♡27

14.4K 1.1K 97
                                    

Libur telah tiba...Libur telah tiba...Hore! Hore!

Begitulah biasanya saat akhirnya libur semester. Tapi kini Mia malah bingung. Ya, UAS semester tiga sudah selesai.

Hari pertama liburan Mia bengong. Hanya nonton TV dan leyeh-leyeh. Hari kedua sama. Hari ketiga juga. Biasanya ia disibukkan dengan pekerjaannya.

"Mau liburan ke rumah Ibu? Ke Surabaya?" Tawar Rahil.

Kedua mata Mia langsung berbinar. "Boleh?"

Rahil mengangguk. "Boleh. Tapi aku nggak nginep ya? Cuma nganterin aja, masih ada pekerjaan. Tapi setelah tahun baru, pulang. Kan mau kursus bahasa Perancis."

Mia mengangguk.

"Ya sudah, yuk ganti baju beli oleh-oleh." Ajak Rahil. "Nanti pulangnya langsung packing." Lalu ia menekan tombol power dan menutup laptopnya.

Senyum Mia terkembang seketika dan dengan semangat turun dari kasur ambil baju ganti.

Dan sepuluh menit kemudian Mia dan Rahil sudah di perjalanan menuju Sanan, pusat oleh-oleh khas Malang.

"Maaf ya aku nggak bisa nginep." Kata Rahil sambil mengusap kepala istrinya yang telah berbalut hijab itu.

Mia mengangguk paham. "Iya. Nggak apa-apa. Tapi aku beneran nggak apa-apa liburan sendirian?"

Rahil menoleh sebentar dan tersenyum. "Iya. Mumpung libur. Maaf ya belum bisa ajak kemana-mana. Nanti deh setelah tahun baru kita jalan-jalan."

"Nggak jalan-jalan, nggak apa-apa kok." Sahut Mia tulus.

Rahil tersenyum dan kembali mengelus kepala istrinya.

Tapi kamunya jadi glundang-glundung aja di rumah, batin Rahil tidak tahu harus bersyukur atau sedih.

Mungkin ia memang harus bersyukur karena Mia bukan tipe yang suka keluyuran eh...benarkah?

"Biasanya kamu liburan ngapain?" Tanya Rahil. Mereka sudah mendekati daerah Sanan.

"Kerja. Tapi minimal kan bisa istirahat lebih lama karena libur kuliah." Jawab Mia sambil celingak-celinguk menatap luar jendela, entah melihat apa.

"Jarang pulang?"

"Aku usahain dua minggu sekali setiap dapat jatah libur."

Rahil mengangguk. Artinya jarang pulang apalagi kerja di toko yang justru saat orang lain libur, mereka wajib masuk. Kembali ia menepuk kepala istrinya. "Good girl."

"Iiih...dibilangin bukang pus juga. Ih!" Dumel Mia dengan bibir mengerucut.

Rahil tertawa. Minimal dengan istrinya berani merajuk begitu artinya hati Mia mulai terbuka untuknya.

Sekitar lima menit kemudian mereka sampai di depan salah satu toko oleh-oleh.

Rahil menggandeng Mia masuk. "Kamu pilih aja. Ibu sama Ayah sukanya apa?"

"Keripik tempe sama keripik telo." Jawab Mia.

Rahil mengangguk. "Ambil sudah. Tapi tambahin keripik lainnya. Apel kek, nangka kek..."

"Iya."

Sekitar satu jam lebih keduanya belanja oleh-oleh setelah itu langsung pulang untuk packing.

💜💜💜

Esoknya mereka berangkat ke Surabaya. Rahil sengaja berangkat agak siang agar bisa mampir ke Bakpo Telo. Selain itu pagi harinya mereka ke rumah orang tua Rahil untuk mengambil opor ayam yang sengaja Mamanya buat untuk diberikan pada orang tua Mia.

Elle S'appelle MiaWhere stories live. Discover now