-43-

5.2K 280 8
                                    

4 Tahun Kemudian

Waktu berlalu begitu cepat tanpa terasa. Aku sudah memasuki semester terakhir kuliah di Italia. Bisa dibilang ini enam bulan terakhirku disini, semoga. Begitu banyak yang terjadi selama empat tahun terakhir, detik aku mendarat di Italia dan mematikan mode pesawat handphoneku terus berdering. Puluhan chat masuk menyerbu. Tapi tentu saja hanya satu yang sangat berkesan. Yaitu chat dari kak Bella. Chat singkat yang hanya berbunyi, "telepon kalo udah landing ya." Saat aku menghubunginya, dia menangis histeris meminta maaf padaku. Tentu saja aku memaafkannya, momen itu yang sudah lama kutunggu, ketika kebenaran terungkap. Senang rasanya Davin dan kak Bella bekerja sama untuk memberi Vino pelajaran. Kudengar dia dikeluarkan dari sekolah dan sertifikat pendidiknya ditangguhkan. Pasti Lala benar-benar melakukan yang diucapkannya.

Tahun pertama di Italia adalah yang paling berat. Aku selalu merindukan rumah, merindukan mama, kak Bella, dan pastinya Davin. Keterbatasan bahasa adalah yang terburuk. Karena aku tidak menguasai bahasa Italia, aku merasa terasingkan. Apalagi ketika teman-teman berbicara menggunakan bahasa lokal. Tapi lambat laun, aku belajar sedikit-sedikit bahasa Italia dan bisa jadi lebih akrab dengan semua orang. Mereka juga ternyata sangat baik, saat bersamaku mereka akan menggunakan bahasa Italia seminimal mungkin.

Selain itu papa selalu ada untukku, dia terus memberiku semangat dan dukungan. Papa juga banyak membantuku selama proses belajarku. Mungkin jika tidak mendapatkan dukungan darinya, aku sudah menyerah dan kembali pulang. Aku salut dengan pelajar-pelajar yang menuntut ilmu diluar negeri seorang diri. Mereka mengatasi semua masalah mereka sendiri, karna mereka tidak memiliki pendukung sepertiku. Aku memang sangat beruntung.

Selama empat tahun, setiap liburan semester aku akan bekerja paruh waktu. Entah itu menjadi asisten dosen, membantu diperpustakaan kampus, bahkan bekerja di cafe sebagai pelayan. Semua kulakukan untuk mengurangi beban papaku, aku tidak ingin terlalu merepotkannya, sudah cukup aku tinggal bersamanya dan bergantung padanya. Barulah di satu tahun terakhir aku mendapatkan sebuah kesempatan atau tawaran untuk kembali menekuni dunia modeling. Bermula dari permohonan kakak tingkat di jurusan tata busana yang menginginkanku untuk jadi modelnya, sampai sekarang aku sering mendapat tawaran untuk menjadi model clothing meskipun hanya online shop dan bukan majalah.

Itupun awalnya aku benar-benar menolak dengan tegas. Aku teringat apa yang terjadi terakhir kali aku berdiri didepan kamera. Tapi papa memberiku nasehat yang sangat memacuku untuk terus maju dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Dia bilang begini, "Kara, kamu bukan hanya memiliki bakat, tapi kamu juga sudah berjuang begitu keras untuk bisa ada diposisimu sebagai model sebelumnya. Apa kamu akan mensia-siakan bakat pemberian Tuhan? Apa kamu rela kerja kerasmu jadi tidak ada artinya hanya karna omongan segelintir orang yang bahkan kamu nggak kenal? Kamu bilang kamu ingin memulai lagi kehidupan kamu disini, maka mulailah dengan benar. Tidak perlu kamu menengok lagi kebelakang, fokus dengan apa yang ada didepanmu. Kamu tidak akan tahu apa yang ada didepanmu jika kamu tidak mau maju. Cobalah, setidaknya bayaran kamu akan jauh lebih baik daripada bekerja menjadi pelayan di cafe."

Aku kemudian sadar apa yang diucapkan papa benar. Lagipula siapa yang bisa menolak gaji yang lebih baik untuk biaya hidup ya kan? Itu kunci survive nomor satu. Jika ingin bertahan, maka jangan tinggalkan peluang. Setelah terjun kedunia modeling, aku jadi lebih banyak mengenal fotografer yang ada di Italia. Koneksiku semakin luas, dan aku mendapat banyak pelajaran baru dari mereka. Papa benar, didepanku banyak hal baik yang menungguku, yang perlu kulakukan hanya maju dan terus maju. Jadilah setahun terakhir sebagai tahun paling aktif dan produktif bagiku. Banyak menjadi model, dan banyak membantu pemotretan fotografer kenalanku.

Oke kurasa cukup tentangku. Apa lagi selanjutnya? Oh! Mama dan kak Bella sempat berkunjung ke Italia untukku, sekaligus liburan natal 3 tahun yang lalu. Disitulah aku untuk pertama kalinya setelah belasan tahun, merasakan keluarga yang utuh. Kurasa itu adalah kado natal terindah yang pernah kudapatkan. Kebahagiaan yang tidak bisa diukur oleh materi sebesar apapun. Aku menghargai keputusan mama dan papa untuk berpisah, tapi melihat kami semua berkumpul bersama benar-benar membuatku ingin waktu dihentikan saja saat itu juga.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang