34. Anugrah Terindah

3K 175 24
                                    

Ketika masuk ke dalam kamar, aroma harum parfum khas Madinah menyeruak. Memenuhi penciuman. Damai dirasa kala menghirup aroma itu. Dia baru menyadari kamar itu sedikit menuai perubahan. Tempat tidur yang semalam berwarna cream kini berganti sprai hijau muda. Sangat manis di pandang mata. Gordennya pun berwarna senada.


Dhea membimbing Shakila duduk di tepian kasur. Dia tak hentinya tersenyum melihat kegugupan yang jelas tampak di wajah adik iparnya. Hal itu mengingatkan pada saat pernikahannya dulu dengan Iam.

"Udah nggak usah gugup. Santai aja."

"Mbak Dhea nggak tau sih kalo Shakila itu takut. Shakila kan nggak kenal sama dia. Dan sekarang pertama kalinya kami akan bertemu." Cerocosnya setelah sejak tadi hanya diam membisu.

Kali ini Dhea tak lagi menyembunyikan kegeliannya. Lihatlah, gadis yang sedari Masjid Nabawi diam tanpa kata kini mulai bersuara. Dengan kalimat sepanjang rel dalam satu tarikan nafas. Shakila meremas gaun cantik yang di pakainya. Sejak tadi dia berusaha meredam kegugupannya.

"Mbak tau ini yang pertama bagi kamu. Dulu Mbak juga gini. Coba kamu baca solawat. Semoga dengan begitu kamu bisa mengatasi rasa takutmu."

"Nggak bisa. Dari tadi udah Shakila baca. Tapi malah makin gugup, Mbak."

"Suamimu ada di luar. Sebentar lagi dia masuk. Persiapkan dirimu. Hormati dia sebagai imam kamu. Cintai dia karena Allah." Iam mengusap kepalanya dengan lembut.

"Shakila takut, Kak."

"Takut kenapa? Dia nggak galak, kok." Kelakarnya. Lalu membimbing adiknya berdiri. Sedangkan Dhea melangkah ke daun pintu. Meminta Lora Syahbaz untuk masuk kedalam.


Kegugupan Shakila semakin bertambah ketika dia mendengar ketipak langkah selain langkah kaki Dhea. Pandangannya semakin tertunduk. Cengkramannya pada lengan Iam mengerat. Langkah itu mendekat. Semakin dekat hingga tiba di depan Shakila. Iam melempar senyum pada Lora Syahbaz dan juga istrinya. Menahan geli melihat betapa gugup dan canggungnya Shakila.

Iam berbicara lewat isyarat mata. "Sapa, gih."

Lora Syahbaz tersenyum. "Assalamualaikum, Istriku." Ucapnya lembut.

Shakila tertegun mendengar suara itu. Dia tidak menjawab. Ada ragu menyentil hatinya. Wajahnya masih tertunduk. Tak berani menatap sang suami.

"Jawab, Dek. Nggak sopan, ah." Iam menggerakkan tangannya yang masih dipegang Shakila. Gadis itu menggeleng.

Lora Syahbaz mengulang salam. Kali ini dengan panggilan berbeda. "Assalamualaikum, Dek Unyil."

Mendengar panggilan itu disebut, reflek Shakila mendongak. Matanya bersirobok dengan mata teduh pemuda tampan bergamis putih di hadapannya. Dia terhenyak mendapati kenyataan yang mengejutkan.

"Ka...k Sa.. If?" Tergagap dia menyebut sebuah nama. Pemuda tampan itu tersenyum. Manis sekali. "A..paa... maksudnya semua ini?" Tanyanya menatap tajam wajah Iam.

"Jawab dulu salam suamimu. Masa salamnya dianggurin." Balasnya membuat Shakila semakin bingung. "Jawab dulu lah, Dek. Dosa tau." Iam gencar menggoda.

"Baiklah kuulangi. Assalamualaikum Shakila, istriku yang imut kayak marmut."

Shakila semakin terhenyak kala kata itu meluncur dari lisan Lora Syahbaz. Orang yang sama dengan yang Shakila sebut Kak Saif.

Uhibbuka Fisabilillah [Proses Terbit]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon