♡24

14K 1.1K 89
                                    

"Woooy, tugas nih. Pak Rahil nggak masuk!" Seru Leo yang biasa diserahi tugas oleh Rahil kalau tidak masuk. "Nanti dikumpulno!" Ia pun menulis perintah dari Rahil di papan tulis.

"Yaaah!!!" Sahutan kecewa terdengar di kelas.

"Nggak masuk kenapa?" Tanya Ilyas setelah Leo duduk dan kebetulan di sampingnya.

Ya, jam pertama ini di kelas Ilyas adalah mata kuliah Rahil.

"Istrinya sakit." Jawab Leo cuek dan mulai mengerjakan tugasnya.

"Mia?"

"Yo sopo maneh?" Leo melirik Ilyas. "Kate lapo koen? (Ya siapa lagi? Mau apa kamu)"

Ilyas menggeleng. Tapi ia tampak berpikir dan mengetuk-ngetukkan pulpennya di meja.

"Wes ta lah, ikhlasno. Bukan jodoh. (Sudahlah, ikhlasin)" tanpa diduga Leo menepuk punggung Ilyas.

Ilyas menoleh. "Ikhlas aku. Bukan itu."

Saat Leo akan buka mulut tampak dua mahasiswi mengintip di balik pintu. Kening mereka mengernyit seolah mencari keberadaan Rahil.

"Heh! Diza, Tami! Lapo intip-intip?" Tegur Leo. "Pak Rahil nggak mlebu! (Kenapa mengintip? P. Rahil tidak masuk)"

Begitu mendengar Rahil tidak masuk, keduanya segera menghambur masuk dan mendekati Leo.

"Iya ta? Opo o? (Iya kah? Kenapa?)" Tanya Diza.

"Istrinya sakit." Ilyas yang menjawab dengan nada ditekan sambil menatap penuh arti pada kedua temannya itu.

"Oh. Mia sakit? Sakit mulu sih?" Komentar Tami. "Tapi ada untungnya ya, Pak Rahil nggak masuk."

"Heh! Lambemu njaluk di staples!" Tegur Leo kaget. "Arek wedok kok kasar. Kamu mau didoain sakit? Kene tak dungakno loro, kene. (Mulutmu minta di staples...anak perempuan kok kasar...sini aku doakan sakit, sini)"

"Yo nggak ngono. Kan jam kosong. (Ya nggak gitu)" Elak Tami.

"Podo ae! (Sama aja)"

"Kalau Pak Rahil tau istrinya sakit gara-gara ada yang bully gimana ya? Dilaporin polisi atau dikasih nilai E ya?" Ujar Ilyas santai sambil mengerjakan tugasnya. "Apalagi Papanya Pak Rahil itu kan Danyon, komandannya Bapakku. Orangnya ramah sih kalau hari-hari biasa...tapi kalau udah ranah kriminal, serem. Dia selalu menuntut anggotanya zero mistake."

Leo yang melihat wajah Diza dan Tami memucat, mengernyitkan keningnya. "Kalian bully Mia?"bisiknya.

"Enak aja!" Bantah Diza tapi suaranya goyah. Tak yakin. "Yuk Tam, dengerin cowok-cowok ini ngoceh, nggak guna!" Ia menyeret Tami pergi.

"Oh bocah gemblung!" Rutuk Leo lalu menoleh pada Ilyas. "Memang mereka ngebully Mia?" Bisiknya.

Ilyas mendekatkan badannya pada Leo. "Aku takutnya gitu. Kemarin aku mergokin Diza sama Tami. Dari nadanya sih nggak sampai kayak di sinetron gitu tapi menurutku tetap tajam juga."

"Masih bahas pernikahan Pak Rahil dan Mia yang terkesan mendadak itu? Masih suka bilangin Mia pura-pura pingsan buat narik perhatiannya Pak Rahil? Kayak yang digosipin anak-anak itu?" Bisik Leo lagi.

Ilyas mengangguk.

"Memang arek-arek kayak kurang kerjaan. Ya udah, kita ke rumah Pak Rahil aja nanti pulang kuliah. Aku nggak mau ya kelas ini kena masalah. Dan kelas iki seng paling kenceng ngomongi Mia. Aku yakin sih Pak Rahil juga Mia udah dengar tapi mereka diam aja. Lha iki, Diza sama Tami ngomong langsung di depan Mia. Kalau sampai sakitnya Mia gara-gara anak dua itu, iku wes pembullyan menurutku."

Elle S'appelle MiaWhere stories live. Discover now