"Iya iya.. makasih ya udah dateng. Kapan kamu nyampe Jakarta?" Aku mengacak rambut Dena dan merangkul pundaknya.

Dena melingkarkan tangannya ke pinggangku. "Baru kemarin pagi. Berangkat naik kereta kemarin lusa malem. Eh! Jangan ngalihin topik. Kalian tadi ngapain? Mesra-mesraan begitu, kalian ada hubungan?" Tanya Dena saat teringat apa yang sudah dilihatnya.

"Kami pacaran."

"Eeeh? Serius??" Tanya Dena terkejut. "Aku tau sih Davin suka kamu udah dari lama banget. Tapi kupikir kamu nggak bakalan bales perasaan dia. Sejak kapan? Kok nggak cerita?" Dena manyun lagi, membuatku ingin mencubit bibirnya.

"Barusan kok Den, kamu nggak ketinggalan cerita apapun.. Besok aja aku ceritain ya.. Kita balik kedepan dulu, bentar lagi udah mau ganti tahun." Kami berjalan keluar bersama. Saat berbincang tadi, aku tahu Dena baru akan kembali ke Jogja tanggal 2 Januari. Jadi aku masih punya 1 hari full yang bisa kuhabiskan dengannya besok.

Kami kembali ke halaman belakang untuk mendapat Davin sudah mengeluarkan semua kembang api yang dimilikinya dan menjajarkannya ditanah. Beberapa yang harus dipegang, diberikan pada kak Bella. Aku dan Dena bergabung, kami memegang dua kembang api di tangan kanan dan kiri. Mama hanya duduk dan melihat kehebohan kami. Kami menunggu dan menunggu sampai 10 detik terakhir sebelum pergantian tahun. Kami melakikan hitungan mundur.

"10.. 9.. 8.. 7.. 6.. 5.." Davin mulai sibuk menyalakan semua kembang api yang dijajarnya ditanah satu persatu. "4.. 3.. 2.. 1.."

Kembang api mulai menyala terang, melontarkan apinya kelangit-langit dan meletus diatas langit menjadi bunga-bunga berwarna warni. Awalnya hanya satu, tapi kemudian saling bersahutan dengan kembang api lainnya. Langit malam yang gelap dan sunyi berubah menjadi langit terang yang begitu ramai dengan suara petasan dan suara terompet yang kami tiup secara acak.

Aku melihat Davin menatapku dengan lembut. Senyum manisnya terkembang, dengan latar belakang kembang api dilangit dia tampak begitu indah. Dia mendekat kearahku secara perlahan, kemudian menangkup pipiku. "Selamat tahun baru. Ini perayaan tahun baru terbaik yang pernah aku lakuin" ucapnya.

"Selamat tahun baru Vin. Ini juga ulang tahun terindah buatku. Makasih." Balasku.

Davin semakin mendekat dan menyisakan beberapa sentimeter saja jarak antara kami. Sejenak dia tampak ragu dan menatap kearah belakangku. Aku tahu dia sedang melihat kearah mamaku, apa yang ingin dilakukannya dan tidak ingin terlihay oleh mamaku? Apa dia....

Aku melingkarkan tanganku ditengkuk Davin. Tanpa menunggu lama, aku berjinjit dan menarik wajahnya mendekati wajahku. Aku mencium bibirnya sekilas. Just a peck on his lips, dan aku melepaskan rangkulanku. Meninggalkannya terbengong menatapku tak percaya.

"What?" Tanyaku.

"You did it, and your mom was watching."

"Yes I did it because you wouldn't. Kamu ciuman pertamaku tahun ini.." ucapku dengan senyuman lebar.

"Kamu juga.." Davin membelai pipiku lembut. "Aku harap tahun depan, dan dua, tiga, empat tahun lagi, kamu terus jadi ciuman pertamaku setiap tahun, selamanya." Tambahnya.

That was so cheesy, aku yang dulu akan begidik ngeri mendengar kata-kata seperti itu. Tapi kenapa aku suka sekali mendengarnya keluar dari mulut Davin? Aku pasti sudah gila.

Beautiful CurveWhere stories live. Discover now