Bonus Chapter

4.9K 300 33
                                    

Hari besar yang telah dinanti-nantikan akhirnya datang juga. Hari dimana sebuah ikatan akan tercipta. Sebuah cinta akan menjadi sempurna. Sebuah taman telah disulap menjadi tempat bersejarah yang akan menjadi saksi diucapkannya janji suci.

Altar sederhana telah berdiri tegak dengan bunga-bunga berwarna putih yang menghiasinya. Para tamu undangan yang hadir tengah duduk dan berbincang satu sama lain. Semua meja dan kursi beralaskan kain putih yang bersih. Semua dekorasi memang didominasi warna putih, sesuai tema yag telah ditentukan. Dress-code untuk tamu undanganpun haruslah berwarna putih. Putih adalah suci, layaknya cinta kami yang akan menyatu hari ini.

Tidak ada hari yang lebih membahagiakan dibanding hari ini. Hari dimana semua keluarga dan sahabat terdekat datang dan berkumpul di satu tempat untuk berbahagia bersama. Mereka bahagia untukku. Semua wajah tersenyum yang kini menatapku, aku akan menyimpannya dengan baik dalam memoriku.

Dalam genggaman tangan kiriku, jemari yang kuat membawaku menuju masa depan. Papa, dengan setelan jas putih dan kemeja berwarna maroon berada disampingku, berjalan bersamaku disepanjang jalan dengan karpet putih menuju altar. Ditangan kanan, kugenggam sebuah karangan bunga yang indah. Tatapanku tak pernah terlepas dari mata yang balik menatapku. Didepan sana, dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja putih, berdiri laki-laki yang sangat kucintai. Laki-laki yang dalam beberapa menit kedepan dengan bangganya bisa kusebut sebagai suami. Doa melemparkan senyuman padaku, senyuman yang dengan senan tiasa kukembalikan padanya. Gaun putih tulang yang panjang dan beratpun tidak lagi menjadi pikiranku. Diotakku hanya ada namanya saat ini. Tercetak dengan besar dan tebal, DAVIN.

Diseparuh perjalanan menuju altar, Davin turun dari atas altar dan menjemputku. Dia sedikit membungkuk kearah papaku, sebelum menjulurkan tangannya didepanku. Genggaman tangan papa mengendur, dan papa menuntun tanganku kearah tangan Davin yang dengan senang hati diterima oleh Davin.

"Jaga putri kesayanganku. The day she cry, is the day of your death." Ucap papaku pelan separuh berbisik. Beberapa tamu yang berada dekat dengan kami, mendengar dan tertawa dibuatnya.

Aku berjalan bersama Davin menuju altar. Ekor gaun yang panjang menyapu sepanjang jalanku. Kami berhenti tepat didepan seorang pendeta yang sudah menunggu kami. Setelah menyebutkan namanya dan memastikan ketepatan nama kami, pendeta memulai sesi sakral yang akan menjadi awal mula kehiduoan baruku, bersamanya.

"Sebelum dimulai, silahkan jika pengantin laki-laki maupun perempuan memiliki beberapa kata yang ingin disampaikan, saya persilahkan." Ucap pendeta dengan suara yang tenang.

Davin mengangguk dan memulai kalimatnya untukku, "Kamu dengar papa kamu kan? Aku nggak akan pernah biarin kamu sampe nangis, aku masih sayang nyawaku." Davin mulai membuka suara dan gelak tawa terdengar dari arah tamu. "Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk selalu bikin kamu bahagia. Aku akan bekerja keras untuk kita, dan calon keluarga kecil kita. I love everything about you. Senyuman kamu, sinar dimata kamu, suara kamu, hangat tangan kamu, dan tentu saja badan curvy kamu. You are perfect just the way you are. Aku sangat beruntung bisa berdiri disini, saat ini sama kamu." Davin mengakhiri kalimat penuh pujiannya. Mendengarnya mengucapkan itu benar-benar membuatku terharu.

Sekarang giliranku untuk berbicara. "Aku mungkin tidak pandai mengugkapkan perasaanku seperti kamu. Dan mungkin kamu sudah dengar kata-kata ini berkali-kali. Tapi selamanya aku nggak akan bosen bilang ini. I love you Davin. Akulah yang beruntung bisa berdiri disini, saat ini sama kamu." Balasku sebelum kemudian berbagi senyuman dengan Davin.

"Di sore yang berbahagia ini, dihadapan para saksi yang hadir, maka atas nama Tuhan, saya meneguhkan tali pernikahan kalian." Pendeta membuka suara.

"Saudara Davin Hardiansyah Putra, sekarang ucapkan janji nikah saudara dengan sungguh-sungguh dan tanpa ada paksaan." Lanjutnya. Jantungku berdebar-debar kencang penuh antisipasi.

"Saya, Davin Hardiansyah Putra menerima engkau, Mia Cara Caztiglione menjadi satu-satunya istri dalam pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan, sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, semasa kelimpahan dan kekurangan, di waktu sakit dan di waktu sehat, hingga maut memisahkan. Kuucapkan janji setiaku kepadamu." Ucap Davin dengan tegas dan penuh keyakinan.

"Saudari Mia Cara Caztiglione, sekarang ucapkan janji nikah saudara dengan sungguh-sungguh dan tanpa ada paksaan." Ucap pendeta lagi.

Aku mencoba untuk tenang. Tarik nafas, buang nafas. "Saya, Mia Cara Caztiglione menerima engkau,  Davin Hardiansyah Putra menjadi satu-satunya suami dalam pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan, sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, semasa kelimpahan dan kekurangan, di waktu sakit dan di waktu sehat, hingga maut memisahkan. Kuucapkan janji setiaku kepadamu." Aku menghembuskan nafas lega saat berhasil mengucapkan janji dengan lancar.

Saatnya tukar cincin, pendeta kemudian menerima sepasang cincin yang akan kami kenakan. "Cincin yang melingkar tidak mempunyai ujung dan pangkal, melambangkan kasih yang tidak akan berhenti. Cincin ini terbuat dari emas murni tidak akan berkarat, melambangkan kasih yang tidak akan luntur dan rusak. Demikian kiranya kasih antara kedua saudara ini. Saudara Davin silahkan memasangkan cincin dijari manis saudari Mia." Ucap pendeta.

Davin menerima cincin emas, dan memakaikannya dijari manisku. Tepukan tangan dari para tamu bergemuruh. "Saudari Mia silahkan memasangkan cincin dijari manis saudara Davin."

Akupun menerima cincin yang diberikan padaku. Kupakaikan cincin itu dijari manis tangan kanan Davin. Kembali gemuruh terdengar dari arah tamu.

"Demikian, atas nama Tuhan dan para saksi yang berkumpul, saya Timotius Ferdinan menyatakan bahwa saudara Davin dan ssaudari Mia adalah sepasang suami istri yang sah."

Kali ini gemuruh yang lebih keras dari sebelumnya terdengar. "Cium! Cium! Cium!" Teriakan terus terdengar dari arah para tamu. Aku hanya menatap Davin, menunggunya untuk memulai. Davin mendekat  dan mengatupkan tangannya dipipiku. Dia memiringkan kepalanya dan mencium lembut bibirku.

Ciuman berlangsung tidak lebih dari lima detik. Davin melepas ciuman kami dan mengucapkan, "I love you so much Mia Cara"

-----------

Author notes

Akhirnya selesai juga cerita pertamaku di Wattpad. Pertama aku mau ngucapin banyak-banyak terima kasih buat paca pembaca yang udah setia baca dari awal sampe sekarang. Kurang lebih lima bulan aku ditemenin sama kalian, lewat komentar-komentar kalian yang bikin makin semangat. Terima kasih sekali lagi.

Kedua, saya minta maaf jika ada yang kurang puas dengan ending yang saya buat. Sejujurnya cerita ini sudah jauh melenceng dari ide awal waktu dibuat. Yang awalnya kepingin tentang perjuangan, malah fokus di percintaan. Maaf sekali lagi. Kalo kalian perhatiin, aku bahkan harus rubah deskripsi cerita dibagian paling awalnya gara-gara cerita yang melenceng jauh. Tapi aku tetep berharap kalian masih bisa menikmati cerita ini meskipun melenceng.

Dan yang terakhir, please keep support me and my next upcoming story. Love you all, see you when I see you 💕



Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang