Chapter 73

319K 16K 484
                                    

Dera menatap ponselnya untuk kesekian kalinya, berharap di sana muncul sebuah nama yang selalu disebutkannya di dalam hatinya, nama yang membuatnya terjaga sepanjang malam 2 minggu terakhir ini.

Sekarang juga Dera ingin bertemu dengan Gerald, dia ingin memastikan hubungan mereka baik baik saja.

Semenjak Gerald berangkat ke London, Dera lebih banyak enghabiskan waktu menyendiri, menunggu jawaban Gerald dari seluruh panggilan tak terjawabnya.

Rian membiarkan Dera sendiri, dia yakin pasti di dalam benak Dera pun dipenuhi oleh masalah masalahnya tersendiri.

Dera menghela nafas panjangnya. Dia melempar ponselnya asal di atas ranjang lalu membaringkan dirinya ke atas kasur, menelentangkan tubuhnya yang terasa begitu kaku.

"Nak, papahmu pergi keluyuran lagi, 4 hari tanpa sama sekali memberi kabar, kurang ajar sekali ayahmu itu, membuat mamahmu yang lagi hamil ini galau sendiri," kata Dera sendu.

"Tolong katakan pada mamah semuanya akan baik baik saja," kata Dera.

Dera mengusap perutnya lembut. Apakah dia akan bertahan? Bertahan dalam hubungan pernikahan dengan anak tiri dari orang yang terlah membunuh ayahnya sendiri? Apakah dia bisa merelakannya?

Dera merasa mual akan segala ikiran pikiran negatifnya. Ingin dia singkirkan, namun tetap saja mereka melekat di benaknya. Dera ingin menjerit frustasi.

Dia lelah menghabsikan malam malam tanpa bisa tidur sedikitpun.

Dia lelah merindukan Gerald.

Ketika saat itu saja dia merasa begitu terpuruk, sebuah ketukan mengalihkan perhatiannyanya.

Terbukalah daun pintu kamarnya dan munculah wajah Anandya yang tersenyum lembut kepadanya. Dera langsung bangkit dari tidurnya dan menyambut mertuanya.

Aku adalah anak dari pembunuh suami wanita ini.

Hati Dera mencelos nyeri saat melihat Anandya yang masih tetap mau tersenyum padanya.

"Mah," panggil Dera lirih.

"Hai, sayang," kata Anandya duduk di sebelah Dera. "Mamah langsung berangkat ke sini saat mamah dengar kamu menyendiri terus menerus." Tangan Anandya menggenggam erat tangan Dera, memberinya semangat sekaligus kehangatan.

Masih seperti biasa, sangat lembut.

"Gerald belum kembali?" Dera menggeleng.

"Memang anak itu dari kecil selalu saja keluyuran kemana mana, bahkan dulu semasa sekolahnya, mamah sampai pusing mencari dia pergi ke rumah teman temannya," kata Anandya. "Tidak menyangka juga akan terbawa sampai sekarang."

Dera tidak bisa tertawa, walaupun dia sendiri tahu bahwa Anandya sedang mencoba untuk menghiburnya. Malah rasa di hatinya semakin memberat.

"Mah," panggil Dera serak. Dia tidka berani menatap Anadnya. "Apa mamah tahu soal, papah tiriku dan... papah Gerald?

Dera mendengar hembusan nafas Anandya. "Mamah tahu, sudah sejak lama. Bahkan sebelum Dera datang ke rumah ini, Mamah sudah tahu wajah Dera."

Dera tersentak kaget. Dera manatap manik mata Anandya yang tersirat oleh kesedihan.

"Mungkin Dera belum tahu semuanya, bahkan mamah belum pernah mengatakan ini kepada Gerald. Suami mamah, papahnya Gerald telah sepakat dengan papahmu untuk bekerja sejak dari SMA. Mereka melakukannya, mereka bekerja sama membuat perusahaan Heston Corp ini. Papahmu tidak masalah walaupun perusahaan ini menyandang hanya nama Heston saja, dia tidak masalah menjadi orang kedua dalam perusahaan pun.

"Namun Suami mamah melakukan sesuatu hal yang sangat jahat. Dia meminjam uang kepada orang orang demi usahanya tanpa sepengetahuan papahmu. Begitu modal perusahan kembali berkali kali lipat, dia tidak pernah memberi bagian kepada papahmu, dan sebaliknya membebankan hutang dari pinjamannya kepada papahmu. Saat mamah tahu tentang ini, mamah marah besar. Mamah kecewa dan mamah merasa sedih. Dan sampai akhirnya hari itu datang.

"Mungkin ini mengagetkan, namun papah Gerald dibunuh diatas kasur tidurnya saat dia jatuh terkapar karena demam tinggi. Dan saat itu juga, mamah melihat kejadian aslinya, dimana suami mamah meninggal di tangang seseorang yang begitu akrab dengannya. Mamah tidak bisa bergerak dari balik kamar sebelah tempat persembunyian mamah bahkan sampai dia pergi sekalipun, dan mungkin sampai sekarang ini adalah kebodohan mamah paling buruk mengatakan bahwa Papah Gerald menginggal karena penyakit."

"Maaf, Dera mengingatkan lagi," kata Dera berbisik.

"Tidak apa, Sayang, Mamah sudah terbiasa hidup dengan ingatan hari itu terus menghantui Mamah," kata Anandya.

"Tapi mamah mau kamu ingat satu hal ini, Dera," kata Anandya menatap Dera serius.

"Apapaun yang telah terjadi, itu adalah masa lalu. Masalah ada di antara ayahmu dan ayah Gerald, sama sekali tidak ada hubungannya denganmu," kata Anandya. "Semua ini terjadi bukan salahmu dan bukan juga salah Gerald. Semuanya memang ditakdirkan untuk menjadi seperti ini. Coba bayangkan, kalau ayahmu tidak berubah menjadi berdarah dingin seperti sekarang, mungkin kau tidak akan pernah diusir dari rumah dan sampai di tempat ini. Kalau papah Gerald masih ada, Gerald sampai sekarang masih akan terus berkeliaran tidak ingin bekerja dan tidak akan pernah bertemu dengamu. Semuanya telah masuk dalam rencana hidup kita masing masing."

Dera diam membisu.

"Mamah sangat terkejut saat Gerald datang menggenggam tanganmu di acara ulang tahun Mamah wktu itu. Awalnya mamah sangka mamah sedang bermimpi atau berhalusinasi, tapi dalam hati mamah merasa senang, karena mungkin inilah saat dimana akhirnya hubungan keduanya bisa kembali lagi seperti dulu melewati kalian berdua. Mamah yakin pasti Suami mamah di atas sana sangat menyesali perbuatannya sendiri.

"Mamah selalu berterimakasih karena Tuhan mengirimkanmu ke dalam keluarga ini," kata Anandya memeluk Dera yang menitikkan air matanya satu per satu. "Dan mamah juga yakin, Gerald tidak pernah menyesal memilihmu walaupun dengan seribu satu masalah rumit pada masa lalu kita."

Dera mengangguk sembari menghapus air matanya.

"Nah sekarang, mamah mau ajak Dera berjalan jalan. Kita masih memiliki ulang tahun Gerald yang belum dirayakan," kata Anandya.

Dera membelalak kaget saat ingat bahwa dia telah melewatkan ulang tahun Gerald dua hari yang lalu. "Kita telah melewatinya," kata Dera.

"Karena itu, mari kita buat pesta yang paling berkesan untuknya saat dia kembali nanti," kata Anandya.

Dera mengangguk dengan mantab sebelum akhirnya dia bangkit dari duduknya diikuti dengan Anandya yang memgikuti di belakangnya.

---

Sudah dua minggu semenjak Gerald pergi tanpa kabar, dan pada masa masa itu pula hati Dera mulai kembali merasa tidak nyaman.

Ragu mulai mengusiknya kembali.

Belum ada kabar.

Dera emdnesah pasrah dan mematikan lampu kamarnya, bersiap untuk menyambut malam baru dengan kesulitan tidurnya.

Dera menghela nafasnya panjang, sebelum akhrinya dia merasakan sebuah getaran dari samping kepalanya.

Siapa malam malam seperti ini mengirim dia pesan?

Dibukalah ponselnya dan melihat jajaran notifikasi di layar.

Matanya membelalak kaget saat melihat disana tertera nama Gerald menyala tebal dengan sebuah pesan terkirim kepadanya.

"Bersiaplah, aku akan menjemputmu besok."

.

FOLLOW ME ON INSTAGRAM
Nnareina

Next? Komennn!!!

KOMEN ya semuanya!! Yang banyak, spam aja gapapa <3

Jangan lupa VOTE dan KOMEN! Thank youu!!

Love you all!!

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now