♡9

12.5K 1.1K 221
                                    

Mia dilarang keras masuk kuliah lagi oleh Rahil, Rene bahkan Ai. Wajahnya memang sudah tidak terlalu pucat. Tapi tampak kalau masih lemas.

Tapi larangan itu terpaksa dicabut oleh Rahil dan Rene beberapa hari kemudian karena UTS. Mia memohon-mohon dengan sangat, minimal saat ia harus cuti atau yang terburuk, drop out kuliah, ia masih sempat melewati UTS.

"Mia, kamu tuh sengaja atau gimana sih?" Tanya Ratri setengah menggoda, setengah penasaran, setengah mencecar.

Saat itu mereka tengah menunggu jeda jam sebelum jadwal berikutnya.

"Sengaja apa?" Tanya Mia balik dengan polos.

"Sengaja pingsan ya biar ditolongin Pak Rahil?" Ujar Ratri centil.

"Astagfirullahal adhiim...nggak ada yang begitu!" Bantah Mia. Wajahnya memucat tapi sepertinya Ratri tak menyadarinya.

Ini adalah hari ketiga UTS dan Mia sudah pingsan dua kali dalam dua hari. Yang kedua kalinya Rahil lagi yang menolong.

"Ah masa?" Goda Ratri tak percaya.

"Nggak ada yang suka ya pingsan terus." Cetus Mia jengkel tapi ia berusaha sabar.

Entah Ratri hanya sekedar menggodanya atau memang penasaran dicampur iri, sampai jam berikutnya terus membahas hal itu.

Mia akhirnya diam saja sambil terus berdoa dalam hati minta dikuatkan agar bisa ujian dengan lancar hingga selesai dan selamat sampai rumah.

Winda yang ada di sampingnya mengusap punggungnya, menguatkan dan mendukungnya untuk tetap sabar.

Mia baru menyadari, bahwa kejadian ia sakit ini berpotensi menjadi gosip karena jarang melihat orang pingsan dan kebetulan yang selalu menolong itu seorang idola. Apa jadinya jika mereka tahu kalau ia tinggal di rumah keluarga idola kampus tersebut? Sungguh, ia tak berani membayangkannya.

Dan itu sangat membebani hatinya hingga ia pingsan lagi begitu jam terakhir UTS hari itu berakhir, tepat saat ia baru saja menyerahkan lembar jawaban.

Karena kebetulan jam terakhir adalah jam Rene, maka lebih mudah bagi Rene untuk membawa Mia pulang dengan alasan mengantarnya ke kost-an. Sebenarnya Winda ingin mengantar juga dan hal itu membuat Rene agak panik juga. Untungnya Allah Maha Pelindung, tiba-tiba Winda disuruh langsung pulang karena Ibunya mau minta tolong.

💜💜💜

"Pak, saya pulang ke kost-an saja ya?" Pinta Mia memelas pada Rahil yang menyusul ke rumah Ai begitu pekerjaannya beres.

Wajah Rahil tak menunjukkan ekspresi apapun. "Kalau saya pulangkan kamu ke kost-an, kamu bisa jamin ada yang jagain?"

Mia terdiam. Tita, sahabatnya pasti mau. Beberapa kali juga Tita menjenguknya di rumah Ai. Tapi...Tita juga kerja...

Rahil mengerti alasan Mia kali ini. Kemungkinan besar pemicunya pasti obrolan Mia dan teman-temannya yang mengira Mia hanya sekedar mencari perhatiannya. Mereka tak tahu kalau ia mendengarnya juga. Ditambah lagi selentingan sana-sini dari kelas lain. Ia menghela nafas kasar.

"Kamu disini dulu. Kita pikirin nanti. Fokus sama kesehatan kamu dan UTS saja dulu." Lalu Rahil meninggalkan kamar tempat Mia berada.

Sikap Rahil yang begitu membuat Mia gamang. Ia sungguh merasa terlalu terbebani dengan kebaikan dosennya itu. Sekarang ditambah lagi dengan gosip yang beredar di kampus.

Tanpa sadar air mata Mia meleleh. Ia bingung harus bagaimana. Tidak ada uang untuk membiayai hidupnya apalagi pendidikannya...dan ia tak ingin bergantung pada kebaikan dosennya sekeluarga.

Elle S'appelle MiaWhere stories live. Discover now