Halaman 44 : Pertemuan

2.7K 183 6
                                    

Vote dulu, baru baca.
Hope you enjoy!😘

✺✺✺

"Biar saya yang bayar."

Vale mendongak, mendapati seorang pemuda tampan yang berkharisma dewasa. Astaga, dia adalah Profesor baru di Universitasnya. Bagaimana ini?!

"Uhm, sepertinya Tuan tidak usah repot-repot. Sebentar lagi temanku akan datang untuk membayar," Vale tersenyum kikuk.

Pemuda itu memberi senyuman simpul. "Tak apa, aku hanya ingin membantu."

Ia segera mengambil kantung plastik berisi beberapa buku yang ia beli, setelah berterimakasih pada Profesor tersebut.

"Julian!" Sahut Vale melambaikan tangan pada Julian yang berada di dekat pintu keluar. Julian pun membalas lambaian tangan Vale.

Vale setengah berlari menghampiri Julian. Kantung plastik berisi beberapa buku miliknya terguncang-guncang karena cepat larinya.

"Julian, ayo kita pulang bareng!"

Julian menggeleng. "Sore ini aku akan langsung pergi ke restoran dekat lampu merah," Tunjuk julian kearah barat. "ada janji pertemuan dengan keluarga rekan bisnis Ayahku."

Vale mengangguk lemah. "Baiklah, aku akan naik taxi saja. Bye, Julian!"

Julian ikut melambaikan tangan. "Bye, Vale. Hati-hati dijalan!"

-

Vale menatap arloji ditangan kirinya, sudah setengah jam ia menunggu taxi namun tidak ada yang terlihat satu pun.

"Kemana kau, taxi?" gumam Vale kesal.

Tinn...tiin...

Vale menoleh ke sumber suara. Mobil merah mulai mendekat kearahnya secara perlahan, sepertinya ia pernah melihat mobil itu.

Kaca mobil tersebut terbuka, menampakkan seorang pemuda dengan kacamata hitam bertengger dihidungnya.

"Ingin pulang bersama?"

Ah, sura ini seperti...Profesor baru di Universitasnya!

Vale menaikkan sebelah alisnya, ia memiringkan kepalanya membuat sang profesor menahan kekehannya.

"Profesor?"

Profesor mengangguk kecil, membuka pintu mobilnya. "Mari kuantar pulang."

"Tidak usah. Aku bisa mencari taxi."

"Menjelang malam taxi jarang lewat sini. Ya, tak apa jika kau menolak, aku akan--" ucapannya terpotong oleh ucapan Vale.

"Uhm, baiklah. Aku ikut." Vale segera masuk ke dalam mobil merah itu, ia takut jika ada seorang penjahat berniat untuk menculiknya. Sedangkan Profesor menyembunyikan senyum tipis dengan wajah datarnya.

Keheningan didalam mobil membuat Vale mengantuk. Mengapa laju mobil ini terasa sangat lambat? Bahkan sedaritadi Vale merasa bahwa mobil merah ini hanya memutar jalan besar berulang kali.

Vale menguap kecil lalu tertidur, bersandar pada badan mobil.

Profesor yang sibuk menyetir, menoleh kearah Vale. Wajah damai bak bayi polos yang tertidur. Ia menipiskan bibirnya, menahan senyuman yang akan tersungging.

20 menit berlalu, ia sampai di mansion mewah yang menurutnya benar. Karena sebelumnya ia telah membaca tentang biodata Vale tapi ada beberapa keterangan yang disembunyikan. Sangat menjanggal sekali bagi mahasiswa teladan seperti Vale.

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang