-37-

2K 222 13
                                    

Kami sampai dirumah Gideon, tempat digelarnya acara pertunangan, sekitar pukul 19.08. Tidak terlalu terlambat dari jam yang tertera diundangan. Rumah Gideon termasuk rumah yang tergolong mewah. Dengan dua tingkat lantai, rumah ini memiliki pekarangan depan yang sangat luas dan garasi yang bisa memuat 2 sampai 3 mobil. Rumah Davin memang luas, tapi rumah Gideon lebih luas lagi. Seperti empat sekawan itu semua berasal dari keluarga berada.

Ruang tamu, tempat diadakannya pesta telah disulap menjadi semacam ballroom yang lias dan lapang. Perabotan yang ada sepertinya disingkirkan entah kemana. Hanya tersisa beberapa sofa yang dipinggirkan untuk tamu yang ingin duduk, dan beberapa meja yang dipencar diseluruh ruangan dengan makanan atau minuman diatasnya. Ditengah-tengah ruangan terdapat gunungan macaroons yang ditata diatas plate 6 tingkat yang semakin memuncak. Terdapat berbagai warna macaroons yang diatur sedemikian rupa hingga terlihat sangat cantik and looks so yummy. Tapi bukan itu highlight yag dipertontonkan. Melainkan kotak kecil dengan beludru lembut berwarna putih yang ada dipuncak plate tersebut. Kotak itu terbuka dan memperlihatkan dua cincin berwarna perak dengan mata berlian kecil diatasnya. Sungguh manis.

Selama aku sibuk memeriksa dekorasi yang didominasi warna putih, Davin tampak sibuk mengedarkan pandangannya sambil sesekali menyapa tamu lain yang kami lewati. Dia mengenal hampir semua orang disini saat aku tak menemukan satupun wajah yang familiar untukku. Aku hanya bisa menebarkan senyum pada setiap orang yang disapa Davin, sekedar sopan santun.

"Itu mereka!" Seru Davin bersemangat dan jarinya menunjuk pada 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan yang sedang berkumpul dibalik sebuah meja dengan banyak mini cupcake diatasnya.

Saat aku melihat kearah jari Davin menunjuk, aku langsung mengenali ketiga laki-laki itu. Tentu saja sahabat Davin yang sedang berkumpul dan berbincang seru. Aku mengenali Leo, wajahnya sama sekali tidak berubah dengan terakhir kali kami bertemu. Aku juga mengenali Gideon, dia berdiri dengan setelan jas dan kemeja putih yang dua kancing atasnya terbuka, tanpa dasi. Satu lagi tentu saja Reza, the only one I didn't hit. Reza menggandeng seorang perempuan yang tidak bisa kukenali, tapi sangat jelas bahwa itu pacar Reza jika dilihat dari kedekatan mereka.

Kami berjalan mendekati mereka. Spontan aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Aku hanya berharap setidaknya Leo sedikit saja lebih dewasa sekarang, dan tidak akan bersikap seperti musuh padaku seperti dulu.

Davin menepuk punggung Gideon yang berdiri menyamping, tidak melihat kedatangan kami. "Hei bro selamat ya..." Raut wajah Gideon semakin cerah saat melihat siapa yang menyapanya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan menepuk punggung masing-masing.

"Thank you bro." Balas Gideon saat pelukan mereka dilepas. "I see, you bring your girlfriend with you" Gideon mengalihkan pandangannya padaku. "Terima kasih sudah datang Kara." Ucapnya sembari tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku. Wajahnya benar-benar terlihat cerah dan sumringah. Pancaran kebahagiaan jelas terlihat disorot matanya.

Aku balas tersenyum dan menjabat tangannya. "Selamat Gideon. Senang bisa datang." Balasku. "Lebih senang lagi karna kamu ingat namaku" Candaku untul sedikit mencairkan kekakuan diantara kami.

Gideon tertawa sebelum membalas. "Well, siapa yang tidak akan ingat pada perempuan yang membuatmu K.O" Sahut Gideon yang kisambut dengan tawa. Gideon jelas sudah berubah. Sikapnya berbeda dengan yang dulu. Dia tidak lagi memandang rendah diriku. "Lagipula Davin selalu membicarakanmu saat kami berkumpul. Bagaimana mungkin kami lupa." Lanjut Gideon yang disambut anggukan oleh Reza.

"Oh really? Good things I hope" Balasku. Sedikot banyak aku dibuat penasaran tentang apa yang Davin bicarakan tentangku pada teman-temannya.

Gideon sudah akan membuka mulut saat Davin meninju lengannya. "Gausah ember" Seru Davin.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang