Halaman 23 : Latihan Basket

4.1K 250 1
                                    

Author Pov.

Vale berhadapan dengan pintu kelasnya. Takut kena marah sang guru, tetapi ada Marcel disampingnya. Genggaman tangan Marcel seperti kekuatan. Marcel tersenyum kepada Vale. Ia mengerti apa maksud senyuman tersebut.

Tok, tok, tok,... "Permisi, Pak!"

"Masuk!" balas sang guru dari dalam. Pak Boris namanya. Ia selaku guru matematika berkepala plontos dengan kumis tebal diwajahnya.

"Oh, kalian. Kalian terlambat 3 menit. Hari ini saya maafkan tapi lain kali tidak! Duduk!" Pak Boris mempersilahkan mereka berdua untuk duduk. Marcel dan Vale hanya mengsngguk dan menuju kursi masing-masing.

Para siswa memandang jengkel kedua sejoli tersebut. Terlihat dari pemandangan yang membuat mereka iri. Mereka bergandengan tangan selama perjalanan dari parkiran sekolah sampai kursi dikelas.

TAK, TAK, TAKK!!!
Suara pukulan penggaris dari si guru gundul itu. "Diam!! Vale, temui aku dikantor saat istirahat. Dan, kalian semua lihat ke papan tulis!!" teriak Pak Boris dengan suara beratnya.

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

"Selama seminggu lebih ini kamu kemana saja, Vale?" tanya Pak Boris.

"A-aku--" Vale mulai mengingat perkataan Marcel saat dikelas. "Kalau kamu ditanya habis darimana, kamu jawab : aku habis menjenguk tante diParis karena sakit. Kamu mengerti?"

"Aku habis menjenguk tante di Paris, Pak. Beliau sakit dan aku harus menjenguknya."

"Lain kali, tidak usah, Vale. Kamu sekarang kelas 12, kelas ini menentukan. Sekarang, kamu harus fokus sama pelajaran. Kamu ini sudah tertinggal banyak mata pelajaran tau."

"Iya Pak, maaf."

"Ingat, fokus sama pelajaran. Senin lusa sudah ada TO dan hari seninnya lagi kita sudah mau UN."

"Iya Pak, saya paham."

"Baiklah, kembali ke kelasmu. Maaf sudah memotong jam istirahatmu." ucap pak Boris dengan senyuman.

"Iya, makasih Pak." Vale pun membuka knop pintu. Akhirnya, selesai juga pertanyaan dengan suasana mengintimidasi itu.

"Vale?" Marcel langsung menggandeng tangan Vale. Vale terkejut melihat aksi Marcel yang mendadak seperti ini.

Vale melihat para perempuan yang berwajah menor--bedaknya ketebalan! Bajunya diketatkan dan sengaja diikat. Rok-nya juga terlalu pendek. (?)

"Maaf lama," ucap Vale sembari tersenyum.

"Ya, gapapah. Ayo, kita ke kantin!"

"Tapi mereka?" Vale menunjuk para perempuan itu.

"Ahh, biarin ajah! Ayo!" Marcel menarik tangan Vale.

Mereka berjalan tapi bukan kearah kantin tapi kearah taman belakang. Sepi, hening, dan tenang. "Kamu inget tempat ini?"

Vale mengangguk. Jemari kecilnya menyentuh bunga mawar. "Ahh!"

Marcel segera menghampiri Vale. "Vale jari kamu!"

Darahnya menetes ke tanah. Tetesan darah segar Vale membuat tumbuhan bunga tulip tumbuh, yang semula kuncup dan perlahan mekar berwarna kuning. "Bunga tulip?"

"Cel, sebenarnya darahku berbahaya." Vale menunduk.

"Maksudmu berbahaya apa?"

"Darahku ini istimewa. Dilaut, siren terkutuk berubah menjadi manusia karena darahku."

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang