-29-

2.3K 207 3
                                    

Davin's POV

Dari pagi sampe detik ini gue terus terusan mikirin gimana caranya buat ngungkapin perasaan gue ke Kara. Gue udah nyiapin event ini buat Kara, dengan harapan dia bisa liat keseriusan gue. Waktu Kara keliatan ngelamun tadi sore di supermarket sebenernya gue juga sama aja, kurang bisa konsentrasi sama keadaan sekitar. Kalo Kara gue tau dia lagi mikirin orang-orang terdekatnya, nggak ada yang ngucapin selamat ulang tahun ke dia, dan itu semua ide gue. Kalo gue beda, gue gak bisa konsen karna gue masih bingung apa gue harus nembak hari ini atau nggak.

Awalnya gue pikir gak akan ada waktu berdua sama dia, karna banyak orang dirumah. Tapi sekarang gue berduaan sama dia. Gue pikir ini kesempatan emas buat ngomong serius sama dia. Setelah mengabaikan pikiran kalut gue antara bilang dan nggak bilang, akhirnya gue milih nekat dan bilang sekarang juga. Sekali gue maju, nggak akan bisa mundur lagi. Gue rasa momennya pas hari ini, mood Kara lagi baik banget sekarang. Siapa tau sedikit banyak bisa nambah nilai plus buat gue.

Gue berhenti jalan dan nahan tangan Kara yang ada didepan gue. Gue balikin badannya buat hadap gue. Dia berhenti dan ngelihat gue dengan pandangan penuh tanya. Alisnya terangkat seakan lagi tanya "ada apa?" Imut banget, rasanya gue pingin cium dia disini, sekarang juga. Gue buru-buru nyingkirin pikiran ngaco gue dan naruh kantong plastik ke lantai.

"Ra gue nggak tau ini waktu yang tepat atau nggak, tapi yang jelas gue gak yakin nanti bakal ada kesempatan buat kita bisa berdua aja lagi kaya sekarang." Boleh gak ya gue pegang tangan dia? Bolehlah. Gak usah terlalu dipikir, just go for it Vin. Gue ambil kantong plastik dari tangannya dan gue taruh disamping kantong plastik gue. Pelan-pelan gue raih kedua tangan Kara, dan gue genggam erat. This is feel right. My hands above her hands.

"Gue tulus sama lo Ra, tulus banget. Gue sayang sama lo, gue selalu pingin lihat lo senyum, bahagia. Gue udah berusaha semampu gue buat nunjukin semua itu biar lo percaya sama keseriusan gue. Dan sekarang gue mau kejelasan dari lo." Gue ambil nafas panjang, yang gue gak tau selama beberapa saat gue tahan saking tegangnya. Shit. Gue bener-bener nervous parah. Kayanya sebelumnya gue gak pernah se nervous ini sama cewe lain. Kara bener-bener beda dari cewe lain. Untuk pertama kalinya gue gak mau kehilangan cewek yang gue suka. Kalopun gue ditolak, gue mau Kara tetep ada dideket gue walaupun cuman sebagai sahabat.

Here goes for nothing. "Mia Cara, would you be my girlfriend?" Setelah kalimat itu keluar dari mulut gue, gue ngerasain lega banget karna udah berhasil nembak dia. Karna udah lama gue pingin nembak dia, tapi gue tau gue bakal ditolak ditempat tanpa pikir panjang sebelumnya. Tapi kali ini beda, gue punya harapan. Gue lihat Kara bisa jadi udah ada perasaan juga sama gue. Well, apapun jawaban dia gue bakal hormatin. Gue gak akan pernah maksa Kara buat jadi pacar gue kalo emang dia gak mau.

Kara nundukin kepalanya. "Sorry Vin." Saat itu juga dada gue rasanya seperti dipukul-pukul pake palu. Gue ditolak?

---------

Kara's POV

"Sorry Vin" aku merasa mukaku panas, aku yakin pipiku memerah ssaat ini. Aku menundukkan kepala agar Davin tidak melihatnya.

"Can I ask why?" Tanyanya, suara Davin sangat kecil. Jika aku tidak berdiri sedekat ini dengannya mungkin aku tidak akan dengar. Dia terdengar kecewa.

Aku ragu-ragu menjawab pertanyaannya. "This is just not fair." Balasku akhirnya.

Aku akhirnya mengangkat kepalaku dan menatap wajahnya. Davin memiringkan kepalanya tidak mengerti dengan ucapanku. "Apa maksudnya?"

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang