-25-

2.5K 217 1
                                    

Seharusnya aku jangan terima tawaran dari Davin buat antar ke cafe. Jika tahu akhirnya akan begini, harusnya aku tetap naik ojek saja. Dia sudah membuatku gagal fokus dan tidak bisa konsentrasi sama sekali dengan meeting yang kuhadiri saat ini. Tidak bisakah dia memilih waktu yang lebih tepat untuk mengacaukan pikiranku. Sekarang aku terlihat seperti orang yang sangat tidak profesional karena mereka sudah dua kali mengingatkanku agar tidak melamun.

Sungguh aku mencoba untuk memusatkan konsentrasiku pada meeting yang membahas tentang detail akting dan lokasi syuting yang akan dilakukan. Bahkan artis solo dan pemeran wanita yang cantik juga datang. Tapi aku tidak bisa berpikir hal lain selain apa yang dikatakan Davin saat di mobil. Aku memang meragukan apa yang dikatakannya, somehow I still thinking that he is into my sister. Tapi dalam hati aku sedikit berharap bahwa dia berkata jujur, hanya sedikit. Aku bukannya tidak mau percaya padanya, tapi jika kalian ada diposisiku kalian tidak akan mau menelan kenyataan pahit untuk kedua kalinya kan? Sebelum aku terlanjur menyukainya dan berakhir sakit hati, lebih baik aku meyakinkan diriku bahwa kami tidak lebih dari teman. Setidaknya untuk saat ini, aku tidak ingin lebih dari teman dengannya. Kedepannya, biar waktu yang menjawab.

Karena kekacauan yang kubuat selama meeting berlangsung, kami harus tinggal lebih lama dari dugaanku. Bahkan setelah meeting usai, kami harus tetap tinggal atas permintaan manajemen. Maksudku aku, Nando si artis, dan perempuan cantik yang ternyata bernama Gisel. Kami diminta untuk mengenal satu sama lain, lebih menyesuaikan diri satu sama lain, dan menciptakan kemistri yang baik agar mempermudah akting nantinya. Sejujurnya ini terasa sedikit canggung untukku, aku bukan tipe yang mudah akrab dengan orang yang baru kukenal walaupun aku tidak pernah merasa kesulitan memulai pembicaraan dengan orang lain. Tapi karena ini termasuk dalam tuntutan kerja, aku mencoba sebaik mungkin untuk bisa akrab dengan mereka.

Ada hal yang sebenarnya membuatku sedikit terheran dengan pilihan sutradara. Gisel, yang seharusnya memeranku diriku versi cantik, sama sekali tidak mirip denganku. Memang benar dia juga seperti ada darah campuran, tapi struktur wajah kami sangat berbeda. Bukankah akan lebih meyakinkan jika kak Bella yang jadi aku versi cantik? Tapi aku tidak akan menyuarakan pikiranku kali ini. Memangnya siapa aku? Biar itu urusan make up artis yang nanti mengerjakan wajah kami berdua, bagaimana caranya membuat kami mirip.

Aku memegang skrip ditanganku yang berisikan akting yang harus kulakukan dengan sangat lengkap dan terperinci. Karena tidak ada percakapan yang harus dihafalkan, dengan sangat mudah aku mengingat scene apa saja yang harus kulakukan. Rangkumannya adalah, aku harus bersikap lemah dan teraniaya. Sangat bukan diriku, tapi disitulah seni dari akting ya kan?

Kami banyak mendiskusikan tentang detail-detail yang harus dilakukan nanti saat syuting hingga sore. Seperti misalnya ketika aku terjatuh lebih baik Nando marah ketika berdiri atau duduk didepanku, hal-hal kecil seperti itu. Sepele memang, tapi jika tidak membicarakan hal itu mungkin kami hanya akan diam saking canggungnya. Ketika suasana semakin akrab juga kami mulai membicarakan banyak hal diluar pekerjaan.

"Eh gue kekamar mandi dulu ya.." ucap Gisel disela-sela obrolan kami. Gisel pergi selama beberapa menit, meninggalkanku berdua dengan Nando.

"Lo kelihatan kedistrak banget dari tadi. Lagi ada masalah ya?" Tanya Nando setelah selama beberapa saat kami hanya terdiam sepeninggal Gisel.

Aku mengedikkan bahu. "Kind of" jawabku singkat.

"Pasti masalah cowok ya?" Tebaknya tepat sasaran, membuatku spontan menatapnya terkejut.

"Kok bisa tahu?"

Sekarang gilirannya yang mengedikkan bahu. "Bukankah masalah anak muda biasanya cuman sekitar itu?"

"Ya nggak melulu percintaan dong. Uum misal masalah keuangan?" Ucapku tidak yakin dengan ucapanku sendiri.

Nando tertawa renyah ditempat duduknya. "Lo kedengeran kaya orang tua yang punya anak bayi, terus bingung nggak punya uang buat beli susu. Buat apa anak muda bingung mikirin uang? Itu kan masih jadi tanggung jawab orang tua." Jawabnya.

Beautiful CurveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang