Halaman 33 : Dia Menyayangimu

3.4K 232 3
                                    

1 Vote   1Comment
Sangat berharga bagiku...
Halaman ini panjang. Semoga tidak membosankan.
Kecup basah dari akuhh... 😙😙😙

Revian Pov.

Suara tiupan keong berbunyi. Saat itulah sebagian dari kaum siren mulai berenang menuju kepermukaan. Hari ini bulan purnama penuh akan muncul. Malam yang akan memberikan kekuatan tak terhingga. Saat itu usiaku masih 10 tahun, selisih 4 tahun dengan kakak ku.

Kakak ku, Revanda mulai menarik tanganku menuju kepermukaan. Semula aku memberontak untuk minta dilepas tapi cengkraman kakak begitu kuat. Alisku menyerit bingung.

"Kak, kita mau kemana?" tanyaku.

"Revi, kita akan melihat bulan purnama penuh. Bulan yang sangat jarang muncul," jawab kak Reva--panggilanku untuknya-- dengan senyuman. Ia gadis cantik dan sangat baik. Ia pemurah senyum dan suka bermain dengan lumba-lumba.

"Tapi,,bukankah kita pernah melihat bulan purnama penuh? Bahkan kita sering melihatnya, kak," Aku mulai melihat ke belakang, banyak juga yang ikut.

"Tapi kali ini berbeda Revi. Kata tetua, bulan purnama kali ini berwarna merah. Dan bulan itu akan membuat kita kuat, sangat kuat!" ucapnya dengan senyum miring.

Oh tidak. Dia bukan kakak ku. Kakak tidak pernah rakus dalam kekuatan.

"Lepas! Kau bukanlah kakak ku! Kak Reva baik, tidak seperti dirimu! Kau jahat!" Aku menarik paksa tanganku tapi kak Reva malah mencengkramnya lebih kuat hingga aku tidak bisa berkutik.

"Diamlah bodoh! Apa kau tidak ingin bertambah kuat, huh? Kau tidak ingin membalas dendam kepada Raja tua itu?! Dia telah membunuh Ayah dan juga Ibu!" teriaknya. Ku lihat matanya memerah.

"Tapi kak, balas dendam itu tidak--"

"Kubilang diam bodoh!! Karena kau tidak melihat kejadiannya! Kau tidak melihat saat Ayah dan Ibu meringkuk dipenjara yang dijaga oleh ikan besar, sangat besar!" Nada bicaranya yang meninggi, kemudian lirih. "Kau tidak merasakan, betapa sakitnya hatiku melihat kejadian itu..!"

Entah mengapa, hatiku bergemuruh sesak. Tubuhku bergetar takut. Aku menggigit bibir bawahku menahan tangis.

"Lantas, mengapa kakak selalu tersenyum?" tanyaku lagi.

"Apakah kau mengira aku tersenyum karena bahagia? Kenyataannya tidak!! Aku hanya menutupi kesedihanku dengan tersenyum," Jawabnya. "Sudahlah, kita sudah terlambat!"

Lagi-lagi kakak menarik tanganku kasar hingga sampai di permukaan. Kulihat siren yang menatap rembulan yang berwarna kemerahan itu, sedikit merentangkan tangan. Termasuk kakak ku.

Aku masih ragu untuk melakukannya. Entahlah, mungkin jalan ini yang kupilih. Akhirnya, aku juga ikut merentangkan tanganku. Tiba-tiba tubuhku panas. Seperti jiwa baru yang merasuki tubuh kecilku. Dan mulai saat itu aku berubah.

Revian yang polos dan lugu kini berubah menjadi kasar dan bengis. Kekuatan yang sangat besar terkumpul didalam tubuhku. Kami--para siren yang mendapat kekuatan besar--mulai membunuh para ikan kecil sampai hiu sekalipun.

Kudengar, Raja yang mengetahui hal ini menjadi murka. Terserahlah, aku tidak perduli. Toh, kekuatannya tidak sebanding kekuatanku. Dia kan tua bangka! Hahaha, perang, aku suka sekali perang!

Tetapi dugaanku salah. Kekuatan Raja sangatlah besar dan kuat. Ia mampu menghidupkan para ikan yang telah kami bantai habis dan juga batu karanh yang sudah hancur, kini terbentuk kembali. Sialan!

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang