24 || Wrong Choice

1.2K 77 0
                                    

Farel POV

Jujur, aku sangat terpaksa meninggalkan Keisya hanya demi Enelis. Apalagi diluar tengah hujan deras. Aku tidak sempat bertanya pada Keisya, dia pulang naik apa?

Astaga Farel..

Aku tau, aku salah. Tapi Enelis membutuhkanku. Keisya juga bilang bahwa dia tidak apa-apa.

Aku cemas. Aku menginjak pedal gas kuat-kuat agar segera sampai di apartemen. Ya, Enelis bilang bahwa dia tengah berada di apartemen tante nya dan dia bilang sambil menangis kalau dia ingin aku kesana secepatnya karena dia terluka.

Aku berlari begitu sampai di apartemen. Aku menekan tombol-tombol didepan pintu apartemen lalu masuk.

"ENELIS?! LO DIMANA?" teriakku hingga terdengar ke setiap penjuru ruangan.

"Hai, Farel. Ternyata kamu datang juga."

Aku emosi begitu melihat dia dalam keadaan baik.

"Rel? Kok diam? Eh, btw, makasih udah datang."

"Kenapa lo nelpon gue?" tanyaku dingin.

"Ancaman itu berhasil ya. Ternyata kamu khawatir sama aku. Buktinya kamu cepat dat---"

"GUE UDAH NINGGALIN KEISYA DEMI LO! TAPI, LO TERNYATA CUMA BOHONGIN GUE!"

Aku kesal. Aku keluar dari sana namun tanganku dicekal oleh Enelis.

"Kamu mau kemana?"

"KEMANAPUN BUKAN URUSAN LO!"

"Rel, maaf. Aku cuma mau lebih banyak waktu sama kamu." Dia mencium pipiku sekilas. Aku sangat marah dibuatnya.

Aku tidak peduli. Aku berlari keluar dari sana. Kulihat sekilas kebelakang. Enelis tidak mengejarku. Dia menangis diambang pintu.

Aku pergi dari tempat itu. Segera pergi menuju rumah Keisya. Aku merasa bersalah.

****

Aku menarik napas dalam, kemudian aku mengetuk pintu rumah bercat putih itu.

"Tunggu sebentar," ucap seseorang dari dalam sana. Aku menunduk sebentar lalu menengadah ketika seseorang sudah membuka pintu.

"Farel ya?" tanya seorang wanita didepanku. Dia adalah bunda Keisya.

"Iya bunda."

"Keisya nya mana?"

Deg.

Jadi, Keisya belum pulang? Apa dia menungguku di cafe? Ahh, kemana dia?!

"Justru saya kesini kamu ketemu Keisya.."

"Keisya bilang dia sama kamu!"

"Tadinya iya.. tapi.."

"Farel! Ini sudah malam. Apa kamu ninggalin dia ditengah hujan deras seperti ini? Hari sudah mulai gelap. Kamu juga tidak tau kalau dia phobia gelap? Dia bisa celaka."

Aku hanya mengangguk dan menunduk.

"Maaf, bunda."

"Cari dia! Saya kecewa sama kamu kalau terjadi sesuatu pada Keisya."

*****

Aku mengusap wajahku kasar. Sudah dua jam aku berkeliling untuk mencari Keisya.  Penglihatanku jadi kurang karena hujan deras membuat kaca mobil menjadi buram.

"Keisya..kamu dimana?" ucapku bermonolog.

Beberapa menit kemudian, aku memicingkan mataku saat melihat ada dua pria menghadang seorang perempuan. Salah satu pria itu mendorong kasar tubuh gadis itu. Aku tidak bisa melihat wajah gadis itu karena ia membelakangiku.

Buru-buru aku menepi. Aku mengambil sebuah payung lalu turun menghampirinya.

"LEPASIN DIA!!" teriakku.

Buru-buru hajar kedua pria itu bergantian. Tidak mudah bagiku untuk melawan pria itu. Tapi, pada akhirnya mereka pergi dari hadapanku setelah kutinggalkan lebam diwajah mereka.

Buru-buru aku melihat wajah gadis itu. Itu...

Gadis yang kucari-cari sejak tadi.

"KEISYA!!" Aku menangkap tubuhnya yang ambruk. Matanya terpejam. Seluruh tubuhnya basah kuyup, tangannya dingin, dan kepalanya hangat. Aku semakin merasa bersalah.

*****

Aku membawanya masuk kedalam kamarnya setelah dijinkan oleh bunda. Pelan-pelan kurebahkan Keisya dikasurnya.

Dengan pelan, aku menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajahnya.

"Bunda, maafin Farel." Aku menatap bunda yang baru saja duduk ditepi kasur.

"Bunda maafkan. Sekarang keluarlah! Bunda mau mengganti pakaian Keisya."

Aku mengangguk lalu berjalan keluar dari kamarnya. Aku memilih untuk ke dapur. Aku membuat teh hangat untuk Keisya tanpa seizin bunda.

Oke, Farel, anggap saja ini rumah sendiri.

Aku mengetuk pintu kamar gadisku. Aku tidak berani membukanya langsung.

"Bunda.. apa sudah selesai?"

"Ya," jawab bunda dari dalam. Perlahan aku memutar knop pintu lalu meletakkan teh hangat yang kubuat diatas nakas.

"Maaf bunda. Tadi Farel kedapur buat bikin teh tanpa seizin bunda."

"Tak apa."

"Maaf bunda. Farel benar-benar menyesal, bun. Farel janji gak akan ninggalin Keisya sendiri lagi. Farel akan jagain Keisya, bun. Maaf."

Bunda memelukku. Aku cukup terkejut. Namun aku tetap diam dan membalas pelukan bunda.

"Bunda sudah memaafkan kamu, Farel. Kamu laki-laki yang bertanggung jawab. Bunda suka itu. Rel, bunda pegang janjimu."

Aku mengangguk. Membiarkan bunda melepas pelukan itu lalu keluar dari kamar ini. Mataku beralih pada Keisya yang masih tertidur.

Sepertinya bunda lelah. Aku pun memutuskan untuk membantu bunda merawat Keisya. Aku mengambil sebuah gayung lalu ku isi dengan air hangat.

Aku sempat bingung, dimana aku bisa mendapatkan sebuah kain untuk mengkompres Keisya. Perlahan kubuka lemari Keisya. Aku tidak bermaksud untuk lancang.

Kucium kening Keisya agak lama. Tanganku mengusap pelan pipi Keisya. Lalu aku letakkan kain hangat itu didahi Keisya.

"Cepat sembuh, sayang. Maaf."

To Be Continued✓
.
.
.
.
.
.
.
.

Nih, udah apdet lagi kan?
Lagi niat aku tuh

Bisa-bisa hari ini apdet
3-4 part. Itupun kalau moodku
masih sama seperti yang sekarang.

Vote n komen yaa..

Salam maniz,
dede Jungkook💋& pacar taehyung👅

Sincerity  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang