Chapter 32

444K 22.6K 675
                                    

Walaupun telah meminum obat penidur, Dera tidak bisa terlelap terlalu lama. Dia tidak tahu entah karena masalah pikiran yang membebaninya atau memang karena dirinya sendiri yang tidak ingin tertidur lama namun jelas, Dera kesulitan menutup kedua matanya. Rasa takut mengusiknya,dan Dera ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahuinya. Aneh sekali.

Jam menunjukkan pukul 9 pagi dan Dera sudah benar benar terjaga dari tidurnya. Hatinya terasa sangat berat entah apa penyebabnya. Hal pertama yang dicarinya adalah Rian, dia mencari sosok laki laki itu yang sekarang sudah menjadi sandaran sementaranya. Membiayai perawatnnya dan teman satu satunya Dera yang dimilikinya sekarang. 

Namun Rian tidak ada.

Tiba tiba pintu kamarnya dibuka oleh seseorang dan muncullah sosok suster yang mendatanginya tadi pagi dari balik pintu. Dera menatapnya bingung, dia sama sekali tidak membawa apa apa bersamanya... Lantas untuk apa dia datang kemari?

"Oh maaf, saya sangka Anda masih tertidur, saya keluar lagi,,mohon maaf mengganggu," kata suster itu berjalan keluar dari kamarnya. 

"Tunggu," seru Dera. "Apakah suster sedang istirahat atau sedang bekerja?"

"Tidak, saya seharusnya masih bekerja, namun karena kecelakaan Anda kemarin jadi saya bertukar shift dengan teman saya yang memang sedang sakit dan harus jaga malam. Jadi sekarang saya sudah boleh pulang," katanya. "Ada apa?"

"Kalau begitu, mengapa suster datang kemari?" tanya Dera ragu. Suster itu bergerak gerak tidak nyaman. 

"Err, karena kamar ini satu satunya tempat saya bisa mendapatkan sinyal yang baik, saya mau menonton Youtube sebentar di sini. Kamar ini jarang ada yang pakai karena letaknya berada di sudut pojok lorong, jadinya saya terlalu terbiasa keluar masuk kesini, saya lupa kalau sekarang ada Anda di sini," katanya sambil cengengesan. 

Dari penampilannya, dia masih muda, mungkin masih umur 24 atau 25 an. Terlihat seperti orang yang baik, Dera merasa nyaman dengannya. 

"Boleh saya minta tolong sesuatu, Sus?" tanya Dera. "Suster buka Youtube saja di sini, tolong temani saya di kamar ini, bolehkah? Teman saya sepertinya sudah pulang jadi saya ditinggal seorang sendiri."

"Bolehkah? Anda tidak akan merasa terganggu?" tanyanya.

Dera menggeleng cepat. Akhirnya Suster itu mengangguk dan lalau berjalan ke arah kursi yang berada di samping Dera. 

Bukan suasana yang saling diam diam, bukan keadaan canggung yang mencekam, namun mereka sebaliknya berbincang banyak seakan mereka adalah teman dekat.

Bahkan suster itu lupa menonton youtubenya. 

"Saya dengar suster yang menyelamatkan saya kemarin. Maaf telat menyampaikan, terima kasih banyak," kata Dera tulus. 

"Berterimakasihlah kepeada Tuhan saja, Ra. Kemarin ada pasien yang kondisinya kritis hingga saya terpaksa berjaga sampai malam, memang melelahkan, namun berkat itu jadi saya pulang maleman dan melihat kamu tertabrak mobil semalam,hal ini tidak akan terjadi kalau tidak ada masalah dadakan semalam," katanya. "Ngomong ngomong, tolong jangan memanggil saya Suster terus menerus, rasanya sangat aneh. Nama saya Charlotte, kau boleh memanggil saya Lotte. Ayah saya orang Jawa, dan ibu saya Singapura, karena itu nama saya terdengar sangat kebule bulean. Charlotte Jadelia Hantono, nama lengkap saya. Mari kita berteman akrab."

Dera mengangguk cepat. Teman keduanya. 

Akan dia jaga baik baik hubungan ini. 

Diselang pembicaraan mereka, sebuah ketukan terdengar lagi di pintu, dan dari sana muncullah seorang ibu berjalan dengan wajah merunduk di hadapannya. 

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora