-26-

2.3K 228 5
                                    

Rabu pagi, tepat satu minggu setelah meeting dengan pihak managemen Nando tentang pembuatan video clip, aku mendatangi sebuah sekolah menengah atas untuk memulai syuting pembuatan video clip itu. Davin datang bersamaku, lagi-lagi dia memilih untuk membolos kuliah. Awalnya aku melarangnya datang, dan memintanya pergi kuliah saja. Tapi karena dia bersikeras dan memaksa, aku membiarkannya datang. Alasan kenapa aku melarangnya, akting bukanlah salah satu kemampuanku, sama sekali belum teruji. Aku tidak masalah jika dilihat oleh banyak orang yang tidak kukenal, tapi aku malu jika harus dilihat oleh satu orang saja yang kukenal.

Saat aku datang pukul setengah tujuh pagi, banyak murid yang beraktifitas seperti biasa. Perwakilan kru memang sudah memperingatkanku bahwa syuting akan dilakukan dihari sekolah, agar bisa memanfaatkan murid-murid yang ada sebagai cameo. Pihak managemen bekerja sama dengan pihak sekolah, jadi nantinya akupun akan memakai seragam dari sekolah ini. Ugh, kuharap mereka memberiku seragam dengan ukuran yang pas. Mereka bahkan tidak menanyakan ukuran bajuku, bagaimana jika mereka menyiapkan ukuran yang salah? Aku tidak masalah dengan baju yang terlalu besar, tapi terlalu kecil tidak akan bisa digunakan. Tapi akan selalu ada stok seragam di sekolah kan? Setidaknya di SMA ku dulu begitu.

Ternyata kru stylist memberikanku dandanan yang khas untuk memberitahukan pada orang-orang bahwa aku dan Gisel adalah orang yang sama. Mereka mengikat tinggi rambutku dan memberiku poni yang menutupi seluruh dahiku. Setelah mengaplikasikan makeup tipis yang tidak mencolok sama sekali, mereka menambahkan tanda lahir berupa tahi lalat, persis diatas tulang pipiku bagian kiri. Kurasa dengan ciri khas seperti ini semua orang akan paham jika kami orang yang sama. Lagipula mereka akan menampilkan scene transformasi dari gendut menjadi kurus, aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi pasti menggunakan aplikasi perfilman. Kalian tahu, seperti saat Harry dan Ron meminum ramuan polyjuice untuk berubah menjadi Crab dan Goyle. Tidak secanggih itu, tapi mungkin sejenis itu.

Syuting akan dilakukan selama 3 hari berturut-turut. 2 hari scene Nando bersamaku, 1 hari scene pernikahan bersama Gisel. Jadi sebenarnya aku dan Gisel tidak akan bertemu dalam satu scene. Awalnya aku tidak tahu kenapa aku harus syuting 2 hari dan Gisel hanya 1 hari. Tapi ternyata setelah melakukan scene pertama saja, aku paham kenapa membutuhkan waktu dua hari. Bahkan untuk scene tanpa akting dan hanya diam saja melihat kearah papan tulis harus dilakukan dalam beberapa take untuk mendapatkan hasil dari berbagai angle. Ternyata serumit ini syuting video clip. Bagaimana dengan film? Atau bahkan sinetron yang kejar tayang? Wow pasti sangat melelahkan menjadi aktor dan aktris.

Kami melakukan semua scene diluar ruangan saat pagi hari, menghindari sinar matahari yang akan mengganggu pencahayaan kamera. Saat siang hari kami akan syuting didalam kelas. Aku akui selama proses syuting, aku mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Banyak hal baru yang kupelajari. Tapi aku juga harus mengakui bahwa akting bukanlah bidang kemampuanku. Bisa kubilang aku buruk dalam berakting. Aku sering kali menggerutu didalam hati saat tiba-tiba sutradara mengatakan "cut! Ulang!" Sungguh aku bosan setengah mati dengan proses syuting yang terus diulang-ulang. Saat aku merasa sudah melakukannya dengan benar, sutradara tetap saja tidak puas dan meminta untuk mengulang adegan.

Yang paling parah adalah adegan saat aku dibully oleh sekelompok perempuan yang membenciku hingga harus berpura-pura tersungkur ketanah. Mereka melakukan bullying yang menjurus kekerasan. Menarik rambut, menendang, dan menampar. Sialnya sutradara selalu berkata bahwa aku kirang terlihat lemah dan terkadang bahkan memberikan tatapan seakan siap menerjang pembullyku. Well, apa yang dia harapkan? Mereka tampak sangat menghayati sampai-sampai terkadang aku merasa mereka menikmati penyiksaan yang dilakukan padaku meskipun hanya akting. Aku memerlukan 27 take hanya untuk scene ini karena aku terus melemparkan death glare pada pembullyku. Sulit untuk meghilangkan kebiasaan, aku selalu membalas jika dibully, jadi meskipun aku mencoba lemah, tubuhku secara spontan memberikan respon yang berbeda. Benar-benar melelahkan.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang