Halaman 53 : Melewatkan Kesempatan

4.9K 154 18
                                    

Picture : Sea dan Paman Coast

✺✺✺

Jarak hanyalah permainan kata. Jika dia benar-benar mencintaimu, dia akan selalu ada untukmu walaupun dia berada di semesta lain.

✺✺✺

<Author's POV>

Sejak hari itu, segalanya benar-benar berubah. Tom tidak lagi bertegur sapa dengan Vale, bahkan menatap wajah pun enggan. Sepertinya rasa kecewa telah membutakan hatinya.

Terakhir kali Tom menyerahkan barang-barang yang terdapat di sebuah paper bag untuk Vale, tidak ada kata perpisahan lalu pergi begitu saja.

"Maaf..." Ucap Vale pelan bahkan hampir tidak terdengar.

Selain itu, Jupiter terpaksa ditembak kakinya karena mencoba lari dari kejaran polisi. Dia ditangkap dirumahnya tidak lama dari waktu kejadian.

Jalan terseret-seret bersimbah darah, tangannya terborgol serta dijaga ketat beberapa polisi, dia ditangkap atas tuduhan pembunuhan berencana.

"Lepas! Saya tidak bersalah! Lepaskan saya!" Ucap Jupiter sembari meringis kesakitan.

"Diam! Tiga hari lagi pengadilanmu akan diadakan, berharaplah untuk bebas," Polisi itu melirik dengan sudut matanya.

"Arrgghh... BRENGSEK KAU FORENZO!" Teriaknya sebelum dipaksa masuk kedalam mobil polisi.

✺✺✺

"Sayang, mau aku suapin?" Ucap halus Sea kepada istrinya.

Vale hanya terdiam. Matanya menatap sebuah bingkai foto tanpa berkedip. Bekas air mata pula tidak hilang dari pipinya, bahkan tubuhnya terlihat kurus.

"Sayang, buka mulutnya ya?"

Sea menyuapi sesendok nasi kearah mulut Vale, namun PRANG! ditepisnya kuat-kuat sesendok nasi beserta piringnya sampai pecah berserakan dilantai.

"Vale!" Ucap Sea tertahan. Kemarahannya benar-benar telah diujung tanduk.

"Apakah dengan makan Marcel akan hidup kembali?" Ucap Vale getir disertai tetesan air mata.

"Sadarlah, Vale! Sudah tiga hari kamu seperti ini. Lupakan dia, Vale!"

Matanya melirik tidak suka. Seraya tertawa, tangannya dipukul-pukul tepat di dada. "Lupakan? Hahaha. Bagaimana mungkin aku melupakan seseorang yang menenangkanku disaat kekasihnya berselingkuh?"

"Val--"

"Atau sedang bercumbu dengan anak dari rekan kerjanya? Lupakan? Hahaha, tidak mungkin."

"Ucapanmu sungguh kelewatan, Vale!" Sanggah Sea dengan kesal.

"Kelewatan atau kenyataan?" Balas Vale dengan tersenyum kecut.

"Bahkan kamu tidak tau, aku hampir mati karena kamu kabur dari laut. Dan jangan bandingkan aku dengan si brengsek itu!" Ucap Sea marah.

"Orang yang kau sebut brengsek itu kini telah tertidur selamanya. Begitu tenang dan damai..."

Vale menangis lagi dan Sea merasa bersalah.

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang