♡18

13.3K 1.1K 70
                                    

Apa kabar? Maaf ya belum sempat balesin komentarnya satu-satu. Seharian repot. Tapi udah aku baca semua kok.

Makasih yang udah baca, vote juga komen 😍😍😍.

Semoga kalian suka dan enggak bosen 😊.

🍵🍹🍱

Ridwan tidak masuk. Diare katanya. Jadilah Mia dan Winda saja yang ke kantin. Tentu hanya Winda yang beli makanan kantin karena Mia bawa bekal.

"Aku pipis dulu ya?" Pamit Mia.

"He eh." Winda mengangguk.

Mia pun segera meninggalkan temannya itu.

Untunglah toilet terdekat di kantin sepi. Tanpa antri dan lama, Mia bisa menuntaskan hajatnya. Hanya saja saat keluar dari bilik, di wastafel, Camilla sedang cuci tangan disana.

"Good morning, Miss." Sapa Mia sopan sambil menunduk dan tersenyum.

Dari cermin, tampak Camilla mengerutkan keningnya menatap Mia lalu berbalik dan kembali menatap dari atas ke bawah.

"Kamu masih berpenampilan begini?" Tanya Camilla heran.

"Memang kenapa?" Tanya Mia polos sambil menunduk, menatap baju yang dikenakannya. Celana jins yang dipadu kemeja perempuan lengan pendek warna kuning muda. Dengan sepatu dockside hitam.

Camilla menghela nafasnya. "Kamu kan sekarang statusnya nggak sekedar mahasiswi yang bebas pakai baju belel tapi juga istri dosen disini. Lihat saja penampilan suami kamu yang rapi begitu. Kok istrinya begini? Nanti orang bilang apa? Pasti mikirnya Pak Rahil yang nggak bisa merawat istrinya. Apalagi keluarga suami kamu yang syari begitu...ini menantunya malah begini. Jaga dong nama baik suami dan keluarganya."

Mia tercenung dengan wajah pucat dan jantung berdebar keras. Ia menggigit bibir bawahnya. "Begitu ya?"

"Iya dong." Camilla mengangguk mantap.

Mia mengangguk pelan. "Thank you nasehatnya." Ucapnya lirih. "Permisi, saya mau ke kantin dulu sudah ditunggu teman."

"Hem." Camilla mengangguk lalu berbalik bercermin lagi.

Mia segera keluar walau setiap langkahnya sungguh terasa berat. Semua ucapan dosennya itu terus terngiang dan lama-lama seolah mengatakan ia tidak pantas menjadi istri Rahil.

Tapi bahkan Rahil dan mertuanya saja tidak masalah atau mereka tidak mau membahasnya dulu karena ia masih sering sakit?

Apa benar ia yang tidak bisa menempatkan diri dan bisa merusak nama baik suaminya? Akhirnya hal itu terus yang berputar di kepalanya bahkan saat ia sampai di kantin.

"Woy, lapo kamu? Kok mukamu ditekuk gitu?" Tegur Winda sambil mengibaskan sendoknya. Soto ayamnya sudah habis separo.

Mia menggeleng. "Agak pusing aja." Ia pun mengambil sendoknya dan mulai makan. Tapi susah. Dan ketika terus dipaksakan makan sampai habis separo kotak bekal, yang ada ia malah mual dan tanpa bicara ia segera ke toilet lagi untuk mengeluarkan isi perutnya.

Lega. Perutnya tidak mual lagi. Mia segera cuci tangan dan muka. Tapi ketika keluar justru mendapati Rahil yang sudah berdiri bersandar sambil bersedekap dan tampak khawatir.

"Are you okay?" Tanya Rahil yang segera mendekatinya dan meraba keningnya. Tidak panas. Tapi wajahnya pucat.

"Kok Bapak disini?" Mia balik bertanya dengan heran.

"Winda tadi hubungi aku. Katanya kamu mual dan pucat gitu. Kalau masih nggak enak badan, mending tadi nggak masuk." Kata Rahil lembut.

Mia menggeleng. "Nggak apa-apa kok."

Elle S'appelle MiaWhere stories live. Discover now