♡5 (rewrite)

14.1K 1.1K 128
                                    

Bab ini udah setengah jadi...tiba-tiba ilang 😭😭😭 bukan ilang isinya. Ilang babnya juga😭😭😭.

Bikin lagi deh...feelnya jadi berubah 😠😤😔

Oh ya, sebelum itu buat kawan-kawan yang punya anak, adik, keponakan atau sepupu usia 4 tahun itu, mereka biasanya ngomongnya gimana? Masih cadel di huruf tertentu aja atau banyak huruf?

Mohon infonya ya 😊😊😊 Nanti pasti disayang Allah 😍😍😍.

🍵🍚🍜🍤🍗

Awalnya Rahil berniat pulang saja setelah makan malam, tapi ia urungkan dan akhirnya ikut menginap. Ia minta Sahil membawakannya baju ganti untuk tidur dan kerja esok hari.

"Sudah? Segar?" Tanya Rene sambil memotong buah-buahan di meja makan menjadi ukuran sekali suap.

Rahil mengangguk sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. "Fresh from the oven." Jawabnya asal.

"Mateng dong." Celetuk Sahil yang tengah duduk di sofa depan TV bersama Ai.

"Maaf ya ngerepotin." Ucap Rahil mendekati meja makan.

Rene tersenyum. "Repot apa sih? Aku senang saja apalagi Sahil kan habis ini mau balik dan bakal nggak ketemu lama."

"Tuh..." sahut Sahil yang membuat Rahil memutar kedua bola matanya.

"Oh ya, kamu tadi kenapa?" tanya Rene teringat sesuatu.

Kening Rahil mengernyit sambil mencomot sepotong apel. "Apa?"

"Bu Camilla."

"C'est qui? (Siapa)" celetuk Sahil lagi penasaran.

"Dosen di kampus." Jawab Rene.

Rahil tidak menjawab, ia jalan ke belakang untuk menjemur handuknya dan kembali dengan rambut setengah basah yang hanya disisir jari.

"Kenapa dengan dosen itu?" Kejar Sahil saat Rahil duduk di dekatnya.

"Lho, Mas kok lesehan juga?" Seru Rahil. "Dek, minggir ih."

"Naksir Mas Rahil ya?" Sahil belum menyerah.

"Kan Dek Rahil ganteng. Wajar disuka." Sahut Ai.

"Sudah, biar. Nih, makan." Rene duduk dekat Aisha dan menyodorkan mangkuk buahnya yang berisi potongan apel, pir dan pepaya. Ia mengambilkan sepotong apel dengan garpu buah untuk istrinya.

"Ih, Mas Rahil aja yang ganteng? Aku enggak?" Gerutu Sahil.

"Maaf ya jadi ganggu istirahatnya." Ucap Rahil lagi sambil mencomot sepotong buah dengan garpu.

"It's okay...apa sih minta maaf terus dari tadi..." ujar Rene. "Biarin deh Sahil puas kangen-kangenan sama Aisha."

"Tapi memang tumben lho Dek Sahil manja betul." Timpal Ai sambil tersenyum.

Tiba-tiba Sahil menyandarkan kepalanya di bahu Ai. Berat? Pasti. "Yaaa...aku kan...jarang ada di dekat Mbak Ai, tiba-tiba saja Mbak Ai bukan lagi anak Mama-Papa, Mbakku tapi juga jadi istri orang." Rajuknya pelan.

Rene terkesiap.

"Adek..." tegur Rahil.

Ai tersenyum sambil mengusap kepala cepak adiknya itu. "Kamu nggak suka Mbak menikah?" Tanyanya lembut.

"Suka dong. Aku senang Mbak Ai nikah...cumaaa..."

Ai tersenyum lagi, kali ini menggenggam tangan si bungsu. "Kan sama saja, kalau tiba-tiba kamu pulang terus minta Mama dan Papa ngelamarin anak gadis orang buat kamu, kan kamu nggak sekedar anak Mama-Papa dan Adiknya Mbak Ai sama Mas Rahil, kamu juga akan jadi suami anak gadis orang."

Elle S'appelle MiaWhere stories live. Discover now