Halaman 46 : Bellanzi Reina Demelish

2.6K 186 6
                                    

Vote kalian sangat berarti untukku.

✺✺✺

Author Pov.

Kantor Arnoldish Corp. terlihat sangat sepi, mereka sibuk dengan komputer dihadapannya. Karena tiga hari lagi, akan diadakan pesta peresmian cabang kantor baru di Bandung. Hal itu cukup membuat para pegawai repot.

Tok, tok, tok.

"Permisi, Pak." Evan masuk dengan membawa berkas ditangan kanannya. Ia tersenyum kecil melihat bosnya sedang memijat keningnya.

"Ada apa?" Sea melirik Evan dari sudut matanya. Tangannya tidak henti untuk memijat keningnya.

"Ada seseorang ingin menemui anda, Pak."

"Apa dia sudah membuat janji denganku?"

"Sepertinya belum," Sebelum Sea menjawaab, Evan terlebih dulu menyambung perkataannya. "ia anak dari Bapak Antonio, katanya ia datang ingin berkunjung."

"Berkunjung?" Sea tertawa meremehkan. "Memangnya siapa dia? Ini kantor, bukan tempat rekreasi! Usir dia dari kantorku, sekarang!"

Evan tersentak sambil menunduk. "Ta-tapi, Pak. Jika Bapak tidak menemuinya, maka Demelish Property akan memutuskan hubungan dengan perusahaan kita, Pak."

"Sialan. Dasar Tua Bangka licik!" Tangannya mengepal, siap memukul siapapun dihadapannya.

"Suruh dia menungguku satu jam lagi." Sambungnya.

"Baik, Pak."

-

Sea membersihkan kertas-kertas yang berantakan di mejanya. Laporan para karyawan sebagian sangat banyak hingga merepotkan dirinya.

"Permisi, Pak."

"Ya, ada apa?" Ucap Sea gusar.

"Ini sudah satu jam. Apakah Bapak ingin menemui putri Pak Antonio?" Evan menatap arloji ditangan kirinya.

Sea bangkit setelah merapihkan kemejanya yang sedikit lusuh, kemudian berjalan didepan Evan.

"Bagaimana dengan wanita itu? Apakah dia membuat keributan?" Ucap Sea tanpa menatap wajah Evan.

Evan sedikit kewalahan mensejajarkan langkah besar sang atasan. "Tidak, Pak, ia hanya duduk diam diruang tunggu."

Sea keluar dari lift menuju lantai dasar. Langkahnya tergesa-gesa, ia ingin wanita itu cepat pergi dari perusahaannya. Ayahnya sangat licik, apalagi anaknya?

Para karyawan menunduk ketika Sea melewatinya. Bahkan ia lupa jika Evan tertinggal dibelakang. Sea menoleh ke belakang, menatap Evan yang sedang berlari dengan wajah datar.

Evan menghirup udara sebanyak-banyaknya. "Hosh, hosh, dia didalam, Pak."

Dasar manusia, lemah. Berjalan saja sudah kelelahan. Payah, aku biasa saja, padahal aku baru belajar berjalan beberapa bulan.

Sea mengangguk lantas masuk ke dalam ruangan tersebut. Disana seorang perempuan bergaun ketat, memperlihatkan lekuk tubuhnya. Sedangkan wajahnya berpoleskan makeup tebal juga bergincu merah darah.

Sea hanya melirik kemudian berdehem keras. "Ekhem!"

Wanita itu kaget lalu melihat wajah pria tampan dihadapannya. "Astaga, kau menelantarkan seorang wanita diruang tunggu. Ck, ck, itu sangat keterlaluan."

"Ada keperluan apa anda kemari?" Sea duduk, bersedekap dada.

Tentu saja, disuruh ayah. Tapi tak apa, karena kau tampan.

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang