20. Keputusanku, Bijakkah?

2.3K 143 4
                                    

☆☆☆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

☆☆☆

Dalam tiga hari berturut-turut aku melaksanakan solat istikhoroh. Aku merasa bingung dengan isyarah mimpi yang kualami.

Malam pertama, bermimpi berada di sebuah masjid besar. Rumah Allah itu sangat indah dengan dominasi warna hijau cerah. Dengan hati heran, aku memasuki pintu masjid yang dua kali lebih tinggi dari pintu masjid yang biasa kutemui. Saat itulah, di belakang tempat imam solat, ada pemuda berpakaian hijau muda tengah solat tahiyat akhir.

"Kenapa hanya diam, Nak? Kamu sudah solat?"

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara seorang nenek tua yang sungguh cantik luar biasa. Wajahnya bercahaya. Kentara sekali seorang ahli ibadah.

"Iya, Nek. Tapi---"

Aku bingung harus mengatakan apa. Karna sebenarnya aku tidak tau kenapa berada di tempat indah ini. Bahkan tidak yakin apa aku punya wudhu atau tidak saat mengatakan iya tadi.

"Tapi kenapa?"

Aku masih diam. Mau jawab apa pada nenek ini? Allah, tolong hamba....

"Penasaran sama pemuda yang sedang solat itu?" Tanyanya membuatku membulatkan mata.

Darimana nenek ini tau kalau aku sedang memperhatikan pemuda tersebut.

"Dia Bani Abdullah, Nak. Pemilik masjid besar ini."

"Bany Abdullah? Maksud nenek Bani Abdullah nama pemuda itu, Nek?"

"Bukan. Abdullah itu nama buyutnya." Jawabnya seraya menyunggingkan senyum ramah.

Ku alihkan pandanganku sejenak pada pemuda yang masih betah duduk bersila di depan sana. Dan aku? Sejak masuk masjid ini masih berdiri tanpa beranjak sedikitpun.

"Jadi nama aslinya siapa, Nek?" Saat kutolehkan kepala, nenek cantik itu sudah menghilang.

"Nenek? Nenek dimana?"

Kucari Nenek tadi di setiap sudut masjid area wanita. Bahkan mencarinya hingga di halaman masjid. Nihil. Sang Nenek hilang bagai ditelan bumi.

Malam kedua. Mimpi bertemu dengan seorang Kakek. Dia terlihat begitu berwibawa dengan pakaian putih yang dikenakannya. Terlebih oleh sorban senada terlilit simple di kepalanya.

"Maaf, Kek. Kalau boleh tau ini dimana?"

"Disini Pulau Madura, Nak. Tepatnya lagi pusat Kota Bangkalan."

Uhibbuka Fisabilillah [Proses Terbit]Where stories live. Discover now