Chapter 26

448K 22.8K 449
                                    

Prangggg!!!

Suara pecahan gelas gelas memenuhi indra pendengaran Dera. Perempuan itu mengadahkan kepalanya, menatap ratusan ornag yang sedang menatapnya tidak bisa diartikan.

Bisikan demi bisikan mencemooh terdengar, dan tatapan demi tatapan menghakimi menatap Dera tajam. Dia menoleh ke arah Silvia. Perempuan itu tersenyum sinis menatapnya rendah, mata Dera mulai berlinang air mata. Tanpa berpikir panjang Silvia langsung pergi meninggalkan Dera.

"Nona tidak apa?" tanya pelayan yang tadi ditabraknya sambil mengulurkan tangannya.

Dera menerima uluran tangan itu lalu mencoba memperbaiki penampilannya, namun semuanya terlanjur terlalu kacau. Tatapan mata semua orang mengusik dirinya dan hal selanjutnya yang dia lakukan adalah kabur dari tempat itu.

---

Gerald sedang berbicara dengan salah satu rekan kerjanya tentang perkembangan perusahaan dan rencana kerja sama dalam proyek kedepannya. Tapi ditengah perbincangan mereka, dia mendengar suara pecahan gelas begitu nyaring yang lalu disertai oleh orang orang membulat mengerumi asal suara itu.

"Apa itu?" tanya Jerfee, rekan kerjanya.

"Mungkin hanya pelayan ceroboh yang menjatuhkan gelas minuman," kata Gerald tidak acuh. "Lebih baik tidak usah dihiraukan."

"Iya juga, mari kita lanjutkan berbicara saja," katanya tersenyum. Gerald membalas senyuman itu, dipaksakan.

Entah mengapa, hatinya merasa tidak enak.

---

Dera berlari tanpa arah sebagaimana kakinya bisa membawanya.

Kakinya terasa sakit, apalagi hatinya. Dera menahan tangis seraya kakinya terus melangkah membawanya pergi. Dia berlari sampai ke toilet di lantai underground, toilet untuk satpam dan para pekerja lainnya. Tidak ada satupun orang disana karena pintu gedung Utara memang jarang dijaga.

Tempat yang tepat untuk Dera menenangkan hatinya.

Dia meringkuk sambil memeluk lututnya erat. Matanya kembali terasa memanas dan saat Dera sadar, air mata sudah kembali turun membasahi seluruh wajahnya.

Dia kesal, dia marah. Dia merasa sangat dipermalukan oleh Silvia dan dia merasa sangat marah karenanya. Namun lebih dari itu, Dera marah kepada dirinya sendiri. Dera marah melihat betapa menyedihkannya dirinya yang tidak bisa melawan setelah diperlakukan buruk oleh Silvia sekalipun.

Dia marah melihat dirinya yang lebih memilih untuk menangisi kebodohannya di bawah sini tanpa memberi perlawanan sama sekali.

Tangis menyelimutinya, dadanya terasa sesak karena terlalu banyak menangis.

Dia hanya ingin sendiri, mendalam dalam kesunyian, menyelam dalam tangis dan amarahnya, lalu lenyap menghilang di telah bumi saat ini juga. Detik berlalu tanpa bisa dicegah, tanpa bisa diputar balik, memaksa Dera merasakan kejadian buruk ini menggerogoti dadanya nyeri.

Tidak ada satupun hal yang berubah semenjak hari pertama aku bertemu Silvia. Tidak ada!

Di tengah kesunyiannya itu, dia mendengar sebuah langkah seseorang mendekatinya. "Tidak, jangan mendekat," bisik Dera begitu pelan.

Dia sudah cukup dipermalukan.

Tiba tiba orang itu berlutut di hadapan Dera dan lalu merapihkan rambut Dera sebelum akhirnya mendekapnya erat.

Gerald.

Laki laki itu tidak berkata apa apa, dia hanya memeluknya erat dan membiarkan Dera merasa nyaman di dalam dekapannya. Semua tangis yang dia coba bendung akhirnya luruh sudah. Dera menangis dengan kencang di dada Gerald.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now