♡38

16.1K 1.1K 70
                                    

Rahil senang melihat kondisi Mia yang sudah jauh lebih sehat. Pipi dan badannya lebih berisi, tidak kurus lagi. Beratnya otomatis sudah tambah walaupun istrinya itu masih suka cemas kalau beratnya naik.

Akhirnya timbangan di rumah pun disembunyikan Rahil agar tak setiap waktu Mia mengontrol berat badannya. Khas penderita Eating Disorder yang selalu mengontrol berat badan dengan ketat. Bahkan saat Mia ikut dia olah raga pun, ia melarang untuk melakukannya terlalu rajin. Ia mengijinkan hanya sebatas menjaga kebugaran bukan untuk mengontrol berat badan atau bentuk tubuh.

"Ih, mantu Mama tambah cantik." Puji Frannie sambil mencubit pipi Mia saat datang ke rumah mereka pada suatu minggu. Kangen katanya.

"Jangan dipuji, Ma. Nanti ge-er." Ujar Rahil.

"Perempuan itu harus dipuji." Rahil kena geplak Mamanya. "Jangan pelit muji istri. Dia sumber kebahagiaan dan rejeki kamu!"

Mendengar Mama mertuanya malah balik menasehati suaminya, Mia tak dapat menahan tawanya.

"Mama..." panggil Mia disela tawanya.

"Iya?" Frannie langsung menoleh pada menantunya.

"Tahu nggak, di kampus ada dosen ganteng." Ia mendekat dengan gaya bersekongkol. "Katanya suka sama aku. Namanya Pak Rahil."

Awalnya Frannie yang ingin menegur menantunya karena sudah membicarakan dan memuji lelaki lain apalagi di depan suami sendiri ganti menahan tawa dan ikut bergaya sekongkol. "Terus...terus..."

"Dia suka bilang aku cantik lho, Ma. Tapi dia juga suka gangguin aku. Isengin aku terus. Sebel deh, Ma. Padahal kan cakep lho."

"Wah...dosen nggak bener itu. Padahal kamu sudah nikah ya?" Tambah Frannie.

Mia mengangguk semangat. "He-eh. Nanti aku laporin suami aku gimana? Terus...dia kan kembar ya, Ma. Waktu itu kembarannya datang, aku ngirain waaah...Pak Rahil mau mati soalnya ketemu doppelgangernya. Gitu."

Frannie mengerjap lalu tertawa. "Ya Allah...kamu ini ada-ada aja..." ia geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan cara otak menantunya itu bekerja.

"Kebanyakan nonton Doraemon tuh khayalannya aneh-aneh." Komentar Rahil.

"Mia..."

"Iya, Ma?"

"Kamu ikut Mama pulang ya?"

"Ngapain?" Tanya Rahil dan Mia serempak.

"Nemenin Mama di rumah. Biar Mama ada hiburannya." Jawab Frannie enteng.

"Nggak bisa! Aku sendirian dong." Rahil cemberut.

"Kamu sih biarin aja...yang penting Mama seneng." Frannie menoleh pada menantunya. "Mau ya? Kamu lucu."

"Papaaaa! Papa pergi kemana sih...lama amat jemput Mama!" Gerutu Rahil. "Papaaaa!"

Mendengar itu Frannie langsung tertawa.

"Iiih...merajuk ih..." goda Mia sambil menoel dagu suaminya yang memang duduk di sebelahnya.

Mereka semua memang tengah bersantai di ruang tamu sambil makan rujak manis oleh-oleh Frannie. Dengan dua bumbu yang berbeda. Pedas dan manis.

Rahil menoleh dengan mata menyipit lalu dengan gerakan cepat yang tak dapat diantisipasi Mia, ia mengapit dan memiting leher istrinya dengan tangan.

"Mamaaa...Mas Rahil nakal nih!" Aduh Mia sambil tangannya berusaha menggapai sesuatu.

"Mas Rahil! Itu Mia kepencet!" Tegur Frannie.

"Biarin. Ampun nggak?"

"Enggak." Mia malah menantang.

Elle S'appelle MiaWhere stories live. Discover now