-17-

2.8K 268 4
                                    

"Oke bungkus!!" Teriak kak Ben menyudahi sasi pemotretan hari kedua.

"Terima kasih semuanya atas kerja kerasnya" ucapku sambil sedikit membungkuk pada semua orang.

Hari kedua pemotretan telah usai. Meskipun waktu yang dibutuhkan lebih lama untuk setting outdoor, tapi semua berjalan dengan lancar, lebih lancar dibandingkan hari pertama. Kami selesai sekitar pukul 4 sore, tepat sebelum matahari tenggelam. Karna tema pemotretan kali ini winter, pakaian yang kugunakan tidak terlalu beragam seperti kemarin.

Aku tidak perlu berganti pakaian berkali-kali hingga tanganku terasa akan segera kram. Aku hanya perlu melepas dan menggunakan bermacam-macam model jaket yang telah disiapkan, mulai dari sweater, hoodie, hingga mantel berbulu khas eropa. Jadi meskipun setting memerlukan waktu yang lebih lama, sesi pemotretan selesai tetap waktu karena proses ganti pakaian lebih cepat.

Kak Ben menjemputku tadi pagi, untuk berangkat bersama ke lokasi pemotretan. Butuh waktu sekitar 40 menit perjalanan jika tidak ada kemacetan. Sayangnya tentu saja itu mustahil dijakarta. Kami sampai di lokasi setelah 1 jam lebih perjalanan. Sekarang pun ketika pulang, kak Ben akan mengantarku lagi seperti kemarin.

Gajiku diberikan setelah sesi pemotretan berakhir, langsung oleh owner secara cash. Saat pulang aku tidak lupa mentraktir kak Ben yang memberiku pekerjaan ini, dan repot-repot menjemput juga mengantarku pulang. Ini adalah penghasilan terbesarku selama ini. Entah kenapa aku sangat bangga pada diriku sendiri atas pencapaian ini. Mungkin karna aku merasa berhasil keluar dari zona nyamanku, dan meraih prestasi baru seperti yang dikatakan Davin.

Bicara soal Davin, dia sempat meneleponku semalam dan menanyakan jalannya proses pemotretan, apakah aku menikmatinya? Apakah aku menyelesaikannya dengan baik? Dan pertanyaan lain yang senada. Davin bahkan menawarkan diri untuk mengantarku ke lokasi pemotretan hari ini, karna dia tidak ada kegiatan saat hari minggu. Tentu saja aku menolaknya, tidak hanya tidak ingin merepotkannya, tapi kak Ben sudah berjanji akan menjemputku.

Hasil pemotretan telah diupload di website resmi B.A.A.S satu minggu kemudian, tepat setelah pembukaan resmi butiknya. Web dapat diakses diseluruh dunia dan semua orang bisa melihat web ini. Memikirkan akan banyak orang melihatku sebagai model membuatku bangga. Seperti ada rasa semangat yang memenuhiku ketika memikirkan orang akan membeli pakaian berdasarkan bagus tidaknya pakaian tersebut dibadanku. Aku menjadi tolak ukur semua orang untuk membeli pakaian itu. Aku berharap penjualan kak April bisa melebihi taret yang telah ditetapkan.

"Gimana Vin? Bagus nggak?" Tanyaku pada Davin yang sedang berselancar di internet, aku memintanya melihat foto-fotoku sebagai model dan memintanya memberikan pendapat yang jujur.

Aku dan Davin sedang ada diruang santai dirumahku. Awalnya kami ingin melakukan movie marathon, tapi berakhir dengan layar yang menyala tanpa dihiraukan sama sekali. Kami asik sendiri dengan obrolan kami tentang hasil pemotretanku yang sudah ada di web, kini layar tv lah yang menonton kami.

Davin terus men-scroll tablet ditangannya, sambil melihat satu persatu fotoku. "Lo yakin ini pertama kali buat lo?"

"Iyalah!" Jawabku yakin.

Davin terlihat mengerutkan keningnya, "tapi kok lo kaya udah keliatan pro gini?"

"Ah bisa aja, jujur aja Vin, kalo jelek bilang jelek gak papa." Sahutku meragukan perkataannya, tapi mau tidak mau pipiku sedikit memerah dibuatnya.

Davin mengangkat kepalanya dari layar tablet dan menatapku. "Nggak deh, beneran! Lo bagus banget, ekspresi lo nggak kaku. Lo cantik banget disini."

Ucapan Davin membuat pipiku semakin memerah. "So, did I do good?"

"More than good. Its perfect." Balasnya dengan senyuman yang membuatku semakin merona jika itu mungkin.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang