31 || T & E

1.3K 76 0
                                    

[ Special Kim POV ]

Aku berlari cepat mengejar kucing lucu yang duduk di kursi teras rumah. Kucing itu lari nya sangat cepat. Aku terus berlari sampai aku tersandung sapu yang tidak ditaruh di tempatnya dengan benar.

Aku melihat lututku yang berdarah. Tidak sakit.

Dengan cepat, aku ke kamar aunty Hanna untuk minta diobati lukaku. Kata mama, kalaupun gak sakit, tapi tetap harus di obati.

"Kim, coba kamu naik deh. Liat kakak-kakak kamu itu. Dari tadi berantem kayaknya," ucap aunty Hanna setelah selesai mengobatiku.

Aku menaikki tangga pelan-pelan biar gak jatuh lagi. Aku mengetuk pintu Kak Farel terus mengintip sedikit pas aku dorong sedikit pintu nya. Aku lihat Kak Farel lagi marah-marah sama kakakku.

Aku gak ngerti maksud omongan Kak Farel tapi aku dengar Kak Farel menyebut nama Kak Keisya. Jadi, aku segera turun untuk menemui aunty  Hanna dan memberitahu nya.

****

Keisya POV

Hari ini, hari mulainya perang dingin antara aku dan Farel. Aku berjalan tegap dan tegar agar terlihat seolah aku baik-baik saja setelah putus dengannya.

Dari kejauhan, bisa kulihat Farel berjalan menghadapku. Berlawanan arah, mungkin? Hingga aku dikejutkan dengan Ramya yang tiba-tiba datang dan berteriak, bertepatan dengan Farel yang berjalan tepat di sebelahku.

"HAI KEISYA!! OH, HAI FAREL?? APA KABAR KALIAN? MASIH BAIK-BAIK KAN? FAREL EMANG COWOK YANG TEPAT BUAT LO, KEI!"

Deg!

Teriakan Ramya bagaikan petir yang menyambarku tiba-tiba. Cowok yang tepat? Mungkin kah, Ram? Andai kamu tau yang sebenarnya.

"Ram, kita udah pu---"

"Ke kelas yuk, Ram!" ajakku memotong ucapan Farel seraya menarik lengan Ramya, pergi dari sana.

Aku berusaha untuk tidak bertegur sapa dengannya sampai keadaan membaik atau mungkin sampai aku benar-benar melupakannya.

Awalnya aku berpikir Farel lebih baik daripada Alan. Ternyata dugaanku salah. Alan jauh lebih baik darinya.

"Kei, apa-apaan sih?! Main tarik-tarik aja! Liat noh, tangan gue benjol!" ketus Ramya yang kuberi lirikan tajam hingga dia menyengir tak berdosa.

"Diam, deh. Jangan ganggu aku."

"Lo kenapa sih?"

"Gapapa."

"Pasti ada apa-apa."

"Gak!" jawabku sedikit nyolot hingga Ramya tersentak lalu menatapku tajam. Aku takut Ramya marah.

"Kalo enggak, kenapa jawabnya nyolot?!"

Aku diam.

Tak ingin memperpanjang masalah.

Biar ini masalahku dengan Farel.

Atau mungkin masalahku dengan Enelis juga (?)

****

Ramya menarikku ke kantin dengan cepat. Aku tidak menolak karena aku juga sudah lapar. Kami memilih tempat duduk di pojok kantin seperti biasa. Selang semenit kemudian, Ramya telah kembali dengan pesanan kami ditangannya. Kini di sebelah Ramya sudah ada Alan yang mulai menyuapinya makan.

Tiba-tiba aku teringat seseorang. Kulirik kursi disebelahku. Kosong, yang biasanya menjadi tempat Farel. Ah, kenapa aku memikirkan cowok sialan itu?

"Kei? Lo--"

"---sama Farel?" lanjut Ramya dengan bingung. Aku mulai mengerti dan.. terkejut.

Kulihat Farel memasuki kantin dengan Tata dan Enelis disampingnya. Tata? Apa dia berteman dengan Enelis? Mengingat mereka seangkatan.

Sincerity  [✔]Where stories live. Discover now