentak gadis itu secara tiba-tiba. Farel sedikit tersentak mendengar bentakan itu.

"Gue gak mau dan gue gapapa, Gladis. Plis, jangan paksa gue," ucap Farel pelan, berusaha sabar menghadapi gadis bernyawa ganda ini.

****

Sepulang sekolah, Ramya meminta Alan untuk menemaninya bersantai di salah satu cafe dekat sekolah.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Ramya seraya menyodorkan secarik kertas berisi menu pada Alan.

"Cappucino aja." Ramya mengangguk lalu memanggil salah satu pelayan.

Kring..

Refleks Alan dan Ramya menoleh ke arah pintu masuk cafe. Disana ada sepasang manusia yang berjalan beriringan sembari menggandeng seorang anak perempuan.

"DEMI APA?!" teriak Ramya seraya menggebrak meja cafe. Alan menutup mulut Ramya agar ia tidak kembali berteriak.

"C-cewek itu?" ucap Ramya pelan terbata-bata.

Ramya berdiri dengan kasar lalu beranjak pergi menghampiri kedua orang itu. Secepat mungkin Alan mencekal tangan kiri Ramya agar gadis itu tidak membuat keributan di tempat ini.

"Kendaliin emosi kamu!" ucap Alan sedikit membentak. Dada Ramya naik-turun. Ia berusaha menetralkan napasnya yang memburu.

"Tapi dia--"

"Ini bisa dibicarakan baik-baik. Gak perlu pakai emosi, sayang. Duduk! Tenangin diri dulu, barulah kita samperin mereka," ucap Alan lembut dan menuntun Ramya agar kembali duduk ditempatnya.

Kedua orang yang dilihat sepasang kekasih itu duduk dibalik sofa yang mereka tempati.

Ramya berusaha sabar, padahal ia ingin sekali menjedotkan kepalanya dengan kepala pria tak tau diri itu, lantaran terlanjur naik darah.

"Aku gak tahan, Lan! Kita harus bicara sama cowok gila itu!" ucap Ramya menahan bentakkannya.

"Aku bilang, nanti! Apa kamu sudah lupa arti kata 'nanti' huh?!"

Ramya diam. Menahan segala kekesalannya.

"Papa, aku mau stroberi!" ucap gadis kecil yang duduk dibalik Ramya itu. Otomatis tangan Ramya terkepal kuat begitu mendengar kata 'papa' dari mulut anak perempuan itu.

Ramya berdiri kasar lalu berbalik.

"PAPA?! APA MAKSUDNYA? LO-- LO UDAH NIKAH ATAU GIMANA?!"

***

To Be Continue
.
.
.
.
.
.
Xixi! Ada yang bisa nebak?
Siapa orang yang diliat dua sejoli
gila itu? Hehew..
.
.
.
.

Voment!

Sincerity  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang