-13-

2.8K 272 12
                                    


"Halo..."

"Halo.. Maaf membangunkan anda dari tidur" ucapku seformal mungkin, karna aku tidak tahu ini siapa dan aku tidak ingin terdengar tidak sopan.

"Oh ini Kara?" Ucapnya baru menyadari siapa yang menghubunginya. Wait.. Dia tau siapa aku? "No no gue nggak baru bangun tidur kok" jawabnya mengelak.

"Uumm oke.. tapi maaf anda siapa ya?" Tanyaku lagi.

"Lo nggak ngenalin suara gue?" Dia berdeham sekali dan melanjutkan ucapannya dengan suara yang tidak lagi serak. "Ouch gue kecewa. Dan please, jangan formal banget gitulah.."

"Oh... ini kamu?" Aku akhirnya bisa mengenali pemilik suara ini dan sedikit terkejut. Sama sekali tak terpikirkan olehku bahwa dia yang akan jadi pasanganku di promnite.

"Yeah the one and only. So... Gue jemput nanti jam empat sore?"

"Tunggu.. Kok kamu? Gimana mungkin? Gimana bisa Dena ngasih nomor kamu? Kamu yakin? Emangnya kamu nggak ada pasangan?" Banyak sekali pertanyaan yang ingin kulontarkan padanya.

"Woah woah slow down.. Gue bakal jelasin semuanya nanti oke? Jam 4, jangan lupa. Gue mau lanjut tidur dulu, bye Kara.."

Tuutt tut tut

Telepon ditutup. Aku memandang layar handphoneku dengan tidak percaya. Beraninya dia menutup telpon begitu saja tanpa memberi penjelasan apapun. Aku beralih menghubungi Dena, untuk menginterogasinya tentang bagaimana dia bisa mendapatkan pasangan itu untukku. Sayangnya satu-satunya respon yang kudapatkan, hanya Dena yang dengan hebohnya mengekspresikan kepuasannya karena aku memutuskan untuk datang. Dia menolak mengatakan apapun selain itu.

"Aku dateng kerumahmu ya nanti jam 2 siang. Kita dandan bareng" ucapnya terakhir dengan penuh semangat, sebelum menutup telepon, tak memberiku waktu untuk menyatakan kesetujuanku ataupun penolakanku. Sekali lagi aku dibuat tertegun dan menatap layar handphoneku tidak percaya.

---------------

Dena datang tepat waktu, dengan membawa satu kotak besar make up profesional di tangannya. Saat dua membuka kotak itu, aku terkejut dengan isinya. Semua jenis perlengkapan make up ada disana. Sangat mengherankan untukku, Dena yang di sekolah terlihat sangat nerd, memiliki peralatan make up mahal seperti ini. Apakah dia benar-benar memakainya? Karna aku tidak pernah melihatnya menggunakan make up.

"Kamu nyolong kotak make up dari salon mana? Kamu bahkan gak pernah pake makeup" Celetukku saat Dena menata dengan rapi peralatan make up itu diatas meja riasku.

"Sssstt jangan bawel." Jawabnya singkat. Cepet ganti dress sana." Perintahnya.

"Ini masih jam 2 Dena... Kamu gila?" Aku menatapnya keheranan.

"Dan 2 jam itu terlalu singkat buat make up an Kara sayang, buruan udah jangan protes mulu.." Dena mendorongku masuk kamar mandi dengan gaun merah yang diambilnya dari atas kasurku. Aku menyiapkan gaun dan sepatuku setelah mandi tadi, tepat sebelum Dena datang.

Aku keluar kamar mandi dengan menutupi bagian dadaku yang terlalu terbuka. "Aku nggak tau apa ini nggak berlebihan? Dadaku terlihat semakin besar dari yang seharusnya."

"Oooh not again. Kamu cantik, banyak cewek pingin punya dada besar sampe harus operasi plastik, tapi kamu punya besar dan asli. Harusnya kamu bersyukur." Cerca Dena memulai ceramahnya.

Dena kemudian mendudukkanku didepan cermin meja rias, dia mengeluarkan hairdryer dari dalam laciku. Salah satu bagian dari tubuhku yang paling kusukai adalah rambutku, dan aku sangat memperhatikan produk yang kugunakan untuk rambutku. Aku tidak pernah punya pencatok rambut, karna rambut yang terlalus sering bersentuhan langsung dengan panas berlebih akan lebih cepat rusak. Berbeda dengan hairdryer yang hanya mengeluarkan angin panas. Dan aku menggunakan hairdryer uap, aku selalu memberikan vitamin rambut di cairan untuk uapnya.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang