28. Hikayah Maulid

2K 116 16
                                    

Tak usah tanya seberapa besar rindu menggelayut dalam jiwa
Karena setiap saat ia menyergap
Tak ingin kucegah
Biarkan saja ia semakin memupuk dalam sanubari

(Shakila)

☆☆◇☆☆


Shakila menjalani kehidupan seperti biasa. Beberapa minggu belakangan dia sibuk dengan persiapan program Amtsilati. Seluruh santri lulusan Tsanawiyah putri yang tidak boyong wajib mengikuti program Amtsilati selama enam bulan lamanya. Jika program itu selesai, maka mereka boleh ikut serta wisuda pada akhir tahun nanti. Bersama santri baru yang wajib program selama setahun.


Program Amstilati dikaji pada jam 02 siang. Sebab selepas ashar akan bersinanggungan dengan program Ibtidaiyah dan Tsanawiyah.

"Kak Da, pensil ijo Fia mana? Kok nggak ada di ransel?"

Shakila yang baru mau berangkat ke kelas berhenti sejenak. Mengingat dimana kiranya pensil hijau milik calon adek ipar kesayangannya itu berada.

"Kamu narohnya dimana? Yang tadi malem beresin ransel di Dhalem kamu sendiri, kan?"

Gadis kecil itu masih sibuk membongkar seluruh isi ransel. Mengubek-ubek apa saja yang ada di dalam. Mungkin saja terselip.

"Nggak tau. Fia lupa. Udah dimasukin belom yah. Haduuuuh gimana ini, Kak Da. Fia ada tugas menggambar lagi sekarang," gerutunya masih sibuk mengubek-ubek isi ransel.

"Emang pensil yang lain pada hijroh ke Hongkong?"

Neng Nafia nyengir. "Masalahnya pensil itu yang paling pas dipake ngegambar, Kak." Rajuknya manja.


Shakila menepuk jidat. Neng Nafia memang pelupa di samping memang punya kebiasaan menghilanglan barang-barang miliknya. Hal itu pula yang sering kali membuat Shakila harus menghela nafas banyak-banyak untuk menyetok sabar. Mencharger hatinya untuk bersabar menghadapi tingkah ajaib gadis kecilnya itu.

"Nggak ada, Dek. Coba kamu cek di Dhalem. Kali aja ketinggalan disana." Ucapnya setelah tak berhasil menemukan benda kecil panjang itu. "Kakak pergi dulu. Bentar lagi bel masuk. Nanti kakak jadi terlambat."

"Tapi, Kak....."

"Udah cari dulu sana. Kalo emang nggak ketemu pake pensil yang lain dulu. Kakak nggak terima protes. Salah sendiri ceroboh."

Shakila meninggalkan Neng Nafia yang mencebik kesal. Bibirnya maju lima senti mendapati sang kakak ipar berlalu begitu saja keluar dari asrama.

◇◇◇◇◇

Malam baru saja merangkak. Selepas solat berjemaah Isha seluruh santri bersiap kembali ke Musollah. Malam ini malam tanggal satu robiul Awal. Itu tandanya semua santri bersiap membaca Rotibul Haddad atau yang biasa dikenal dengan Solawat Fi Hubby. Semua santri sudah duduk rapi membentuk shof.

"Kak Da, Kai sendiri tah yang memimpin solawat?" Tanya Neng Nafia kala baru sampai di Musollah.

Shakila mengangguk. Membimbing gadis kecil itu menuju barisan pertama. Mereka terbiasa duduk di depan. Apalagi Neng Nafia akan menggerutu jika ternyata mereka kebagian tempat duduk di belakang.

Uhibbuka Fisabilillah [Proses Terbit]Where stories live. Discover now