♡36

15.4K 1.2K 106
                                    

Mendekati ending, kawan-kawan 😊😊😊...

💕💕💕

Minggu ini Mia dan Rahil ke Sidoarjo. Rumah Kanya, kakak kedua Ayah Mia. Daerahnya dekat dengan bandara Juanda. Keduanya kesana dalam rangka pertemuan keluarga yang diadakan rutin enam bulan sekali.

Secara ekonomi Kanya cukup berada walaupun masih di bawah Awan, Adiknya. Tapi sikapnya jauh berbeda dengan Adiknya itu terhadap keluarga Mia.

Begitu datang dan menyapa semua orang, Mia dan Padma membantu menyiapkan makan siang di belakang. Padma memang meminta untuk datang lebih awal biar bisa membantu juga.

"Mia, wes krungu urung? (Sudah dengar belum)" Bisik Citra, anak tertua Kania.

Mia yang tengah membantu menyiapkan suguhan bersama sepupunya itu mendekat. "Apa, Mbak?"

"Ratu berantem sama suaminya. Katanya Jovan tuh cuek banget. Beda sama suami kamu."  Kata Citra.

Kening Mia mengernyit. "Apa bedanya?"

"Itu tadi lho. Cuek. Katanya suami kamu romantis. Iya kah?"

"Romantis? Enggak ah. Biasa saja. Lagian kata siapa Ratu berantem? Jangan gosip nanti fitnah." Ia ingat suaminya sering ngomong begitu.

"Tante Sari. Kapan hari gitu." Citra diam lagi karena ada saudara yang lewat. Kebetulan memang ia dan Mia paling dekat karena dengan sepupu lainnya jauh lebih tua lagi. Padahal dengan Mia juga beda umurnya tiga tahun. "Ratu ngeluh ke Mamanya kalau Jovan beda sama sebelum nikah. Ternyata aslinya cuek. Kalau di luar saja baik. Kalau di rumah cuek. Lebih ngurusi balapan sama bengkelnya." Lanjutnya lagi masih berbisik lalu menghela nafas. "Yo ndek endi-endi rumah tangga pancen ngono. (Ya dimana-mana rumah tangga memang begitu)"

Mia mengangguk. "Tapi...Mas Rahil sama aja deh. Nggak berubah."

"Lho, katamu nggak romantis?"

Mia mengangguk. "Tapi baik. Malah suka masakin aku. Masakannya enak lho. Lebih enak dari aku malah." Ia mengacungkan jempolnya.

"Iya? Wah...itu sih romantis, Mia." Sahut Citra kagum. "Suamiku malah nggak bisa apa-apa. Nyapu aja ngaco. Tapi dia sabar. Jago betulin perlistrikan. Yaaah...tiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing."

"Enggak ih. Romantis tuh kasih bunga, boneka...apalagi ya...candle light dinner...gitu." ujar Mia sambil mengingat-ingat perlakuan romantis suaminya padanya. "Kasih bunga juga cuma sekali. Waktu nikahan dulu dikasih buket mawar merah...iiih...cantik deh."

Citra memencet hidung Mia sambil menatapnya datar. "Kamu pikir ini sinetron? Film? Novel? Ck! Kamu ini...fiksi dan kenyataan itu beda. Huuuh!" Keluhnya.

"Aduh!" Tapi Mia manggut-manggut. "Gitu ya? Oooh..."

"Kadang perhatian kecil itu juga romantis lho. Makanya jangan nonton Doraemon aja duuuh..."

Mia meringis. "Mas Rahil romantis nggak ya? Ih, nggak penting. Yang penting dia baik sama aku. Nggak marah-marah. Tapi kalau aku nakal suka dimarahin sih hehehe..."

Citra menatapnya datar. "Kuat-kuatin aja ya suami kamu ngadepin kamu. Kamu tuh polos atau oon ya?"

"Ih, menghina. Aku nggak oon ya..."

Citra manggut-manggut. "Nggak emang. Cuma seratus kurang sepuluh aja sih...ganjil gitu."

"Tapi katanya aku setipe sama Dek Sahil. Ih...mereka kembar lho."

"Lah, kan memang suamimu kembar." Citra menepuk keningnya sendiri.

Mia menggeleng. "Bukan itu. Mukanya sama. Tapi...uhmm...masih cakepan Mas Rahil sih...hehehe..." katanya malu-malu.

Elle S'appelle MiaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon