Halaman 47 : Hai Nona, Kita Bertemu Kembali

2.4K 161 0
                                    

WARNING !!!
Halaman ini bermuatan negatif. Terdapat ucapan kasar dan hal yang menjijikan.

<Author Pov>

Kedua pasang mata bermanik biru menatap kosong kearah luar jendela. Jarinya menaut dalam ketakutan, sementara tangisannya telah berhenti beberapa saat yang lalu.

"Vale, are you okay?" Jupiter mengibaskan tangannya tepat dihadapan wajah Vale.

Namun seperti patung, Vale hanya mengangguk sekali tanpa berbicara.

Jupiter menghela nafas lelah. Usahanya untuk membuat Vale ceria hanya menjadi angan, ia putus asa. Sebegitu burukkah efek dari diselingkuhi oleh kekasih?

Seandainya iya, haruskah ia meraung-raung pada Tuhan, menceritakan bagaimana kejamnya cinta? Haha, terlalu melankolis.

Begitu pula dengan Vale, hatinya sudah remuk berkeping-keping. Meskipun dirinya mencoba bertahan dari dua kali hal itu terjadi. Dapatkah seseorang membuat hatinya kembali utuh seperti semula? Mungkin itu sulit.

Jupiter menarik nafas gusar. Lelah untuk menghadapi wanita yang sedang patah hati. Apakah seluruh wanita seperti ini? Meratapi cinta yang telah mati dan hanya dapat menangis saja?

"Vale, mari kita ke Restoran Jepang, kamu belum makan malam nanti kamu sakit. Perlu kubantu berdiri?"

Vale menggeleng lemah. Seharusnya ia mengucapkan terimakasih pada Jupiter karena telah dibelikan dress putih lengkap dengan riasannya. Tentu saja Vale tidak dapat menolak kebaikan hati sang dosen.

Masih terbayang-bayang kejadian tadi, rasanya ingin menangis tapi sama saja membuat riasannya berantakan. Sembari menunduk, ia mengikuti langkah Jupiter dari belakang.

BRUK.

Tiba-tiba seseorang memeluknya, mencoba menenangkan hatinya yang sedang bergetar. Dialah Jupiter, malaikat penyelamatnya.

"Jangan menangis lagi, aku mencemaskanmu." Entah mengapa hati Jupiter teriris melihat Vale bersedih hati seperti ini.

Apakah Jupiter menyukai Vale? Atau sekedar rasa sayang sebagai dosen dan siswi?

Vale menerima pelukan Jupiter yang begitu hangat dan menenangkan. Harum jasnya sangat khas, mungkin ia akan selalu mengingatnya nanti.

"Sudahlah, jangan menangis. Lihat, riasanmu berantakan jadi seram gitu. Nanti kamu jadi jelek gimana?" Ucap Jupiter seraya menyeka air mata Vale.

Vale terkekeh. Walau terkesan 'garing' tetapi sangat lucu ketika perasaannya sedang sedih. "Maaf."

"Kamu jangan bersedih, masih ada aku disisi kamu. Mencintai dan menyayangi kamu sepenuh hati. Lagipula lelaki bukan hanya dia saja, masih banyak orang yang menerimamu apa adanya."

Pegangan tangan Vale pada tuxedo Jupiter perlahan terlepas, ia mundur kebelakang seraya menggelengkan kepala. "Tidak... Kamu tidak mengerti tentang hidupku, masalahku, dan apa yang terjadi dengan diriku sendiri. Kamu hanya seorang Dosen dan aku Mahasiswinya. Kamu bukan siapa-siapa dalam hidupku. Kamu--"

"DENGARKAN AKU!!" Teriakan Jupiter membuat Vale tersentak. "Aku memang bukan siapa-siapa dalam hidupmu, aku hanyalah Dosenmu. Tapi ingatlah, siapa yang menolongmu ketika kalian bertengkar? Apa yang kamu lakukan jika aku tidak ada bersamamu? Apa kamu hanya tinggal diam saja, huh?"

"Maaf... Maafkan aku... Maaf... Aku takut... Takut sekali... Maaf."

Jupiter langsung memeluk tubuh mungil Vale, mendekapnya dalam kehangatan dan ketenangan.

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang