-12-

2.7K 279 8
                                    

Aku tidak pernah tahu bahwa aku sudah jatuh terlalu dalam di jurang, sampai aku merasakan sakitnya luka yang ada padaku. Aku tidak bisa keluar dari dalam jurang dengan tubuh yang penuh luka. Rasa putus asa akan mendominasi, bahkan sebelum aku bisa berharap. Kegelapan perlahan akan menelan, saat aku tahu tidak akan ada cahaya yang mampu menembus celahnya lagi.

Aku tidak pernah tahu bahwa perasaanku sedalam ini padanya, sampai aku kehilangannya. Aku tidak pernah merasakan sakit yang begitu parah, hingga hari dimana aku merasakan pengkhianatan. Hingga hari dimana orang yang istimewa menghancurkanku dengan lisannya. Rasa bersalah, rasa rendah diri, dan tak berharga menyelimutiku. Kepercayaan diri yang kubangun dengan kokoh selama ini, telah hancur tak bersisa. Aku tertimbun didalamnya, dan tidak akan ada orang yang mampu menolongku.

Kak Vino, nama itu menjadi begitu getir setiap terlintas dipikiranku. Aku tahu aku sudah kehilangan dia detik dimana aku melihatnya dengan kakakku sendiri. Aku merasa menjadi orang yang paling bodoh didunia karena sudah tertipu daya olehnya. Kenapa aku tidak bisa melihat kearah ini? Kenapa aku buta dan tidak memikirkan kemungkinan bahwa dia mengincar kakakku dan bukan aku? Kenapa aku mengabaikan kenyataan bahwa kakakku akan selalu lebih baik dariku?

Aku yang bodoh, ini semua salahku. Aku yang terlalu percaya diri, dan menyimpulkan dengan sendirinya bahwa dia sudah pasti menyukaiku seperti aku menyukainya. Aku yang bodoh telah berharap lebih padanya, saat sekalipun dia tidak pernah mengatakan bahwa dia menyukaiku. Apalah aku dibandingkan kakakku yang sempurna? Aku sudah teledor dengan membiarkan hatiku terlalu mudah jatuh hati padanya. Ya, semua ini salahku sendiri.

Dua hari telah berlalu setelah kejadian sore itu. Dena menemukanku didalam kelas sedang duduk disalah satu kursi, sendirian, dan dengan tatapan kosong. Dia sangat mengkhawatirkanku saat itu, dia terus bertanya apa yang terjadi sepanjang perjalanan pulang. Walaupun aku berhenti menangis jauh sebelum dia datang, tidak diragukan lagi dia tahu bahwa aku menangis sebelumnya, must be my swollen eyes.

Hari itu Dena langsung mengantarku pulang kerumah. Perubahan rencana terjadi karna Dena sangat khawatir dengan kondisiku yang pasti terlihat kacau saat itu. Dena berjanji akan mengantarkan gaun dan sepatuku kerumah keesokan harinya, dan dia melakukan hal itu. Walaupun aku sadar aku benar-benar sudah tidak membutuhkan gaun itu lagi, aku tetap menerimanya dan menyimpannya dengan rapi didalam lemariku. Dena tidak pernah memaksaku untuk menceritakan tentang apa yang terjadi saat itu, dan aku tidak ingin membahasnya lagi. Tapi dia datang kerumah setiap hari, hanya untuk sekedar duduk dalam diam bersamaku, menghiburku. Dena menghargai keputusanku dan menunggu aku menceritakan padanya terlebih dahulu, dan aku sangat bersyukur karenanya.

Aku bukan tipe orang yang akan mengurung diri dalam kamar, dan menangisi masalah percintaan semalam suntuk. Tapi aku hanya lebih memilih banyak diam, dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa. Tentu saja mama dan kak Bella yang melihat perubahanku merasa khawatir dan berkali-kali menanyakan keadaanku. Tapi aku terus berkata bahwa aku baik-baik saja, aku memberikan senyuman terbaikku pada mereka. Aku bakan sempat memberikan selamat pada kak Bella, tentang hubungannya dengan kak Vino. Awalnya dia tekejut karna aku sudah tau tentang hubungannya, she said it supposed to be a surprise. Kak Bella tampak begitu bahagia, dan aku yakin dia tidak tahu menahu tentang perasaanku pada kak Vino, jadi aku tidak akan menceritakan apapun padanya. Melihatnya bahagia sudah cukup bagiku, aku tidak ingin jadi orang yang merusaknya.

Aku menghabiskan hampir seluruh waktuku di halaman belakang rumah, dimana terdapat ruangan tua bekas gudang, yang sudah diubah oleh papa menjadi ruangan untukku berlatih tinju. Aku memfokuskan setiap perasaan marah, kecewa, dan sedihku menjadi kekuatab pada tangan dan kakiku. Kemudian akan kuluapkan semuanya melalui tendangan dan pukulan keras kearah punchig bag tua pemberian papa. Dan hasilnya dalam dua hari aku berhasil merusak sandsack itu. Aku tidak sengaja membuat kainnya sobek akibat tendangan atasku, dan berhasil mengeluarkan pasir yang ada didalamnya. Awalnya aku berusaha menjahitnya, tapi dengan satu dua tendangan jahitannya terlepas dan kainnya sobek semakin lebar. Pada akhirnya aku menyerah dan membuangnya, toh memang sudah tua. Tadi siang aku sudah memesan sandsack baru, kuharap segera dikirimkan kerumah. Jadi aku bisa memulai latihanku lagi.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang