♡23

14.1K 1.1K 66
                                    

Karena pembawaan Mia yang ceria, walaupun berhijab dengan gamis, ia tidak bisa berjalan seanggun Ai atau Mama mertuanya. Dan hal itu menjadi sorotan mahasiswa-mahasiswi yang lain terutama dari kelas Ilyas.

"Mia, kamu pingsan-pingsan kemarin itu buat narik perhatian Pak Rahil ya?" Tegur seorang mahasiswi dari kelas Ilyas yang kebetulan lewat di depan Mia yang tengah duduk di gazebo tak jauh dari parkiran dosen.

"Hah?" Mia mengedip tak mengerti tapi hatinya mencelos.

"Kamu apain Pak Rahil kok tiba-tiba saja nikah sama kamu?" Tambah mahasiswi lainnya.

"Aku apain? Nggak diapa-apain." Jawab Mia jujur.

"Lagian tuh sudah tahu sakit gitu kan nggak usah sok-sok masuk." Kata mahasiswi pertama.

"Aku kan juga nggak mau sakit." Sahut Mia lirih.

"Terus, kok tiba-tiba kalian nikah? Kan kamu pacarannya sama Ilyas." Cetus mahasiswi kedua.

"Aku sama Ilyas nggak pacaran." Bantah Mia.

"Tapi deket kan? Sama saja ih." Mahasiswi pertama keukeuh.

"Cuma teman biasa. Kan Ilyas dekat sama Ridwan." Jelas Mia lagi. Jantungnya sudah berdebar tak karuan. Perasaannya tak enak.

"Eh, kalian ngapain sih?" Tiba-tiba Ilyas datang.

"Nggak ngapa-ngapain. Cuma nanya aja ke Mia, dia tuh pingsan kan cuma cari perhatian ke Pak Rahil." Terang mahasiswi pertama.

"Eh, gila ya kalian? Mana ada sih yang begitu?" Sergah Ilyas. "Orang dia sakit beneran. Pak Rahil aja sampai panggilin Adiknya yang dokter itu."

"Iya, tapi habis itu dia ngotot kuliah kan setelahnya? Apa coba kalau bukan narik perhatian Pak Rahil aja? Kalau sudah tahu sakit kan mending istirahat di rumah. Nggak usah sok-sokan masuk. Ngerepotin banyak orang kan jadinya."

"Ditambah lagi ujug-ujug, begitu sembuh Mia langsung nikah sama Pak Rahil. Kan aneh." Tambah mahasiswi kedua.

Sedang Mia hanya diam sambil meremas-remas kedua tangannya. Bingung mau jawab bagaimana lagi.

"Ck! Kalian ini kebanyakan nonton sinetron. Pak Rahil itu dari keluarga yang islami. Yang agamanya kuat. Nggak ada di keluarganya yang pacaran-pacaran dulu. Kalau suka ya langsung nikah." Terang Ilyas mengagetkan Mia yang sampai mendongak menatapnya.

"Sok tahu dih." Ujar mahasiswi pertama.

"Yo tahu i. Wong Ibu-Bapakku diundang. Bapakku kan tentara." Beritahu Ilyas. "Lagian sih sudah jodohnya."

"Tapi kamu kan..."

"Uwes tah nggak usah ngerasani orang. Perasaanku ya urusanku. Mia nikah sama Pak Rahil kan bukan urusan kita. Seng jelas sebelum nikah sama Pak Rahil, Mia juga bukan pacarku. Sudah ah..." Ilyas menggebah kedua teman sekelasnya pergi. Tapi sebelum pergi ia sempat tersenyum menenangkan Mia.

Mia hanya balas tersenyum datar.

"Miaaa!" Seru Winda lima menit kemudian. "Maaf lama. Toiletnya antri. Ridwan mana? Beli minum aja lewat Jepang."

"Nggak tahu." Mia memaksakan diri tersenyum.

Tak lama Ridwan datang dengan kresek berisi teh botol dan kresek lain berisi weci.

"Sorry lama, tadi kepingin weci eh nungguin goreng dulu." Kata Ridwan.

"Beli banyak? Mau dooong..." Winda jadi ingin juga dan ikut mencomot weci milik Ridwan.

"Kamu nggak mau?" Tanya Ridwan yang melihat Mia hanya mengambil teh botolnya.

Mia menggeleng. Dia sudah kehilangan selera makan.

Elle S'appelle MiaWhere stories live. Discover now