-7-

3.2K 241 1
                                    

Jumat datang, ini hari terakhirku datang ke sekolah sebelum minggu depan kami diliburkan selama satu minggu penuh untuk "minggu tenang". Kemudian, ujian nasional selama satu minggu berikutnya. Benar kata pepatah, ketenangan ada sebelum badai datang. Minggu tenang ada sebelum badai ujian datang.

Aku tidak terlalu khawatir denga  ujian nasional. Aku merasa sangat siap dengan ujian yang akan datang. Aku memang bukan tergolong murid yang pandai di sekolah, tapi aku todak buruk juga. Selama beberapa kali tryout, aku selalu masuk peringkat 20 besar di jurusan IPA. Dengan total murid jurusan IPA sekitar 150 orang. Tidak buruk kan? Sedangkan Dena tentu saja selalu ada diperingkat 5 besar di seluruh jurusan IPA. Bahkan selalu 5 besar secara keseluruhan di sekolah, saat aku harus puas dengan peringkat 50 besar.

Jumlah murid disekolah kami tidak banyak. Di jurusan IPA ada 6 kelas, jurusan IPS ada 4 kelas, dan jurusan Bahasa ada 3 kelas. Di setiap kelasnya berisi 20-25 orang murid saja. Kepala sekolah kami bilang, ini tentang efektifitas belajar. Dalam pidato sambutannya saat kami masih seorang murid baru kelas satu dia berkata bahwa, kelas dengan murid yang terlalu banyak tidak akan bisa kondusif dan mengurangi efektifitas dalam belajar.

Ada didalam sekolah favorit, yang setiap tahunnya angka kelulusannya adalah 100%, sedikit banyak akan membuatmu tenang dan percaya diri. Tidak terlalu khawatir akan kesulitan saat ujian. Bukan berarti aku sombong dan memudahkan, tapi kami semua sudah diajarkan dengan begitu mendalam tentang semua mata pelajaran yang akan diujikan. Saat siswa sekolah lain pulang jam 3 sore, kami harus pulang jam 6 sore untuk mengikuti segala macam pelajaran tambahan. Bahkan nilai minimal ujian sekolah kami jauh diatas sekolah lain. Jadi bukan sombong, kami hanya sudah terbiasa diharuskan mendapat nilai yang tinggi.

Mungkin karna itu di minggu terakhir masuk sekolah ini, dibandingkan melihat murid-murid yang tegang karna ujian nasional yang semakin mendekat, kalian hanya akan bisa melihat murid-murid yang bergerombol dan antusias membicarakan acara promnite yang dilaksanakan satu minggu setelah minggu ujian. Banyak cowok yang berusaha mengejar cewek impiannya untuk diajak sebagai pasangan diacara promnite. Banyak cewek-cewek yang membicarakan gaun, ataupun dengan siapa mereka nanti mereka akan berpasangan. Akupun tidak berbeda, aku dan Dena sedang membicarakan rencana kami berbelanja dan fitting gaunku pada hari minggu.

"Kamu besok bantu pak Vino ngisi suara lagi ya?" Tanya Dena setelah mengunyah dan menelan baso santapan kami siang ini.

"Yup" jawabku singkat kemudian melahap baso di mangkuk yang ada didepanku. Kuah basoku berwarna orange gelap, campuran 3 sendok sambal dan beberapa tetes kecap. Rasa pedasnya sungguh luar biasa, tapi aku suka.

"Terus?"

"Terus apa?" Tanyaku balik dengan mulut yang masih penuh makanan. Membuat Dena hanya memutar bola matanya. Dia tau aku hanya pura-pura tidak tau maksudnya.

"Setelah itu kalian mau kencan kemana?" Lanjut Dena akhirnya mendesak, karna aku tidak kunjung menjawab.

Aku sedikit berpikir, sebelum akhirnya menjawab, "Entahlah.." aku benar benar tidak tahu kak Vino akan mengajakku kemana. Dan sebenarnya aku tidak terlalu berharap dia ingat janjinya akan mengajakku kencan setelah selesai dengan pengisian suara. Its too good to be true, you know?

"Sebenarnya bahkan aku nggak yakin dia inget Den. Gak terlalu berharap lah aku." Lanjutku mengungkapkan pikiranku, kemudian menyeruput es teh digelasku sampai habis.

Diujung kiri kantin, aku sekilas melihat Leo dan gerombolannya sedang menikmati makanannya juga. Kak Vino memberikan hukuman yang, menurutku, cukup berat untuknya. Kak Vino meminta Leo untuk membersihkan halaman sekolah selama 1 minggu penuh setiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai. Kak Vino bahkan meminjamkan rompi milik bapak petugas kebersihan sekolah untuk dipakai Leo, dengan alasan agak seragamnya tidak kotor. Tapi aku tahu, kak Vino melakukan itu hanya agar lebih bisa mempermalukan Leo didepan anak satu sekolah. Ancamannya, jika Leo tidak datang membersihkan halaman sekolah satu hari saja, kak Vino akan memanggil orang tua Leo dan memperpanjang kejadian waktu itu. Tentu saja Leo tidak ingin itu terjadi. Jadi selama beberapa hari belakangan ini, setiap aku datang pagi ke sekolah aku selalu melihat Leo dengan rompinya dan sapunya membersihkan daun-daun di halaman sekolah yang luar biasa banyaknya. Aku suka pemandangan itu, aku sengaja datang pagi-pagi hanya untuk bisa melihat Leo yang menyapu halaman.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang