Halaman 28 : Aku Menangkapmu

3.6K 207 3
                                    

Bonus halaman dariku. Aku nggak tega liat temen readers POS bersedih. Hehehe, jadi aku tambahin satu ajah yah.... Kurang baik apa coba?
~•ѻ•~

Marcel Pov.

"Hahahahaaa!!"

Mengapa Vale jadi tertawa kencang seperti ini? Apakah ini adalah sifat aslinya? Kurasa bukan.

"Oh, Marcel. Kau tau rasanya dicampakkan?" ucap Vale dengan wajah sedih dan ucapannya terlihat mendesah? Astaga hal itu mungkin menjijikan dan terdengar menggairahkan.

"Bagaimana rasanya? Bukankah itu terasa menyakitkan? Oh, bukan. Tapi sangat menyakitkan. Benar bukan?" Lanjutnya sembari membelai lembut rahangku. Vale,...cukup hentikan?! Aku takut kelewatan nanti.

"Aku kembali kedaratan hanya untuk membebaskan Mr. Forn dari Okta, walau sebenanya ia hampir membunuhku. Hahaha, dasar psikopat gila. Jika saja aku tidak berbaik hati padanya, mungkin ia akan mati ditanganku. Tapi sebelum ia mati, akan ku perlihatlan keadanya apa itu siksaan."

Sebelum aku hilang kendali karena sentuhannya, aku pun menarik tangan Vale. "Vale sepertinya kau butuh istirahat."

Dia menolak. Tangannya dilepas begitu saja. Tanpa kusadari tangan putihnya mengelus pipiku kemudian kebawah rahangku. Hal itu membuatku kaget. Oh, tentu saja si barbie yang polos kini berubah menjadi si barbie liar. Kemudian tangannya beralih ke bibirku. Aku diam memperhatikannya dan juga menikmatinya.

"Kau tau? Bahwa aku akan mendapatkan harta warisan itu. Hahaha, bukankah itu adalah hak milikku? Cih, dasar psikopat gila! Dia adalah orang yang paling kubenci! Oh, tapi tenang saja sayang,... Kau aman bersamaku~" ucapnya dan langsung menyambar bibirku. Apa?! Ia menciumku?! Hal yang ku tunggu-tunggu akhirnya terwujud.

Bibir kami saling beradu, melumat sembari menutup mata. Tanganku melingkar dipinggangnya. Sedangkan tangannya memeluk leherku sesekali ia mengelus rambutku juga menjambaknya, tidak masalah, aku suka itu.

Aku pun melotot kaget karena dengan jahilnya, Vale menggigit bibir bawahku. Senyuman miring tercetak jelas diwajahnya. Oh, kau sudah bermain kasar yah? Tanpa ragu aku menginjak kaki Vale, ia meringis sakit. "Aww--"

Saat mulutnya terbuka, aku segera memasukkan lidahku didalam mulutnya. Lidahku bergrilya dengan hebatnya. Walaupun aku sedikit susah untuk mengambil nafas. Vale juga sama. Ia berusaha menghirup nafas.

Setelah beberapa menit kami berciuman, Vale pun agak mendorong dadaku pelan. Namun, karena tenagaku lebih besar darinya, ia kalah. Sebenarnya terlalu rugi untuk menyudahkan ciuman kami. Tapi karena aku melihat Vale yang kelelahan, akhirnya aku melepaskan bibirku didalamnya. Ciuman yang kasar, bisa dibilang seperti itu.

Teras kamar Vale memang luas seperti teras kamar milikku. Diteras terdapat dua kursi santai dan juga meja. Vale nampak kelelahan. Seperti baru tersadar, ia langsung mundur menjauhiku.

"Marcel, ap-apa yang kau lakukan padaku? Hah, apa yang aku lakukan?" ucapnya bingung. Setelah berbicara seperti itu, tubuhnya terlihat lunglai. Dngan sigap aku menangkap tubuh mungilnya sebelum menyentuh tanah.

Aku menggendongnya menuju kasur Queen Size miliknya. Apakah ia sadar atau tidak? Entahlah, aku terlalu pusing untuk memikirkannya.

Vale. Wajahnya terlahat damai saat tertidur. Tanganku terulur untuk mengelus rambut peraknya. Menatap wajahnya dengan senyuman. Aku sangat rindu wajah ini. Vale, kau menghipnotis aku!

Sebelum aku pergi, aku mencium keningnya dan mngucapkan, "Good night my barbie," Setelah itu aku menutup pintu teras, mematikan lampu, dan menutup pintunya. Kemudian aku berjalan menuju kamarku. Sungguh menyenangkan hari ini. Aku senyum-senyum sendiri saat mengingat kejadian tadi. Sepertinya aku akan tidur nyenyak malam ini.

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang