14 || Sindrom!

1.7K 110 19
                                    

Aku dan Farel terus saja berlari keluar masuk apartemen untuk menghindari pukulan maut dari Ramya yang tengah mengejar kami di belakang.

Bagai orang miskin, Ramya selalu bersenjata panci. Apa tidak ada yang lain? Yang lebih ekstrim. Pisau misalnya? Ups.

"SAMA AJA LO BERDUA! NGINTIP-NGINTIP. GUE SUMPAHIN KALIAN KETIBAN APARTEMEN!"

Aku dan Farel saling melirik lalu tertawa terbahak-bahak.

"Kalau kami ketiban, berarti kamu juga dong. Kan kamu juga lagi didalam apartemen."

Aku berlari sembari sesekali melihat kebelakang. Ramya masih mengejar kami. Aku mulai lelah. Mataku memejam sekilas hingga aku terjatuh.

"Aduh.." Aku mengusap kepalaku yang terbentur ubin. Aku tidak sengaja menabrak koper seseorang yang baru saja keluar dari lift.

"Kei, lo gapapa?" Aku tidak menjawab Farel. Aku hanya terus meringis sampai Farel menggendongku menuju kamar apartemen kami.

Farel mengusap kepalaku yang terkena benturan. Dia melihat kepalaku seperti tengah meneliti.

"Gak benjol kok." Aku memukul lengan Farel sembari tertawa dan menangis.

"Ih! Kamu nyumpahin aku benjol?"

"Lah? Enggak!"

"Jahat!" Aku merajuk. Aku menutup seluruh tubuhku dengan selimut putih yang tersedia.

"Ck. Jangan ngambek dong." Farel terus membujukku untuk berhenti merajuk. Aku terlanjur kesal.

Cup!

Sontak mataku melebar. Ketika turunkan selimutku, bibir Farel mendarat dengan mulus di pipi kiriku. Aku merasakan jantungku berdetak begitu cepat.

Buru-buru aku beranjak dari kasur. Aku berjalan masuk kedalam toilet lalu mengeluarkan ponselku dari saku. Aku memencet angka-angka yang tertera disana hingga tersambung.

"Bunda.." ucapku pelan.

"Kenapa? Gimana liburannya?"

"Bunda! Keisya panik! Sindrom itu bunda!"

Bunda tertawa di sebrang sana. Aku dibuat kesal oleh dua orang sekaligus.

"Bunda...Keisya serius!"

"Ada apa dengan Farel?"

"Bunda, masa ya, barusan Farel cium pipi aku."

Lagi-lagi bunda tertawa. Sebenarnya apa yang lucu?

"Dia sayang Keisya."

"Aku takut."

"Karena?"

"Menurut novel yang Keisya baca, pacaran itu menyakitkan bunda. Mending aku gak usah kenal cinta deh kalau gitu."

"Maksudmu?"

"Aku takut ditembak."

"Pede!"

"Ihh! Bunda! Di novel begitu."

"Terima aja. Sakit itu wajar untuk cinta pertama. Anggap aja itu semua pengalaman dan bisa jadi pelajaran untuk kedepannya. Ya, Keisya?"

Aku mendengus pelan.

"Oke bunda."

"Bunda tutup ya?"

"Iya. Dah bunda."

*******

Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu. Farel akan menepati janjinya dengan mengajak kami berkeliling kota Seoul. Tapi, ada sedikit kendala.

Sincerity  [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora