Halaman 34 :Janji Untuk Selamat

3.4K 222 3
                                    

Budayakan vote sebelum membaca kawan 😁😁

Vale Pov.

Ujian Nasional yang diselenggarakan sekolah telah usai sudah. Lima hari kupaksakan otakku agar dapat mendapat nilai ujian yang bagus. Dan akhirnya, bebas sudah otak ini untuk berpikir keras.

Aku merentangkan tanganku. Menghirup udara pagi sembari berlari kecil ditepian kolam. Marcel, kemana dia? Ahh, jam segini pasti ia masih bergelut dengan bantal dan gulingnya. Maklum, ini hari libur. Dasar laki-laki!

Aku melangkahkan kaki ke kamar Marcel. Tok, tok, tok. Tidak ada jawaban. Ceklek. Pintunya juga tidak terkunci. Baiklah, lebih baik aku membangunkannya.

Aroma maskulin menyeruak ke dalam rongga pernapasanku. Benar saja dugaanku, ternyata si Marcel masih tertidur. Kutepuk pipinya.

"Cel, Cel, Marcel,....Bangun, sudah siang! Ayo bangun!"

Gemas. Aku tarik-tarik tangannya. Juga kutarik kakinya. Semua usahaku ternyata sia-sia. Akhirnya aku mengingat satu ide. Air. Kucipratkan ke wajah Marcel, tapi ia tetap tertidur.

Kesal. Akhirnya aku mengambil gayung berisi air biasa. 1,2,3, byuurrr! Hahaha, rasakan itu! Marcel gelagapan untuk mencari nafas. Aku tertawa sembari menyeka airmata ku yang keluar. Raut wajah Marcel sangat lucu.

"Vale!" Marcel mengelap gusar wajahnya. Ia terbangun, menyenderkan punggungnya disisi ranjang.

"Ayo, kita ber--"

"Kemarin aku berbincang dengan Raja Neptune,"

Hening. Mereka sedang berpikir masing-masing. Marcel tengah sibuk mengeringkan wajahnya sedangkan aku menatap kosong ke arah lantai.

"Beliau bilang, kamu harus menemui Sea dilaut. Ia memohon sembari menangis. Beliau juga bilang, jika Sea tidak sembuh maka penerus
Kerajaan Laut tidak ada lagi. Karena kekuatan penerus Kerajan Laut akan menurun,"
Marcel menjeda sejenak. "Maka dari itu, bantulah kami, Putri Vale."

Sebutan 'Putri' membuat tubuhku bergetar. Tanggung jawab yang begitu besar untuk kutanggung sendiri. Terlebih ketika aku mengingat kata 'Pangeran' yang begitu melekat dengan Putri. Itu sungguh berbanding terbalik di kehidupanku.

Tiba-tiba saja, Marcel merengkuh tubuhku dari samping. Ia menenggelamkan kepalanya di ceruk leherku.

"I'm scared,.. " lirihku.

"Tapi kita harus mencobanya Vale," Marcel duduk tegap berhadapan denganku.

"Untuk apa, Cel? Untuk apa?! Sea tidak membutuhkanku disana! Aku tidak dibutuhkan!" Aku menghela nafas. Dan terisak. "Aku sudah melupakannya walau itu sulit tapi,,,, saat mendengar namanya lagi seperti membuka luka yang baru ditorehkan. Aku...."

Marcel mendekap aku dalam pelukannya. Di dada bidangnya, aku menangis, menyandarkan kepalaku. Sedangkan Mercel mengusap kepalaku dengan lembut.

"Maafkan aku,,, tapi tidak bisakah kau melihat para siren lainnya? Mereka bergantung ditanganmu, Vale. Aku mohon, untuk kali ini saja, bukan hanya untukku tapi untukmu, dan seluruh kaum siren,"

Marcel menunduk sedih. Ia terlalu banyak berkorban untukku. Aku tidak yakin dapat memasuki lautan. Karena aku telah berjanji.

"Baiklah, kita akan berangkat malam ini!" ucapku semangat.
.
.
.
.
Author Pov.

Mobil pun sampai dipantai menjelang malam. Suara binatang malam menjadi melodi lagu hening. Angin malam menerpa rambut peraknya, begitu dingin dan lembut.

"Kita akan segera menemui Sea. Tapi sebelum itu, aku akan menghubungi Raja terlebih dahulu,"

Marcel menekan tombol kecil dijam-nya. Kemudian layar transparan muncul diatas jam tersebut, menampakan ruangan yang dipenuhi air. Sosok Raja pun muncul dengan Trisulla kebesarannya.

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang