-15-

2.9K 264 7
                                    

"Kakak butuh kamu jadi model"

"WHAT??"

Kukira aku salah mendengar ucapak kak Ben. Tapi dia mengulang kalimat yang sama, "kakak butuh kamu jadi model" ucapnya santai.

"Kakak bercanda?" Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku setelah terdiam beberapa saat untuk mencerna kata-katanya.

"Deadly serious. Dan ini urgent. Jadi please?" Pintanya dengan nada suara yang memelas.

"No. Kenapa aku?? Kak Bella aja.." jawabku tegas.

"Mana bisa Bella, ini untuk brand diluar Shopie. Lagipula khusus pakaian plus size, jadi cuman kamu yang bisa"

Tanpa sadar aku menggigit bibir bagian bawahku, hal yang selalu kulakukan saat aku mencoba berpikir. Baju big size? Aku ingin membantu kak Ben, tapi disaat yang sama aku tidak ingin membantunya. Kak Ben banyak membantuku selama ini, aku ingin membalasnya. Tapi, aku tidak pernah sekalipun memikirkan diriku menjadi model dan berdiri didepan kamera. Tempatku ada dibelakang kamera.

"I dont know.. Memangnya tidak ada model lain yang lebih berpengalaman? Aku takut mengacaukan sesi pemotretan, aku tidak berpengalaman." Jawabku ragu. Aku berharap kak Ben sependapat denganku, dan mencari model lain.

"Jangan khawatir, ini brand punya temen kakak, emang baru rintis usaha. Bukan buat majalah atau brand besar. Cocok buat kamu yang belom pernah. Model yang sebelumnya tiba-tiba cancel job, sekarang dia kebingungan cari model baru, apalagi pemotretannya besok. Terus kakak inget kamu.." Jelasnya panjang lebar.

Aku kembali terdiam, menimbang-nimbang keputusan yang haris kuambil. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan diriku harus pose didepan kamera. Aku memang terbiasa untuk mengarahkan model agar berpose seperti ini itu, tapi bukan berarti aku sendiri bisa melakukannya.

"Apa harus dijawab sekarang kak?" Tanyaku memutuskan untuk kembali mempertbangkan keputusanku sebelum menolak atau menyetujuinya. Mungkin aku butuh beberapa masukan dari teman-temanku, atau mama.

"Kakak kasih waktu kamu sampe nanti sore. Kabari kakak oke. Lumayan Ra gajinya 5x lipat dari gaji kamu bantuin kakak, tapi tentu aja gak bisa dibandingin kalo sama gajinya Bella."

"Kak bukan masalah gaji. Tapi..."

"Iya iya paham. Kamu pikirin dulu deh... Nanti sore hubungi kakak."

"Oke kak.." Jawabku dan kemudian sambungan telepon diputus.

Aku melirik jam didinding tepat didepanku, ternyata masih jam enam. Pantas saja mataku terasa begitu berat. Aku kembali merebahkan badanku dan mencoba tidur. Tapi gagal, aku tidak bisa tertidur lagi ketika otakku bekerja dengan keras memikirkan apakah aku harus menerima atau menolak tawaran kak Ben. Gaji 5x lipat itu sangat besar, tapi aku yakin pekerjaannya juga akan sangat banyak. Karna ini brand baru, aku tidak akan heran jika aku harus berganti baju sampai 50 kali, dan aku tau itu sangat melelahkan.

Aku berputar kekiri dan kekanan diatas kasurku. Tidak bisa mendapatkan posisi yang nyaman. Bibirku mulai terasa sakit karena aku terlalu lama menggigitnya. Aku memutuskan untuk bangun dan mandi. Siapa tahu setelah mandi pikiranku lebih fresh dan aku bisa berpikir lebih jernih. Aku memasuki kamar mandi dan segera menyalakan shower hangat setelah melepas semua bajuku. Berdiri dibawah semburan air hangat, badanku terasa lebih rileks.

Selesai mandi aku memilih untuk memakai kaos putih berlengan pendek, dan legging 3/4 berwarna hitam. Sangat menyenangkan saat dirimu tidak perlu lagi bangun pagi untuk memakai seragam dan pergi ke sekolah. Pakaian rumah yang nyaman memang terbaik. Aku segera turun dan menemukan mamaku didapur sedang mengoles roti panggangnya dengan nutella. Mama sudah mengenakan pakaian kerjanya, siap untuk berangkat.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang