22 || Fake Apology

1.3K 86 12
                                    

Aku bisa melihat Kim berlari kearah seorang gadis yang mungkin seumuran denganku. Kim menariknya kearahku.

"Farel, aku kangen." Perempuan itu memeluk lengan Farel dengan manja. Aku melihat Farel terdiam dan berusaha melepaskan perempuan itu. Farel melirikku sekilas.

"Lis, tolong lepasin," mintanya dengan lembut. Perempuan yang dipanggil 'Lis' itu melepaskannya kemudian menatapku.

"Farel, kamu udah makan? Ayo makan bareng! Aku udah buatin kamu makan siang lho. Makanan kesukaan kamu," ucapnya antusias.

Farel menatapku seolah meminta jawaban. Aku tidak mau egois, maka aku mengangguk. Aku berasumsi, dia adalah sepupu Farel dan Kim adalah adiknya.

Aku melihat Kim yang masih berdiri disampingku. "Kak Keisya gak mau makan juga? Ayo sama Kim!" ajak gadis kecil itu seraya menarikku pelan untuk turun. Aku mengangguk dan tersenyum.

Setibanya dimeja makan, aku melihat perempuan tadi tengah menyuapi Farel. Aku menengadah. Mencegah buliran bening dari mataku untuk lolos.

"Kim.." panggilku pelan pada Kim yang tengah mencuci tangan di wastafel.

"Apa kak?" jawabnya pelan juga. Ah, dia peka bahwa aku ingin berbicara empat mata saja.

"Dia kakakmu?" Kim mengangguk.

"Iya. Namanya Kak Enelis." Aku ber'o' ria lalu mengangguk. Setelahnya aku dan Kim duduk dimeja makan, sedikit jauh dari tempat Farel dan Enelis duduk.

"Kak! Aku sama Kak Keisya makan dulu ya," ucap Kim girang seraya menyendok makanannya.

"Iya," jawab Enelis singkat lalu melanjutkan acara suap-menyuap dengan Farel. Apa ini? Hatiku terasa perih. Apa ini yang dinamakan cemburu? Jika iya, maka ini rasa cemburu yang ku alami untuk pertama kalinya.

Aku menatap Farel yang berulang kali membuka mulutnya untuk menerima suapan Enelis. Dia menatapku juga dan menatapku sendu.

"Kei--" ucap Farel dan aku memotongnya. Aku meletakkan jari telunjukku dimulutku.

"Makanlah," kataku. Bisa kulihat Enelis menatapku sinis lalu kembali tersenyum melihat Farel.

*****

Aku berbaring sembari menatap langit-langit kamarku. Pipiku basah. Ya, aku menangis karena seorang laki-laki, for the first time. Tadi, aku pulang naik taxi. Awalnya Farel memaksaku untuk pulang bersamanya, namun aku menolak dengan lembut.

"Kei?" panggil bunda dari luar kamarku. Aku menyeka air mataku dan duduk ditepi kasur.

"Ya? Masuk aja, bunda."

Bunda masuk dan duduk disampingku. Bunda mengusap punggungku pelan.

"Ada apa?" tanyaku lembut.

"Turun. Ada Farel dibawah." Aku terkejut kemudian aku mengangguk lemah.

"Kenapa? Kamu ada masalah?" tanya bunda peka.

"Enggak kok. Kei turun dulu ya.." Bunda mengangguk.
________________

Aku melihat Farel duduk disofa seraya menatap datar televisi didepannya. Padahal televisi itu mati. "Ada apa?" tanyaku tanpa basa-basi.

Dia menoleh lalu berdiri tegap. Dia berjalan kearahku. Dia memelukku. Ah, aku harus apa?

Marah atau senang?

"Maaf. Aku gak bermaksud---"

"Sssttt.." Aku meletakkan jari telunjukku dibibir merahnya. Dia menatapku sendu. Tatapan itu membuatku tertular. Rasanya aku juga ingin menangis.

Sincerity  [✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt