♡33

14.4K 1.1K 95
                                    

Semester empat dimulai. Mia dan Rahil kembali disibukkan jadwal perkuliahan. Bedanya Rahil sudah tidak mengajar di kelas Mia. Hanya Rene.

"Miaaaa! Liburan kemana saja?" Sapa Winda heboh. "Ngapain saja?"

"Nggak kemana-mana. Nggak ngapa-ngapain. Eh...aku liburan seminggu ke Surabaya, kondangan ke sepupuku, nginep di rumah Mama, dikasih baju Mbak Ai, jalan-jalan sama Pak Rahil...gitu-gitu saja sih..." terang Mia apa adanya.

"Dikasih baju Bu Ai?" Bisik Winda penasaran. Ia dan Mia tengah duduk di gazebo tak jauh dari parkiran dosen. Favorit mereka.

Mia mengangguk.

"Banyak?"

"Satu koper."

"Heh! Baik banget istrinya Pak Rene...Pengen punya ipar gitu...ih kamu beruntung banget sih..." Winda memeluk Mia erat. "Dikasih yang mahal atau murah?"

"Ya mana tahu ih. Pokoknya dikasih saja." Jawab Mia cemberut.

"Oh...belinya nggak sama kamu?" Winda manggut-manggut.

"Lho kenapa harus sama aku? Kan baju lamanya Mbak Ai. Dia lagi bongkar lemari gitu...terus aku dikasih. Ini...bagus kan?" Mia menunjuk baju yang dipakainya.

"Ealah...kirain baru. Tapi bagus kok. Halah..iyalah, nggak mungkin jelek ya?" Winda manggut-manggut. "Aku juga mauuu..."

Mia mengangguk. "Iya. Nanti aku bilangin ke Mbak Ai, kalau bongkar lemari lagi nanti biar kamu dikasih juga."

"Love you!" Winda langsung memeluk erat Mia.

"Mia!" Terdengar seseorang memanggil.

Mia dan Winda serempak menoleh ke asal suara. Diza.

"Hai, boleh duduk disini?" Tanya Diza sambil tersenyum canggung.

Mia mengangguk.

Diza pun duduk di sebelahnya lalu meraih kedua tangan Mia. Wajahnya serius. "Aku bener-bener minta maaf ya? Aku nggak nyangka kalau jadi kayak gitu."

Mia mengedip beberapa kali. Ia bingung harus percaya apa tidak karena dari pembicaraan Rahil dengan keluarga yang lain yang didengarnya, Papi Diza datang ke kampus karena tidak terima dengan peringatan suaminya lalu sepertinya takut pada Papa Rashad dan Papi Diza langsung mundur teratur.

"Nggak ada hubungannya sama Papi kok." Diza seolah mengerti pikiran Mia. "Itu urusan Papi sama Papa mertua kamu." Ia menghela nafas dalam. "Keluargaku baik-baik saja dan sejauh yang aku tahu Papi kerjanya juga sungguh-sungguh kok cuma memang arogan. Maklum yah nggak pernah ngerasain susah sih. Aku juga nggak ngerasa sebagai anak kesepian. Biasa saja. Aku ngerti Papi sibuk bahkan sebelum jadi anggota DPRD juga sudah sibuk tapi Papi selalu nyempetin kumpul sama keluarga tiap ada waktu, kadang jalan bareng."

Mia masih hanya menatap Diza dan begitupun Winda.

"Jadi apa yang aku lakuin ke kamu murni dari aku sendiri. Aku ngefans sama Pak Rahil...dan yah aku yakin semua fansnya juga pasti berharap sama. Bisa dilirik, bisa dekat bahkan pacaran sama Pak Rahil." Aku Diza.

"Keluarganya Pak Rahil itu islami banget jadi nggak ada pacaran." Kata Mia.

Diza mengangguk. "Kita kan nggak tahu. Aku yakin kamu juga nggak tahu. Tahunya kita semua cuma Pak Rahil itu cool, shaleh. Idaman banget kan?"

Mia mengangguk mengiyakan kemudian mengernyit. Cool? Pembohong! Suka jail yang betul.

"Terus...di kelasku semua tahu kalau Ilyas lagi PDKT ke kamu dan kayaknya kalian dekat eh kok tiba-tiba malah nikah sama Pak Rahil. Rasanya nggak siap. Kapan pacarannya?" Terang Diza.

Elle S'appelle MiaWhere stories live. Discover now