11. Ma'had Salafiyah Al-Barokah

2.5K 148 13
                                    


"

Shakila ingin sekali mondok. Tidak apa walau hanya satu tahun atau lebih singkat dari itu. Yang terpenting Shakila bisa menimba ilmu agama, Kak. Shakila ingin jadi anak solehah buat ayah dan ummi. Tapi..."

"Soal biaya?" Kak Iam memotong. "Kamu tenang aja. Kakak yang tanggung. Asal kamu bener-bener ingin nyantri kakak usahain semua biayanya."

"Tapi, Kak---"

"Dengerin kakak, Dek. Kakak sangat menyayangi kamu. Apapun yang kamu inginkan selama hal itu kebaikan akan kakak wujudkan untukmu. Kakak bangga padamu." Kak Iam tersenyum tulus. Netranya memancarkan kebahagiaan.

"Soal biaya tenang aja. Kakak punya tabungan yang cukup untuk semua keperluanmu selama setahun di pondok nanti. Ayah dan ummi pasti sangat bahagia mendengarnya. Biar kakak yang berembuk dengan mereka nanti."

Aku sangat terharu dengan ucapan Kak Iam. Dia selalu begitu. Mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi kebahagiaanku. Selalu memberikan yang terbaik untukku tanpa kuminta. Kupeluk tubuh gagahnya dengan sangat erat. Tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata betapa bahagianya aku memiliki seorang kakak sepertinya.

Ya Allah... Izinkan hamba membalas semua kebaikan kakak hamba.

"Syukron Jazil, Kak. Syukron Jazil." Hanya kata itu yang mampu aku ucapkan tanpa melepas pelukan.

Ternyata ayah dan ummi  sudah betencana mendaftarkanku ke pesantren setelah lulus sekolah. Pesantren yang diasuh oleh Kiai Hannan. Tempat dimana aku terapi kesehatan setiap hari Jum'at. Tak bisa kugambarkan betapa hati ini dipenuhi dengan rasa syukur atas karunia Allah yang di limpahkan pada keluargaku.


"Sudah pernah sekolah Diniyah sebelumnya, Nak?" Tanya Nyai Dalilah istri Kiai Hannan setelah berbincang dengan Ummi.

"Enggeh, Nyai. Alhamdulillah baru wisuda kelas 6 tahun lalu." Jawabku sesopan mungkin.

"Alhamdulillah kalau begitu. Jadi nanti kamu bisa langsung tes. Tapi jangan pilih kelas yang rendah. Tes pelajaran kelas lima atau bisa langsung tes kelas enam." Saran beliau tersenyum.

"Insya Allah, Nyai."


(Anggap aja ini asrama Darul Fushah 😁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Anggap aja ini asrama Darul Fushah 😁. Sejujurnya ini asrama Alvie. Darur Rohmah 😀. Pintu buffetnya banyak yang rusak 😂)

Darul Fushah

Itulah nama asrama yang kini kutempati. Disini aku dititipkan pada pengurus Asrama. Langsung ditunjuk oleh Nyai Dalilah. Namanya Khanza. Selain cantik dia sangat ramah dan periang. Kata anak-anak penghuni kamar ini, Mbak Khanza sangat pintar. Dia sering juara kelas dan sangat menguasai Ilmu Sorrof dan Nahwu. Dua pelajaran yang sangat kuhindari. Pasalnya, kedua pelajaran itu sangat sulit dipahami. Satu kata saja keterangannya sangat panjang. Rinci segede gunung kerinci.

Uhibbuka Fisabilillah [Proses Terbit]Where stories live. Discover now