Halaman 37 : Penolakan

3.1K 211 4
                                    

Author Pov.

Matanya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Marcel mencoba bangkit dari lelahnya. Namun tangannya bergetar hebat, seperti ingin patah.

Ayo, sebelum pagi! Ia menyemangati dirinya sendiri. Tidak ada cara lain kecuali dengan kekuatan air miliknya. Walaupun menghabiskan banyak energinya, tapi ia harus tetap melakukannya. Lagipula, jika ia sudah sampai pasti langsung tidur sepuasnya.

Jemarinya terangkat keatas lalu ia jatuhkan dengan keras. Seketika tubuhnya melaju ke depan dengan cepat. Saking cepatnya, ikan yang lewat saja sampai terhuyung.

Sebentar lagi,... Kita sampai...
Marcel tidak mengepak ekornya tapi kekuatan air-nya yang mendorong tubuhnya hingga meluncur jauh. Seharus ku lakukan sejak awal! Sialan!

Permukaan telah nampak dari sini. Pesisir pantai telah terlihat walau cahaya matahari belum bersinar. Dan,... Bruukk!! Ia mendarat dengan aman. Walau harus merasakan kasarnya pasir putih.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Marcel terbatuk hebat. Sedangkan Pangeran disandarkan dekat bebatuan.

Perlahan, ekor-nya berubah menjadi sepasang kaki manusia. Tidak ada orang, tidak ada yang melihat, bagus! Ia menatap tubuh Sang Pangeran yang masih berwujud siren. Mengapa tidak berubah? Bukankah ia sudah melakukan hukum terlarang itu?

Hukum terlarang : Jika kau ingin menyelamatkan nyawa-nya, maka berikanlah setengah energi kehidupanmu kepadanya. Dan ia juga akan memberikan setengah energi kehidupannya kepadamu. Bertukar, itulah sebutannya. Berilah dengan kecupan dalam. Berilah sedikit darahmu untuk ia minum. Tentu, ia memiliki kehidupanmu dan kau memiliki kehidupannya,.. untuk saling menyelamatkan.

Yang terpenting untuk saat ini adalah bagaimana caranya membawa Sang Pangeran sampai ke rumah dengan selamat. Mobilnya terparkir rapih dekat saung diujung pantai. Ayo, cepat bergegas!
.
.
.
.
.
Bruk!!
"Nah, Pangeran sudah aman disini. Tinggal kita menuju rumah. Let's go!" teriak Marcel dengan semangat.

Jika ada orang yang melihat kelakuan Marcel, pasti orang tersebut sudah menganggapnya gila. Bagaimana tidak? Sudah berteriak tak jelas, senyum-senyum sendiri, telanjang pula.

Ck, ck, ck, yang hanya ia pikirkan adalah keselamatan Pangeran. Itu utama, dan yang kedua adalah rumahnya.

"Rumah, aku menantimu~....Kasur, bantal, guling... Ah, tidak sabar sekali!!" Ia mengemudikan mobilnya dengan semangat. Walau lelah terus menggerogoti energi didalam tubuhnya.

✺✺✺

Ceklek.
"Vale, aku pulang!" Teriak Marcel ketika pintu rumahnya ia buka. Sembari membopong tubuh Pangeran yang masih pucat.

Tap, tap, tap.
Suara langkah kaki terdengar sangat buru-buru. Kemudian muncullah si gadis berambut perak dari tangga.

"Astaga, Marcel?!" Vale terpekik ketika melihat keadaan Marcel dan juga Sea.

"Ada apa?" ujar Marcel malas.

"Dimana pakaianmu?!" Vale menutup matanya dengan tangannya.

Marcel melirik cepat kearah bawah. Oh, ya Tuhan, ia melupakan pakaiannya. Sialan! Segera berbalik dan berlari kearah kamarnya.

"Ada-ada saja," Vale pun bergegas menyiapkan makanan untuk Marcel.

Sedangkan Marcel membanting keras pintu kamarnya. Kenapa hal yang memalukan tadi terlihat oleh Vale? Semoga saja Vale tidak menganggapnya gila!

Setelah membaringkan sang Pangeran di bethub berisi air laut, Marcel langsung menyalakan shower untuk membersihkan diri. Tak lama, ia segera memakai baju santainya sehari-hari.

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang